Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 2015 saya untuk kali pertama berkesempatan meliput langsung balapan
MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia. Saya terkesima dan kagum. Malaysia negara yang selama ini dianggap sebagai 'musuh' bebuyutan Indonesia, mampu menggelar ajang balap MotoGP.
Ketika itu balapan MotoGP Malaysia berlangsung menarik, karena dibumbui perseteruan antara Valentino Rossi dengan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez. Tiket balapan ludes terjual dan hampir 100 ribu penonton hadir di Sirkuit Sepang pada hari H balapan.
Saya juga berkesempatan mewawancarai CEO Sirkuit Internasional Sepang [SIC] Ahmad Razlan Razali dan Presiden SIC, Tan Sri Mokhzani Tun Dr Mahathir. Sebenarnya saya sedikit malu saat melakukan wawancara, karena ketika itu Sirkuit Sepang diselimuti asap yang berasal dari kebakaran hutan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil wawancara saya berkesimpulan Malaysia benar-benar bangga bisa menggelar MotoGP. Malaysia sudah menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi tuan rumah MotoGP sejak 1998 hingga 2017. Predikat itu didapat setelah Indonesia kali terakhir menjadi tuan rumah ajang balap motor Grand Prix pada 1996 dan 1997 di Sirkuit Sentul.
 Hafizh Syahrin awalnya ditargetkan tampil di MotoGP pada 2019. (AFP PHOTO / Toshifumi KITAMURA) |
Musim ini Malaysia akan mendapat saingan dari Thailand setelah Sirkuit Buriram dipastikan menjadi salah satu tuan rumah MotoGP 2018. Tapi, Malaysia diprediksi masih akan menjadi seri paling sukses di Asia Tenggara musim ini dengan Sirkuit Buriram dianggap kurang menarik untuk menggelar balapan.
SIC tidak bisa menggelar MotoGP sendirian. Pemerintah Malaysia sangat mendukung SIC dengan membayarkan uang kontrak dengan Dorna [pengelola MotoGP] hingga akhirnya SIC meraih keuntungan pada 2010. Jadi bisa dibayangkan, SIC yang menggelar ajang balap MotoGP untuk kali pertama 1999, baru untung lebih dari sepuluh tahun kemudian.
Kerja keras dan pengorbanan SIC di dunia MotoGP kini mulai membuahkan hasil. SIC bahkan berani melepas balap mobil Formula One [F1] demi fokus mengembangkan bisnis MotoGP.
MotoGP Malaysia musim ini juga dipastikan akan semakin menarik bagi penenonton tuan rumah setelah pebalap asal Malaysia Hafizh Syahrin resmi memperkuat tim Yamaha Tech3. Syahrin menciptakan sejarah sebagai pebalap pertama asal Asia Tenggara yang memperkuat tim MotoGP.
 Hafizh Syahrin menggantikan posisi Jonas Folger di Yamaha Tech3. (AFP PHOTO / MOHD RASFAN) |
Keberhasilan Syahrin memperkuat tim MotoGP membuat saya semakin keki melihat sukses Malaysia di dunia MotoGP. Di saat Indonesia masih mengimpikan bisa menggelar kejuaraan balap motor MotoGP, Malaysia justru sudah memiliki pebalap yang memperkuat tim MotoGP.
Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan semangat untuk menjadi tuan rumah MotoGP. Bahkan Kementerian Pemuda dan Olahraga [Kemenpora] sudah mencapai kesepakatan awal dengan pihak Dorna agar Indonesia menjadi salah satu tuan rumah MotoGP pada 2017.
Sejak kali pertama mencapai kesepakatan dengan Dorna pada 2015, Indonesia hingga kini belum juga menggelar MotoGP. Indonesia justru kalah dari Thailand yang akan menggelar balapan MotoGP di Sirkuit Buriram musim ini. Masalah utamanya adalah Indonesia belum punya sirkuit kelas A untuk menggelar MotoGP. Sebuah masalah yang sangat besar.
Sejumlah tempat sempat dikabarkan siap menggelar MotoGP, mulai dari Sirkuit Sentul, Palembang, hingga Mandalika, Lombok. Bahkan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin sempat bertemu langsung dengan CEO Dorna Carmelo Ezpeleta di MotoGP Malaysia pada 2016. Tapi, hingga kini belum ada yang pasti.
Mengharapkan Indonesia menggelar MotoGP tahun depan pun akan sulit terwujud. Pasalnya, saat ini pemerintah sedang fokus menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang dimulai Agustus mendatang.
 Gubernur Sumsel Alex Noerdin saat bertemu dengan pihak Dorna di MotoGP Malaysia musim lalu. (Dok. Istimewa) |
Sulit bagi Indonesia untuk mengimbangi prestasi Malaysia dalam hal MotoGP. Setidaknya dibutuhkan waktu bertahun-tahun dan saya jamin tidak mudah. Malaysia pun harus berdarah-darah sebelum bisa meraih keuntungan secara finansial dari menjadi tuan rumah MotoGP.
Syahrin sendiri bisa menjadi pebalap MotoGP bukan dalam waktu singkat. Pihak SIC dan pemerintah Malaysia sudah memiliki rencana yang matang bertahun-tahun lalu untuk menjadikan Syahrin pebalap MotoGP.
Syahrin menjadi pebalap MotoGP lebih awal, karena pihak SIC awalnya menargetkan pebalap 23 tahun itu tampil di kelas primer Grand Prix pada 2019. Meski pun hanya pengganti Jonas Folger di Tech3, tapi Syahrin tetap pantas mendapatkan tempatnya setelah menjalani tes di Sirkuit Buriram.
MotoGP Malaysia musim ini pun dipastikan akan semakin ramai, penjualan tiket akan ludes lebih cepat, menyusul bergabungnya Syahrin di kelas MotoGP. Memiliki
local hero yang tampil di ajang MotoGP dipastikan membuat masyarakat Malaysia semakin antusias hadir di Sirkuit Sepang musim ini.
 Sirkuit Sentul kali terakhir menjadi tuan rumah Grand Prix sepeda motor pada 1997. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu) |
Selain Syahrin, Malaysia kini punya tiga pebalap lainnya yang tampil di balap moto Grand Prix musim 2018. Zulfahmi Khairuddin dan Khairul Idham Pawi di Moto2 serta Adam Norrodin di kelas Moto3.
Puluhan ribu penonton dari Malaysia akan datang ke Sirkuit Sepang untuk mendukung para pebalapnya di GP Malaysia musim ini. Sedangkan kita, Indonesia, lagi-lagi harus datang ke Sirkuit Sepang hanya sebagai turis yang sekadar ingin menyaksikan balapan MotoGP.