LAPORAN DARI BANGKOK

Lobi Indonesia Sukses, Rencana Aturan BWF Soal 11 Poin Batal

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Sabtu, 19 Mei 2018 23:25 WIB
Lobi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sukses membatalkan rencana perubahan aturan dari 21 poin menjadi 11 poin.
Dipastikan tidak akan ada perubahan aturan skor di bulutangkis. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.)
Bangkok, CNN Indonesia -- Lobi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sukses membatalkan rencana perubahan aturan dari 21 poin menjadi 11 poin.

Sekjen PBSI Achmad Budiharto mengatakan rencana aturan baru itu muncul karena desakan hampir seluruh negara-negara Eropa. Indonesia sendiri diklaim Budiharjo langsung menyatakan tidak setuju dengan rencana perubahan tersebut

"Kemudian kami melobi negara-negara, terutama tetangga dan satu kawasan kami di Asia. Mereka pun bisa kami yakinkan dan kompak tidak setuju dengan aturan baru itu," terang Budiharto kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana aturan baru itu batal karena dalam Pertemuan Tahunan BWF, negara-negara yang setuju dengan rencana aturan baru itu tidak memenuhi kuorum 2/3 suara seperti yang tercantum dalam statuta BWF.

Rencana perubahan aturan mengenai poin di laga bulu tangkis diajukan hampir seluruh negara di Eropa.Rencana perubahan aturan mengenai poin di laga bulu tangkis diajukan hampir seluruh negara di Eropa. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
"Dari 252 suara, negara-negara yang tidak setuju ada 123 suara dan hampir semua dari Asia," ujar Budiharto.

Adapun negara-negara yang setuju mencapai 129 suara. Jumlah tersebut pun tidak memenuhi 168 suara atau syarat minimal 2/3 dari total seluruh anggota BWF dalam pemungutan suara itu.

Perubahan yang diusulkan oleh sebagian besar anggota BWF dari negara-negara Eropa adalah 11 poin dalam lima gim. Pihak yang memenangkan tiga gim keluar sebagai pemenang dalam pertandingan.

Lobi Indonesia Sukses, Rencana Aturan BWF Soal 11 Poin Batal
Rencana aturan ini kemudian dirasa pihak Indonesia dan sejumlah negara-negara Asia tidak menguntungkan baik dari segi permainan maupun aspek komersial.

"Dari segi komersial, durasinya jadi lebih pendek dibandingkan aturan 21 poin dalam tiga gim sehingga slot untuk tayangan siaran langsung dan lain sebagainya jadi berkurang."

"Kita ambil contoh seandainya kemenangan dalam tiga gim dengan 11 poin, hanya 33 poin. Sedangkan dengan 21 poin meski hanya dua set, sudah 42 poin dan waktunya pun pasti lebih lama," tutur Budiharjo.

Untuk aspek permainan, Budiharto beranggapan negara-negara Eropa masih tetap mencari format yang bisa menguntungkan mereka. Sebab ia menambahkan, atlet negara-negara Asia nyatanya masih mendominasi meski dengan 21 poin yang merupakan perubahan dari 15 poin dalam tiga gim.

"Dari segi durasi, atlet-atlet Asia memang saya pikir lebih bagus. Berbeda dengan atlet-atlet Eropa yang memiliki power tapi kurang bagus dalam hal ketahanan stamina. Namun, ini baru dugaan kami soal alasan usulan perubahan skor. Terpenting sekarang aturan itu tidak jadi berlaku," ujar Budiharto. (nva/sry)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER