WAWANCARA EKSKLUSIF

Fan Uber dan Thomas Jepang Tak Mencemooh Ketika Tim Kalah

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Senin, 28 Mei 2018 08:34 WIB
Dukungan berbagai pihak, termasuk fan, membuat Reony Mainaky meraih gelar setelah menjadi pelatih tim Jepang sejak 2010.
Reony Mainaky ada di balik kesuksesan bulu tangkis Jepang. (CNN Indonesia/Ahmad Bachrain)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masa penantian panjang Reony Mainaky akhirnya kesampaian. Setelah delapan tahun ikut menangani tim putri Jepang, kakak kandung Rexy Mainaky itu merasakan pengalaman manis mengantarkan negara Matahari Terbit meraih gelar juara Piala Uber 2018.

Reony memilih melatih ke Jepang pada 2010 setelah tak lagi berperan mengangani tim Indonesia. Di tim Jepang, ia bertugas membina dan memoles sektor ganda putri.

Kendati Jepang selalu kandas merebut trofi Uber pada 2012, 2014, dan 2016, Federasi Bulutangkis Jepang tetap memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengabdi di Negeri Sakura. Alhasil, kepercayaan itu berbuah indah dengan membawa pulang piala ke negara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di final Piala Uber 2018, Jepang mengalahkan Thailand yang mampu membuat kejutan lolos ke fase akhir tersebut. Menariknya, ia mengarahkan tim untuk mengalahkan skuat yang dipegang sang adik, Rexy.

Tim Jepang meraih trofi Piala Uber pertama sejak 1981.Tim Jepang meraih trofi Piala Uber pertama sejak 1981. (AFP PHOTO / Lillian SUWANRUMPHA)
CNNIndonesia.com menjumpai mantan ganda Indonesia tersebut di sebuah hotel bintang lima di Bangkok yang merupakan tempat menginap seluruh tim Thomas dan Uber.

Berikut wawancara dengan Reony Mainaky:

Apa faktor utama prestasi Jepang bisa terus maju sedikit demi sedikit hingga juara Piala Uber?

Hal yang paling utama adalah seluruh komponen di sana memberikan dukungan penuh. Bukan cuma federasi dalam hal ini mewakili negara, tapi juga di sektor swasta seperti perusahaan-perusahaan. Dukungan moril tak kalah penting dari para warga Jepang, dalam hal ini para fan.

Dukungan para fan seperti apa yang Anda maksud?

Sederhananya begini, para fan di semua negara pasti antusias mendukung tim mereka. Nah, di Jepang auranya benar-benar positif dalam memberikan dukungan kepada para atlet. Positif dalam arti begini, mereka sangat antusias dan memberikan dukungan total ketika tim [Thomas dan Uber] menang. Tapi tak ada, atau mungkin sangat sedikit para fan yang mecemooh tim jika kalah. Mereka selalu menyemangati tim dalam suasana yang amat kondusif. Itu merupakan bantuan yang sangat berarti bagi para pemain.

Reony Mainaky meraih kesuksesan sebagai pelatih di luar negeri.Reony Mainaky meraih kesuksesan sebagai pelatih di luar negeri. (CNN Indonesia/Ahmad Bachrain)
Ada perbedaan dalam sistem pembinaan para atlet bulutangkis di sana dengan di Indonesia?

Saya rasa tak ada yang berbeda jauh, hampir semua sama. Pembinaan di Indonesia juga memiliki fondasi yang kuat kok. Namun, harus diakui ada budaya yang berbeda.

Bisa dijelaskan lebih gamblang?

Jepang punya gaya hidup yang memang sangat mendukung perkembangan atlet untuk menjadi kelas dunia di cabang apa pun. Contoh saja kebiasaan berolahraga, dari kecil selalu dibiasakan berolahraga minimal joging. Makanananya juga begitu. Para atlet sedari kecil sangat disiplin dalam menjaga diet makanan dan menjadi kebiasaan mereka begitu dewasa. Namun, bukan berarti di Indonesia tak ada yang begitu. Contoh saja Hendra Setiawan, ia memiliki kebiasaan bagus dalam hal menjaga berolahraga rutin menjaga kebugaran dan diet makanan. Hendra tentu harus menjadi contoh baik bagi atlet-atlet muda lainnya di Indonesia. Secara umum, talenta-talenta Indonesia di bulutangkis masih yang terbaik. Untuk itu, perlu dikuatkan lagi dengan budaya yang sangat bagus.

Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi menjadi salah satu andalan Jepang di sektor ganda putri.Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi menjadi salah satu andalan Jepang di sektor ganda putri. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Anda sudah bersama tim Uber ini sejak 2010, terutama di sektor ganda. Sudah ada keyakinan dari awal Jepang bakal juara?

Tentu saja. Saya bisa dibilang melatih mereka sejak masih kecil, sejak masih segini [mengarahkan tangan ke pinggangnya]. Dulu Nozomi [Okuhara], [Kento] Momota masih pada sangat kecil. Kemudian kami terus memberikan masukan-masukan bagik teknik hingga mentalitas kepada mereka.

Apa maksudnya secara mentalitas?

Kami, terutama saya secara pribadi, terus menanamkan kepada mereka bahwa harus ada tujuan. Di bulutangkis ini tentu saja tujuannya meraih prestasi setinggi mungkin termasuk juara Uber. Tentu bukan perkara mudah karena mereka hampir semuanya adalah bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan sehingga ketika kalah, ya sudah kalah. Namun, tidak boleh seperti itu, harus dicoba lagi ke depannya sampai tujuan terwujud. Secara umum, hidup memang harus punya tujuan.

Mereka bekerja sebagai karyawan swasta selain bulutangkis. Apa itu jadi tantangan tersendiri?

Bekerja sambil bermain bulutangkis memang sudah lazim bagi orang-orang Jepang. Hidup mereka bukan hanya di bulutangkis. Ketika tak ada event besar. Mereka kembali ke dunia pekerjaan, bukan sebagai atlet. Namun, mereka juga ada kesadaran harus membela nama negara, salah satunya dengan menjadi atlet dalam hal ini bulutangkis.

Kento Momota menjadi salah satu atlet Jepang yang dibina Reony Mainaky.Kento Momota menjadi salah satu atlet Jepang yang dibina Reony Mainaky. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Tapi, bagaimana mereka bisa mengatur waktunya harus berlatih intensif di bulutangkis sembari bekerja?

Bukan perkara sulit bagi para atlet untuk mengatur waktu. Mereka sudah paham betul untuk menyesuaikan waktu berlatih setelah jam kerja selesai, termasuk waktu untuk beristirahat. Itulah bedanya, budaya mereka dalam hal waktu sangat bagus. Kita [Indonesia] tentu harus belajar dari Jepang.

Fan Uber dan Thomas Jepang Tak Mencemooh Ketika Tim Kalah
Apakah pernah ada kasus perusahaan salah satu atlet tidak memberikan dispensasi tidak berja demi tampil di kejuaraan dunia?

Sejauh yang saya ketahui selama melatih di sini, tidak ada kasus seperti ini. Makanya yang saya bilang di awal, seluruh komponen di negara ini memberikan dukungan penuh sebisa yang mereka berikan.

Bagaimana menemani tim melawan Thailand yang dilatih saudara sendiri [Rexy]?

Biasa saja sebenarnya karena kami memang profesional, melakukan yang terbaik di tempat kami berada.

Ada obrolan sebelum dan sesudah pertandingan?

Tentu saja ada. Kami saling mengejek untuk sekadar berkelakar. Di grup [WhatsApp] keluarga pun ramai saling 'serang' bercandaan. Tapi pada akhirnya kami saling mendukung. (sry)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER