Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Spanyol berhak melaju ke babak 16 besar
Piala Dunia 2018 dengan status juara grup. Namun, lini pertahanan La Furia Roja masih menjadi titik terlemah yang wajib dibenahi.
Pada laga terakhir, Spanyol hanya mampu bermain imbang 2-2 lawan Maroko. Hasil seri tersebut juga harus diraih dengan susah payah. Tim Matador dua kali tertinggal dan harus bekerja keras untuk menyamakan kedudukan.
Gol pertama Maroko tercipta berkat blunder yang dilakukan Sergio Ramos dan Andres Iniesta pada menit ke-14. Miskomunikasi di antara keduanya membuka celah bagi Khalid Boutaib untuk mencuri bola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boutaib dengan cepat melesat ke kotak penalti dan tinggal berhadapan dengan De Gea. Penyerang 31 tahun itu dengan cerdik melepaskan tembakan kaki kiri yang tak mampu diantisipasi De Gea.
Entah memandang remeh lawan atau tidak, lini belakang Spanyol yang dipimpin Sergio Ramos kerap kawalahan sejumlah serangan balik yang dibangun Maroko. Pada menit ke-25, gawang De Gea nyaris kembali bergetar.
 Khalid Boutaib membawa Maroko unggul atas Spanyol. (REUTERS/Mariana Bazo) |
Boutaib berhasil meloloskan diri dari kawalan pemain belakang Spanyol untuk meraih umpan panjang di kotak penalti. Namun, tembakan pemain bernomor punggung 13 itu masih bisa diblok De Gea.
Pertahanan buruk Spanyol terkena batunya di menit ke-81. Sergio Ramos yang turut andil terhadap gol pertama juga kembali jadi keladi terjadinya gol kedua Maroko. Kapten Real Madrid itu gagal memenangi duel udara dari situasi tendangan penjuru sehingga bola bisa ditanduk Youssef En-Nesyri.
Berdasarkan statistik yang dinukil dari Whoscored, Spanyol memang unggul dalam penguasaan bola hingga mecapai 75 persen. Tim Matador juga melesakkan 18 tembakan dan hanya lima di antaranya yang tepat mengarah ke gawang.
Sementara Maroko yang tampil tanpa beban bermain lebih seimbang. Kuat dalam bertahan dan juga efektif saat melancarkan serangan. Skuat arahan Herve Renard itu menghasilkan tiga on target dari enam percobaan yang dilakukan. Artinya, setengah serangan Maroko berhasil menghadirkan potensi untuk mencetak gol.
Peran Penting IscoHasil imbang yang diraih Spanyol tak lepas dari peran krusial Isco. Tak hanya sukses mencetak gol penyama keududkan, Isco juga berhasil menyumbang assist terhadap gol telat Iago Aspas di masa injury time.
Pola serangan Spanyol tak banyak berubah. Mengandalkan ball possesian ala tiki-taka untuk mengurung pertahanan lawan. Namun, strategi ini mulai kadarluarsa dan sudah bisa dibaca para lawan-lawannya, termasuk tim sekelas Maroko.
 Isco Alarcon (kiri) memiliki peran penting dalam permainan Spanyol dalam laga menghadapi Maroko. (REUTERS/Christian Hartmann) |
Permainan apik Isco di sepanjang laga juga membuatnya dinobatkan sebagai pemain terbaik. Gelandang Real Madrid itu sukses melepaskan umpan mencapai 92 persen dan menghasilkan dua
on target di mana satu di antaranya berbuah gol.
Sumbangsih satu gol dan satu assist menjadikan Isco istimewa pada laga ini. Secara kesuluruhan, Isco sudah terlibat dalam 12 gol yang berhasil dilesakkan Spanyol dari 15 penampilan terakhirnya di ajang internasional. Ia juga sudah mencetak 10 gol dan dua assist.
Maroko Tampil SpartanMaroko tak hanya sekadar melapis pertahanan, namun para pemainnya tak segan untuk melakukan duel terhadap pemegang bola. Sederet pelanggaran pun tak terelakan. Iniesta, Isco, bahkan Sergio Busquets kerap terkapar dijatuhkan para penggawa Maroko yang tampil spartan dan tak kenal lelah.
Permainan ngotot dan keras memang jadi obat penawar tiki-taka ala Spanyol dan Maroko nyaris sempurna melakukannya. Wasit Ravshan Irmatov bahkan harus mencabut enam kartu kuning untuk para pemain Maroko. Maroko juga unggul soal duel area dan catatan tekel sukses.
Penampilan Maroko yang tanpa beban juga membuat mereka berani meladeni permainan menyerang Spanyol. Perlu diingat, Maroko juga tampil apik meski menelan kekalahan saat melawan Portugal dan Iran.
Spanyol Wajib BerbenahSpanyol benar-benar wajib membenahi konsentrasi pertahanan mereka di babak 16 besar mendatang jika masih ingin menjaga asa juara. Pelatih Fernando Hierro, yang berlatar belakang pemain bertahan legendaris juga pasti tahu kelemahan skuatnya.
Barisan para gelandang yang cenderung menyerang juga wajib dipaksa untuk membantu pertahanan. Apalagi Iniesta, Isco, David Silva, dan Thiago Alcantara yang dimainkan bersamaan sejak menit awal adalah tipikal gelandang serang. Praktis hanya Sergio Busquets yang bisa diandalkan membantu pertahanan dengan baik.
Soliditas pertahanan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemain belakang. Pemain depan dan barisan gelandang juga wajib membantu jika dalam situasi tertekan. Koordinasi pertahanan inilah yang harus dibenahi Spanyol sebelum mentas di babak 16 besar kontra Rusia pada 1 Juli mendatang.
Tuan rumah Rusia bukan lawan sembarangan. Tim berjuluk Sbornaya punya catatan gemilang di fase grup dengan mengalahkan Arab Saudi 5-0 serta menaklukkan Mesir 3-1. Mereka hanya tergelincir di laga terakhir usai dikalahkan Uruguay 0-2.
Lini belakang Spanyol bisa jadi ladang amukan Denis Cheryshev jika masih tampil tak solid seperti bermain di fase grup. Sebaliknya, peluang Tim Matador juga terbuka lebar jika mampu menjaga keseimbangan antara serangan yang agresif dan pertahanan yang solid.
(nva)