Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Inggris bisa membuktikan mereka tidak tergantung pada sosok striker
Harry Kane di
Piala Dunia 2018. Ketika penyerang Tottenham Hotspur itu tidak berdaya, Inggirs masih memiliki pemain lain yang bisa mencetak gol dan memberikan kemenangan.
Saat menghadapi Swedia di babak perempat final di Stadion Samara Arena, Sabtu (7/7), Inggris menang 2-0, dan kedua gol tersebut tidak dicetak Harry Kane, melainkan berkat sundulan Harry Maguire pada menit ke-30 dan Dele Alli menit ke-59.
Padahal, dalam tiga pertandingan sebelumnya ketika dimainkan, Kane selalu mencetak gol. Bahkan saat ini Kane menjadi pemuncak klasemen sementara daftar pencetak gol Piala Dunia 2018 dengan torehan enam gol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertandingan melawan Swedia penampilan Kane nyaris tidak terlihat. Pergerakan Kane seperti dimatikan oleh lini belakang Swedia, Victor Lindelof dan Andreas Granqvist.
Berdasarkan data dari Soccerway, Kane hanya melepaskan satu tembakan ketika menghadapi Swedia, dan itu pun tidak tepat sasaran. Catatan tersebut merupakan yang paling rendah bagi Kane selama tampil di Piala Dunia 2018.
 Harry Kane 'dimatikan' lini belakang Swedia dan hanya melepaskan satu tembakan. (REUTERS/David Gray) |
Saat melawan Tunisia di laga pertama Grup G, Kane membuat tiga tembakan dengan dua di antaranya on target. Capaian itu membuat Kane mencetak dua gol dalam laga tersebut.
Di laga berikutnya, Kane membuat tiga tembakan dengan mencetak tiga gol ke gawang Panama. Sedangkan ketika melawan Kolombia di babak 16 besar, Kane membuat tiga tembakan dengan satu di antaranya berbuah gol. Kane hanya tidak bermain ketika Inggris kalah 0-1 dari Belgia di laga terakhir Grup G.
Di laga perempat final Kane tidak lagi berfungsi sebagai ujung tombak yang berfungsi sebagai pencetak gol, melainkan sebagai tembok atau pemain yang membuka ruang gerak bagi pemain lain.
Hal itu terbukti dari gol pertama Inggris yang dicetak Maguire. Saat Ashley Young melepaskan tendangan sudut, sebanyak empat pemain Swedia: Lindelof, Granqvist, Ludwig Augustinsson, dan Albin Ekdal memilih fokus terhadap Kane.
 Fokus pemain Swedia menjaga Kane dimanfaatkan Harry Maguire untuk mencetak gol. (REUTERS/David Gray) |
Kondisi itu membuat Maguire memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Tanpa kawalan berarti bek Leicester City itu bergerak dari belakang dan melompat tanpa kawalan untuk menyundul bola ke dalam gawang Swedia.
Terciptanya gol kedua juga tidak jauh berbeda. Pada menit ke-58, ada tiga pemain Inggris di kotak penalti Swedia, Alli, Kane, dan Sterling. Ketiganya dijaga empat pemain Swedia. Tetapi keempat pemain Swedia itu hanya fokus kepada Kane dan Sterling. Begitu Jesse Lingard melepaskan umpan ke kotak penalti lawan, Alli bisa lolos dari jebakan penalti dan mencetak gol dengan sundulan pada menit ke-59.
Kane yang lahir di Walthamstow itu juga tidak segan-segan untuk turun ke bawah mencari bola karena buntu di lini depan. Kendati demikian, aksi Kane itu justru membuat posisi Sterling terbuka dan kerap diberikan bola-bola daerah oleh pemain lain untuk mengawali serangan timnas Inggris.
Dengan situasi seperti itu pelatih Inggris Gareth Southgate tidak perlu khawatir ketika peran Kane 'dimatikan' pemain lawan. Southgate hanya perlu meminta pemain lain untuk ikut membantu serangan.
 Di babak kedua giliran Dele Alli yang mencetak gol lantaran tak terkawal bek Swedia. (REUTERS/David Gray) |
Di Piala Dunia 2018 Inggris bermain dengan skema 3-5-2. Dengan formasi tersebut Kane tampaknya memiliki Sterling sebagai duet di lini. Tetapi pada kenyataannya, hanya Kane sendiri yang bertugas di lini depan, sementara Sterling memiliki peran bermain di belakang Kane, termasuk mencari bola.
Karena itu pergerakan pemain lain sangat dibutuhkan ketika Kane mengalami kebuntuan. Biasanya, Sterling atau Alli yang bertugas membuka ruang gerak.
Sayangnya hal itu tidak terlihat di babak pertama saat melawan Swedia. Pada 45 menit pertama laga tersebut terasa berjalan alot dan cenderung membosankan. Inggris bisa memegang penguasaan bola, tetapi kerap kesulitan ketika sudah berada di depan kotak penalti Swedia.
Pasalnya, tim asuhan Janne Andersson menumpuk pemainnya di kotak penalti. Untuk menciptakan peluang, The Three lions seharunya berani melepaskan tembakan-tembakan dari luar kotak penalti. Tetapi itu tidak dilakukan Inggris.
 Lini belakang Swedia lebih longgar usai kebobolan. (REUTERS/Dylan Martinez) |
Saat itu pemain-pemain Inggris cenderung malas bergerak, sehingga ketika ada pemain yang memegang bola jadi terlihat kebingungan untuk mengalirkan bola kembali. Sementara sudut untuk melepaskan tembakan tidak terlalu bagus.
Selain kepada Maguire dan Alli, Inggris juga patut berterima kasih kepada kiper Jordan Pickford. Penjaga gawang asal klub Everton itu membuat tiga penyelamatan gemilang yang menghindarkan juara Piala Dunia 1966 itu dari kebobolan tiga gol.
Jika ada pemain Inggris yang dianggap tampil tidak maksimal saat melawan Swedia, itu bisa ditujukan kepada Sterling. Winger Manchester City kerap bermain lebih individu. Sterling juga beberapa kali terlihat memperlambat irama permainan, di saaat yang bersamaan pemain-pemain Inggris tengah termotivasi untuk menambah keunggulan karena sudah berhasil mendominasi permainan. Rapor Sterling kian buruk karena sempat membuang peluang gol saat telah berhadap-hadapan dengan kiper Robin Olsen.
Faktor lain yang memenangi Inggris adalah tidak beraninya Swedia melakukan serangan balik seperti saat melawan Swiss. Tim berjuluk Blagult itu juga terlihat sangat berhati-hati, terutama dari trasisi bertahan ke menyerang.
Karena ekstrahati-hati itu juga Swedia tidak memiliki tembakan tepat sasaran di babak pertama. Bahkan pada 45 menit pertama Swedia tidak mendapat kesempatan melakukan tendangan penjuru.
Padahal, jika Swedia mengambil inisiatif bermain lepas dalam melakukan serangan balik cepat, lini pertahanan Inggris bisa keteteran. Karena, ketika menekan Swedia, lini belakang Inggris bertahan cukup tinggi, bahkan Maguire sempat terlihat berada di tiga perempat lapangan Swedia.
Kini motivasi Inggris meningkat berkali-kali lipat. Siapa pun pemenangan antara Rusia dan Kroasia akan menjadi lawan sepadan bagi Inggris. Tetapi Southgate tidak perlu lagi risau, karena timnya sudah menunjukkan karakter permainan yang berbeda dibanding generasi timnas Inggris sebelum-sebelumnya.
Timnas Inggris di era ini bisa bermain dan menemukan solusi lain ketika pemain andalannya dimatikan lawan. Selain itu, Inggris juga piawai memanfaatkan bola-bola mati. Dari 11 gol yang dicetak Inggris di turnamen ini, delapan di antaranya berasal dari bola-bola mati.
(bac)