Tenang Bersama Luka Modric

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Minggu, 15 Jul 2018 14:35 WIB
Di partai final yang sarat tensi, Luka Modric akan jadi pengendali ritme, memberikan napas pada permainan dan ketenangan bagi timnas Kroasia.
Ilustrasi Luka Modric. (Diolah dari Reuters/CNN Indonesia/Fajrian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap kali seorang pemain Kroasia muncul di hadapan wartawan, mereka tahu hanya ada satu pertanyaan wajib yang akan diajukan: apa pendapatmu soal Luka Modric? Setiap kali itu pula mereka melontarkan kekaguman untuk sang kapten.

Modric, gelandang 32 tahun, tampil gemilang di Piala Dunia 2018 kali ini dan mengantarkan Vatreni ke final. Partai yang diidam-idamkan oleh nyaris semua pemain di seluruh dunia. Partai yang bahkan belum pernah dijalani oleh Davor Suker, Zvonimir Boban, atau Alen Boksic -- generasi pemain yang dianggap pahlawan oleh Modric.

Pemain Real Madrid itu memang bukan sekadar nama terkenal. Ia berhasil membuktikan perannya bagi Kroasia dan merebut tiga kali pemain terbaik dari enam laga yang dilalui Kroasia untuk menuju ke final.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tenang Bersama Luka Modric (tahan)
Modric mencetak dua gol, satu assist, dan dengan persentase umpan sukses 86,4 persen. Modric juga memiliki rataan key-passes atau umpan berbuah peluang 2,7 per laga. Rataan ini masuk 10 besar jumlah key-passes tertinggi di Piala Dunia. Dari total 736 pemain yang datang ke Rusia.

Di antara pemain Kroasia lainnya, ia juga punya menit bermain paling tinggi yaitu 604 menit dari enam pertandingan.

Tenang Bersama Luka Modric (tahan)Luka Modric ketika merayakan keberhasilan Kroasia melaju ke final Piala Dunia 2018. (REUTERS/Ivan Alvarado)
Bagi Modric, melaju ke final seolah-olah bayaran tuntas segala sakit hatinya selama satu dekade terakhir dalam balutan seragam Kroasia.

Ia gagal dalam adu penalti ketika Kroasia kalah dari Turki di perempat final Piala Eropa 2008, dan dua tahun lalu mereka angkat koper dari Piala Eropa karena gol di menit-menit akhir laga melawan Portugal.

"Di turnamen-turnamen sebelumnya kami kurang beruntung, tapi tahun ini kami menagih utang-utang kami sebelumnya," ujar Modric setelah Kroasia memastikan satu tempat di semifinal.

Modric tentu berada di jantung prestasi bersejarah Kroasia ini. Berada di lini tengah dengan berduet bersama rivalnya di Liga Spanyol, Ivan Rakitic, Modric adalah sumber ketenangan bagi rekan-rekannya.

Ia mampu melindungi bola dalam situasi penuh tekanan dan umpan-umpan akuratnya kerap membuat lini tengah dan belakang lawan kebingungan.

Dia juga punya mental baja yang dibuktikannya ketika tetap menjadi algojo di adu penalti melawan Denmark, meski di waktu normal ia sempat gagal mengeksekusi dari titik putih.

Luka Modric disebut oleh Jorge Valdano sebagai pengendali ruang dan waktu di pertandingan. Luka Modric disebut oleh Jorge Valdano sebagai pengendali ruang dan waktu di pertandingan. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Mantan pemain timnas Argentina yang juga pernah jadi Direktur Teknik Real Madrid, Jorge Valdano, bahkan lebih jauh lagi menyebutnya sebagai pekerja keajaiban yang mengingatkan kita soal keberadaan waktu dan ruang.

Ia merujuk pada kemampuan Modric untuk menguasai permainan. Menurut Valdano, ketika semua pemain seolah tergesa-gesa menyerang ke area lawan begitu kaki menyentuh bola, Modric justru memberikan napas pada sepak bola itu sendiri.

Ia membaca denyut nadi pertandingan, memahaminya, dan kemudian mengendalikannya.

Pemain-pemain yang bisa memanipulasi 'waktu' di lapangan ini tak terlahir di setiap generasi. Juan Veron, Juan Roman Riquelme, Andrea Pirlo, atau Xavi Hernandez bisa disebut segelintir pemain yang masuk kategori tersebut.

Selain Luka Modric, Andrea Pirlo adalah pemain yang bisa mengendalikan ritme permainan. Selain Luka Modric, Andrea Pirlo adalah pemain yang bisa mengendalikan ritme permainan. (Reuters/Paul Hanna)
Dengan keberhasilan Modric mengantarkan Real Madrid merebut Liga Champions keempat dalam lima tahun terakhir, Ballon d'Or berpeluang besar jatuh ke tangannya jika ia dan Kroasia berhasil menjadi juara Piala Dunia.

Dukungan untuk Modric ini datang bukan hanya dari sang pelatih tapi juga rekan setimnya di timnas.

"Saya mengenal Luka selama bertahun-tahun, bukan hanya bersama tim nasional tapi kami juga bermain bareng di level klub," kata Mario Mandzukic yang menjadi rekan satu tim Modric di Dinamo Zagreb satu dekade lalu.

"Ia pantas mendapatkan semua pujian dari media dan publik. Untuk sampai di titik ini, ia telah bekerja sangat keras. Ia kapten dan pemimpin kami dan jika ia mendapatkan Ballon d'Or maka ia pantas mendapatkannya dan saya ingin dia mendapatkannya."

Timnas Kroasia akan bertanding melawan Prancis di final Piala Dunia 2018. Timnas Kroasia akan bertanding melawan Prancis di final Piala Dunia 2018. (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Hanya saja, pemain-pemain seperti Modric ini jauh dari sorotan. Lihat saja bagaimana Xavi Hernandez tak pernah sekalipun merebut Ballon d'Or meski ia juga menjadi otak di balik lembaran tersukses dalam sejarah Barcelona.

Xavi harus puas melihat silau lampu sorot jatuh pada Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, lagi dan lagi.

Ketika wasit membunyikan peluit panjang tanda pertandingan final dimulai nanti, mungkin gelar Ballon d'Or sama sekali takkan ada di pikiran Modric.

Ia hanya akan mencoba untuk kembali jadi sumber ketenangan bagi rekan-rekannya dalam mengarungi pertandingan paling penting dalam hidup mereka.

Jika tugas berhasil ini ia lakukan, bukan tidak mungkin para penggawa Kroasia mencatatkan sejarah tertinggi dalam hidup mereka. Sebuah bayaran yang sesungguhnya lebih memuaskan dari predikat Pemain Terbaik Dunia. (nva)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER