Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir setiap musim, para pendukung
Liverpool berpegang pada prinsip bahwa 'tahun ini (gelar Liga Inggris) milik mereka' dan untuk kali pertama dalam waktu yang sangat lama, hal ini berpeluang terjadi.
Di antara klub enam besar lainnya, Liverpool bergeliat paling aktif di bursa transfer. Mereka merampungkan proses transfer
Naby Keita yang dimulai sejak tahun lalu, merekrut
Fabinho dan
Xherdan Shaqiri, serta menjadikan Alisson Becker sebagai kiper termahal di dunia.
Ini belum ditambah oleh Virgin Van Dijk yang juga didatangkan dengan banderol selangit pada bursa transfer Januari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika menghitung sejak awal tahun lalu, Liverpool telah menghabiskan lebih dari £250 juta untuk memperkuat pasukan mereka, menjadi bursa transfer paling boros Liverpool dalam satu dekade terakhir.
 Liverpool mengawali pesta transfer mereka dengan membeli Virgil Van Dijk pada Januari lalu. (REUTERS/Phil Noble) |
Kedatangan para pemain ini juga membuat The Reds terlihat setidaknya coba menyelesaikan masalah yang tiap tahun kerap terjadi, mulai dari ketidaksolidan di lini belakang, kiper yang tidak bisa diandalkan, dan minim pelapis lini depan.
Musim lalu, Liverpool yang menduduki peringkat keempat, memang acap kali mendapat pujian karena permainan atraktif yang membuat mereka jadi tim dengan torehan gol kedua terbanyak setelah Manchester City.
Namun ini tak pernah benar-benar diimbangi di sektor belakang yang terlalu sering membiarkan lawan menciptakan gol-gol mudah. Akibatnya, mereka kerap hanya mendapat hasil imbang ketika melawan tim papan bawah, seperti Watford, Burnley, West Bromwich Albion atau Everton yang di atas kertas seharusnya bisa ditaklukkan.
Dari antara tim di enam besar, musim lalu Liverpool juga mengoleksi hasil imbang terbanyak yaitu 12 kali, sementara ManCity di puncak klasemen hanya empat kali imbang.
Namun mengatasi segala permasalahan itu tak semudah mendatangkan bintang-bintang. Para pemain ini tentu butuh waktu beradaptasi, bukan hanya dengan rekan setim tapi juga dengan taktik "
gegenpressing" Juergen Klopp.
Sebagai pelatih, Klopp sendiri dituntut untuk segera mengantarkan piala ke Anfield. Dalam tiga musimnya di Liverpool, ia tiga kali mencapai final, tapi juga tiga kali gagal untuk membawa pulang gelar juara.
 Juergen Klopp gagal mengantarkan gelar ke Anfield meski mengantarkan Liverpool ke tiga final. (Reuters/Lee Smith) |
Lini Depan yang Kian MenggilaSatu hal yang bisa mendorong perjalanan Liverpool musim depan adalah lagi-lagi lini depan mereka. Kehadiran Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane kini akan ditunjang oleh kreativitas Shaqiri dan juga energi Keita.
Apalagi Liverpool juga telah memulai musim dengan mengamankan kontrak jangka panjang untuk Firmino dan Salah -- serta membuat kedua pemain senang dengan menggandakan gaji mereka. Dengan Mane yang diprediksi juga akan segera mendapat kepastian kontrak, trio lini depan itu punya cukup dorongan moral untuk meneruskan rekam jejak mereka musim lalu.
Satu hal yang menarik untuk diamati adalah peran yang akan diberikan Klopp untuk Keita. Dalam wawancaranya, pelatih asal Jerman itu mengatakan akan mengubah posisi Keita dari semula pemain sayap menjadi si nomor delapan atau tepatnya gelandang
box-to-box.
Klopp menilai pemain 22 tahun itu punya cukup kecerdasan, baik untuk melindungi lini belakang maupun untuk mendistribusikan bola ke lini depan.
Kehadiran Keita serta Fabinho akan membuat Klopp memiliki solusi di lini tengah seandainya gelandang-gelandang lainnya bergantian cedera, seperti yang terjadi di musim lalu.
 Naby Keita jadi salah satu pemain anyar Liverpool di musim 2018/2019. (REUTERS/Chris Keane) |
Calon Pemain Bintang: Virgil Van DijkKehadiran Van Dijk langsung membuahkan hasil, dengan Liverpool yang kebobolan lebih sedikit dari Manchester City di paruh musim kedua.
Ia kuat di udara dan juga punya kepemimpinan yang baik untuk mengomandai dua bek sayap muda Liverpool, Trent Alexander Arnold dan Andrew Robertson.
Dengan adanya Alisson di bawah mistar gawang, Van Dijk bisa bermain dengan lebih tenang dan membuktikan mahar mahal £75 juta yang harus ditebus Liverpool tidak sia-sia.
(ptr)