Jakarta, CNN Indonesia -- Munculnya para pencibir atlet
Asian Games 2018 menjadi salah satu fenomena yang hadir di pesta olahraga negara-negara Asia kali ini.
Sejumlah atlet Indonesia sempat menjadi korban
bully di gelaran Asian Games 2018. Jonatan Christie, Anthony Ginting, Febri Hariyadi, dan Andritany Ardhiyasa adalah nama-nama yang sempat jadi sasaran pencibir.
Menurut psikolog Roslina Verauli, orang-orang yang merisak para atlet menilai dirinya adalah 'bagian' dari tim yang tengah berjuang untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat mereka [atlet] berjuang, mereka dianggap mewakili bangsa. Para
pem-bully ikut menghayati dalam performa mereka. Ketika kalah, hal itu menyakitkan untuk suporter," ucap Roslina.
 Febri Hariyadi tak lepas dari sasaran cibiran warganet. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
Di saat atlet kalah, rasa sakit itu diarahkan ke hal yang salah oleh para pelaku dengan mengolok-olok.
"Agar terhindar dari perasaan tak menyenangkan, mereka lalu menyalahkan dan
mem-bully. Hal itu agar mereka terhindar dari perasaan tidak nyaman [akibat atlet Indonesia kalah]," ujar Roslina.
Di era saat ini, orang-orang yang merisak lebih banyak bermunculan di media sosial. Hal itu dikarenakan identitas yang lebih samar di dunia maya.
"Di media sosial, individu tidak mewakili diri sendiri. Mereka bisa jadi siapapun di media sosial. Mereka bisa terlepas dari tanggung jawab pribadi."
 Anthony Ginting raih perunggu di Asian Games 2018. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
"Bahkan bila sudah ada kelompok-kelompoknya, maka mereka akan menunjukkan perilaku kelompok," kata Roslina.
Namun fenomena pencibir atlet Asian Games sendiri merupakan kelompok minoritas lantaran lebih banyak yang mendukung perjuangan atlet-atlet Indonesia di ajang Asian Games.
"Mereka yang teredukasi dengan baik akan paham tentang penghayatan akan kebangsaan [dan tidak akan membully]. Loyalitas terhadap bangsa juga tinggi. Karena mereka juga merasa bertanggung jawab sehingga mereka bisa saling memberikan dukungan."
"Pembukaan Asian Games benar-benar membangkitkan rasa kebangsaan kita. Karena itu saya suka yel-yel, 'Siapa Kita? Indonesia!'" tutur Roslina.
(jun/sry)