Jakarta, CNN Indonesia --
Bima Sakti akan menghadapi tantangan yang tidak mudah sebagai pelatih kepala dalam menangani
Timnas Indonesia U-16.
Mantan pelatih Timnas Indonesia U-16,
Fakhri Husaini, menceritakan pengalamannya saat mengalami kendala dalam mencari bibit pemain. Hal ini karena minimnya kompetisi reguler U-16 menjadi tantangan yang tidak terelakkan.
"[Kompetisi U-16] hanya Liga Kompas dan TopSkor di Jakarta. Saya harus kerja sama dengan Asprov [Asosiasi Provinsi] untuk seleksi pemain, meski tidak semua dari 34 Asprov yang respon niatan kerja sama itu," kata Fakhri kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (12/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian yang kedua, U-16 itu usia transisi dari anak ke remaja. Ketika berada di tim, perlu kerja keras juga supaya bisa menyatukan mereka sebagai sebuah tim yang kuat," katanya menambahkan.
 Bima Sakti saat menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia U-22. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Timnas Indonesia U-16 tahun ini, lanjut Fakhri, dihuni pemain kelahiran 2003-2004. Ia mengatakan Bima harus segera mulai cari pemain.
"Karena tidak gampang, dasar sepak bola pemain usia muda harus diperbaiki. Tanpa bermaksud mengecilkan peran pelatih di SSB [Sekolah Sepak Bola], tapi memang perlu kerja keras lagi," ucap Fakhri.
Bima saat ini sedang berada di Inggris dan menjadi asisten pelatih eks bintang Chelsea, Dennis Wise selama enam bulan. Selama di Inggris, ia akan belajar metode pengajaran sepak bola.
Selain Bima, 24 pemain Indonesia program Garuda Select sudah lebih dahulu menimba ilmu di sana. Para pemain tersebut rata-rata kelahiran 2001-2002.
"[Bima] harus cepat pulang ke Indonesia, sudah mulai gerilya cari pemain. Karena [pemain Garuda Select] di sana bukan pemain yang dia pakai," ujar Fakhri.
"Perlu waktu [cari pemain], Indonesia terlalu luas dari Aceh ke Papua. Dia harus menyusun program agar tidak banyak kendala," ujarnya melanjutkan.
(map/bac/sry)