Hanoi, CNN Indonesia -- Asep Azis memiliki tugas lain saat bersama skuat Garuda Muda di luar sebagai fisioterapis
Timnas Indonesia U-23, yaitu menjadi penerjemah pelatih
Indra Sjafri.
Sosok Asep selalu hadir dalam setiap konferensi pers jelang atau setelah pertandingan Timnas Indonesia U-23. Asep juga selalu ada di samping Coach Indra ketika ditemui wartawan asing di pinggir lapangan seusai latihan.
Asep mengaku menjadi penerjemah adalah 'pekerjaan' baru yang dilakoni sejak bersama Timnas Indonesia U-22 awal tahun ini. Piala AFF U-22 2019 di Kamboja pada Februari lalu adalah ajang pertamanya mendampingi Indra di ruang konferensi pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya karena Coach Indra dekat dengan saya. Saya juga lumayan sering pergi ke luar negeri. Akhirnya memberanikan diri menjadi penerjemah tapi sambil belajar," ujar Asep.
"Apa yang bisa saya kerjakan untuk membantu Timnas Indonesia, dan itu positif maka saya lakukan," ucap Asep menambahkan.
 Fisioterapis Timnas Indonesia U-23 Asep Azis. (CNNIndonesia.com/Surya Sumirat) |
Asep menuturkan sejauh ini tidak memiliki kendala berarti selama membantu Indra menjadi pengalih bahasa. Akan tetapi, lulusan Universitas Esa Unggul itu mengaku sempat tidak yakin dengan kemampuannya saat menerima pekerjaan ganda menjadi fisioterapis dan juga penerjemah.
"Awalnya pasti kurang percaya diri untuk menerjemahkan, takut salah arti. Tapi kalau enggak berani coba, ya tidak akan maju. Untuk saat ini Coach Indra percaya dengan saya," tutur Asep.
Asep yang kini tinggal di Surabaya juga tak membantah pernah memiliki kekhawatiran menjadi penerjemah. Namun ia juga punya siasat untuk mengusir kegundahannya itu saat di depan media asing.
"Saya biasanya akan cek lagi pertanyaan ke penerjemah, seperti di Vietnam saat ini. Pertanyaannya dalam bahasa Vietnam disampaikan ke penerjemah dalam bahasa Inggris, kalau saya kurang bisa menangkap, saya akan coba tanyakan sekali lagi," ucap Asep.
"Jadi memang sangat hati-hati sekali dan pemilihan kosa katanya jangan sampai salah arti. Karena saya sendiri enggak bisa menerjemahkan kata per kata. Tapi ambil kesimpulannya lalu saya sampaikan lagi," ujar Asep yang juga instruktur fisioterapi itu melanjutkan.
Dibanding ajang sebelumnya, Piala AFF U-22 2019, Asep menyebut tugas penerjemah di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 kali ini jauh lebih sulit.
"Karena di sini lebih sedikit yang mengerti bahasa Inggris, dengan segala keterbatasannya apa yang disampaikan mereka tetap kami coba jawab," ucap Asep memaparkan.
(nva/sry/jal)