Jakarta, CNN Indonesia --
Liverpool berhasil memutarbalikkan keadaan pada laga semifinal
Liga Champions sehingga berhasil melaju ke final, laga pamungkas yang kurang bersahabat dengan manajer
Juergen Klopp.
Tertinggal 0-3 dari Barcelona pada leg pertama, Liverpool melakukan
comeback. Satu gol pada babak pertama yang disusul tiga gol pada babak kedua membuat The Reds melaju ke final Liga Champions 2018/2019.
Klopp pun mengulang pencapaian musim lalu ketika membawa Sadio Mane dan kawan-kawan ke partai puncak Liga Champions berhadapan dengan Real Madrid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim lalu klub pemilik tujuh trofi Si Kuping Lebar itu tidak mampu meredam Madrid yang meraih gelar ketiga secara beruntun. Kalah 1-3, Klopp dan anak asuhnya harus puas dengan predikat
runner-up.
 Juergen Klopp berangkulan dengan para pemain Liverpool. (REUTERS/Phil Noble) |
Tidak sekali saja juru latih pemilik gelar diploma ilmu olahraga itu gagal di final. Bersama Klopp, Liverpool juga harus puas sekadar menjadi finalis Piala Liga Inggris dan Liga Europa pada musim 2015/2016.
Liverpool kalah adu penalti dari Manchester City di final Piala Liga pada Februari 2016. Tiga bulan berselang, Liverpool takluk dari Sevilla pada partai terakhir Liga Europa dengan skor 1-3 setelah sempat memimpin terlebih dahulu.
Klopp pun tercatat belum pernah meraih gelar selama menangani Liverpool sejak Oktober 2015.
Sejarah buruk Klopp di partai final sudah dimulai ketika masih menangani Borussia Dortmund. Pelatih yang khas dengan kacamata itu juga pernah gagal di final Liga Champions.
Mampu mengantar Die Borussen ke final musim 2012/2013, Klopp gagal menghentikan kedigdayaan Bayern Munchen.
Kali terakhir Klopp sukses mengantar kesebelasan menjadi juara dalam format turnamen adalah di ajang Piala Jerman atau DFB Pokal pada musim 2011/2012. Ketika itu Dortmund menang 5-2 atas Munchen.
(nva/bac)