Cerita Anak Gawang di Balik Trik Sepak Pojok Liverpool

CNN Indonesia
Rabu, 08 Mei 2019 21:24 WIB
Liverpool pantas berterima kasih kepada anak gawang yang turut berjasa dalam gol terakhir ke gawang Barcelona pada semifinal Liga Champions, Rabu (8/5).
Kemenangan Liverpool tidak lepas dari andil anak gawang. (Action Images via Reuters/Carl Recine)
Jakarta, CNN Indonesia -- Liverpool pantas berterima kasih kepada anak gawang bernama Oakley Cannonier yang turut berjasa dalam gol terakhir ke gawang Barcelona pada semifinal Liga Champions, Rabu (8/5) dini hari WIB.

Gol terakhir yang dibukukan Liverpool ke gawang Barcelona berawal dari skema sepak pojok yang dieksekusi Trent Alexander-Arnold.

Bek kanan The Reds itu melepaskan umpan tendangan sudut secara tidak terduga. Setelah sempat meninggalkan pojok lapangan beberapa langkah, pemain 20 tahun itu kembali dan mengirim umpan kepada Divock Origi yang berada di depan gawang tanpa kawalan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan cukup nyaman Origi melepaskan tembakan kaki kanan yang tidak mampu diamankan Marc-Andre ter Stegen. Skor menjadi 4-0 dan bertahan hingga wasit Cuneyt Cakir meniup peluit akhir. Liverpool pun melakukan sesuatu yang dikenal dengan istilah comeback.

Cerita Anak Gawang Dibalik Trik Kemenangan LiverpoolDivock Origi mencetak gol setelah menerima umpan sepak pojok dari Trent Alexander-Arnold. (REUTERS/Phil Noble)
Gol kemenangan tersebut tidak lepas dari andil bocah 14 tahun yang disebut Independent merupakan anggota akademi sepak bola Kirkby, Oakley Cannonier, yang menjadi ball boy atau anak gawang dengan menaruh bola di area tendangan sudut yang kemudian menjadi assist dari Alexander-Arnold kepada Origi.

Bocah 14 tahun asal Leeds itu mengingat dengan baik instruksi yang diberikan sang mentor, Carl Lancaster, yang juga merupakan koordinator anak gawang di Anfield.

Cerita Anak Gawang Dibalik Trik Kemenangan Liverpool
Lancaster memang mendapat arahan agar anak gawang selalu siaga mempersiapkan bola kepada para pemain Liverpool secara cepat lantaran ada kebiasaan pemain Barcelona yang selalu menciptakan jeda dalam situasi bola mati.

Jeda tersebut muncul karena Gerard Pique dan kawan-kawan selalu mengeluh atau teralihkan ketika wasit membuat keputusan, terlepas dari benar atau salah.

Kebiasaan tersebut diamati oleh salah seorang analis Liverpool dalam laga leg pertama yang kemudian menjadi salah satu cara klub asal Inggris itu menjadi finalis Liga Champions musim ini sekaligus menjadi final beruntun Klopp dan Liverpool. (nva/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER