Jakarta, CNN Indonesia -- Pelatih
Timnas Indonesia U-19 Fakhri Husaini memiliki kesan yang mendalam dengan Sidoarjo, tempat di mana
Timnas Indonesia U-16 meraih gelar juara Piala AFF 2018.
Selama penyelenggaraan Piala AFF U-16 tahun lalu, Fakhri menyebut masyarakat Sidoarjo memberikan dukungan yang luar biasa buat ia dan para pemainnya untuk meraih gelar juara.
"Sidoarjo itu punya kenangan buat anak-anak Timnas Indonesia U-16. Kami punya sejarah dan hubungan baik dengan masyarakat di sana. Ada dukungan mulai dari anak-anak, remaja, mak-mak, bapak-bapak, bahkan dari kiai-kiai, ustaz mendukung kami di sana," ungkap Fakhri yang ditemui CNNIndonesia.com di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Rabu (12/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan Fakhri dibuat terharu dengan dukungan masyarakat Sidoarjo yang selalu mendoakan kesukseskan timnas U-16 saat Piala AFF.
 Timnas Indonesia U-16 menjadi juara di Piala AFF 2018. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj/18) |
"Saat itu jelang semifinal Piala AFF U-16. Saya pernah salat subuh, saya datang terlambat di suatu masjid. Saya yakin mereka tidak tahu ada saya salat di situ. Selesai salat, imamnya mendoakan kami. Sehabis doa saya tinggal pergi, tidak enak juga kalau mereka tahu. Sampai segitunya mereka (masyarakat Sidoarjo)," imbuhnya.
Saking berkesan dengan pengalaman di daerah yang berjuluk Kota Udang atau Kota Petis itu, Fakhri berharap pagelaran kualifikasi Piala Asia U-19 pada Oktober mendatang bisa digelar di Sidoarjo.
"Kalau boleh memilih [kualifikasi Piala Asia U-19] digelar di Sidoarjo. Ya karena itu tadi, saya punya kesan dengan Sidoarjo," sebutnya.
Sidoarjo juga menjadi salah satu pilihan Fakhri untuk menggelar seleksi Timnas Indonesia U-19 pada 11-18 Juni 2019. Namun, ada pertimbangan lain yang akhirnya membuat seleksi digelar di Cikarang, Bekasi.
Mulai dari pertimbangan terkait aspek anggaran, perjalanan serta uji coba pertandingan. Selain itu, selama di Sidoarjo, Fakhri mengaku sering terkendala soal perizinan untuk menggelar uji coba yang seyogianya sangat dibutuhkan para pemain.
"Beberapa kali kami gagal uji coba karena tidak dapat izin. Nah, saya tidak mau terganggu, tetapi apa pun itu, Sidoarjo masuk jadi sejarah kami," terangnya.
Fakhri menceritakan selama menjalani TC di Sidoarjo, setiap menggelar latihan selalu dipenuhi suporter yang ingin menyaksikan pemain idolanya berlatih. Mereka dianggap tidak mengganggu selama proses latihan.
Meskipun setelah latihan, suporter kerap mendatangi pemain untuk sekadar bersalaman atau mengajak berswafoto.
"Tapi itu normal, itu usia mereka. Bahwa mereka mendapat penggemar seperti itu. Itu bisa mengganggu kalau mereka tidak bisa kontrol. Jadi suporter itu di satu sisi bisa menjadi negatif kalau kita tidak bisa kelola, tapi kalau kita bisa kelola bisa jadi hal positif," tutupnya.
(ttf/jal)