Setahun berselang saya memutuskan hengkang dari Persija dan mencoba peruntungan di beberapa klub daerah hingga memutuskan gantung sepatu di tahun 2011. Belakangan, saya bekerja di Pemkot Bekasi dan pernah menjadi asisten pelatih Persipasi Bekasi.
Saat ini saya bisa dibilang sebagai penghubung Persija dan Pemkot Bekasi terkait perizinan penggunaan Stadion Patriot. Bisa dibilang, saya jadi bagian dari panitia pelaksana pertandingan Persija.
Tidak masalah jadi apa saja di Persija, klub yang saya cintai. Asal bisa dilibatkan saja saya sudah cukup senang. Sekalian mencuri ilmu kepelatihan dari setiap pelatih yang datang silih berganti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya tidak akan mengelak bila suatu saat nanti takdir membawa saya menjadi pelatih. Saat ini saya sudah mengantongi lisensi B AFC dan berniat untuk menuntaskan A AFC supaya benar-benar siap melatih seandainya peluang itu datang.
Palang Parkir
Selain itu, saya juga mengembangkan berbagai bisnis usaha di luar sepak bola. Salah satu yang saya tekuni saat ini adalah perusahaan parkir otomatis.
Meski terlihat 'receh' tapi bisnis parkir otomatis ini cukup menjanjikan. Setidaknya penghasilannya bisa dibagi-bagi ke keluarga dan beberapa karyawan saya. Yang penting kita jalani pelan-pelan dengan ikhlas, Insya Allah membawa berkat juga buat banyak orang.
 Nuralim terkenal sangar di lapangan tapi ramah di luar lapangan. (CNN Indonesia/Artho Viando) |
Tapi, saya akui segala kesuksesan usaha kecil-kecilan yang saya bangun tidak lepas dari popularitas sebagai mantan pemain Persija dan Timnas Indonesia. Latar belakang sebagai pesepakbola legendaris ternyata bisa membuka pintu-pintu lain.
Saya percaya, semua kelancaran terjadi berkat rekam jejak baik kita di masa lalu. Mungkin orang tidak mau kerja sama dengan saya kalau punya dosa-dosa di masa lalu.
Makanya saya selalu berpesan kepada pemain muda: manfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Jangan pernah sombong jika sudah menjadi pemain terkenal.
Menjaga hubungan baik dengan semua orang sangat penting. Misalnya, jangan langsung menolak sponsor meski bayarannya kecil. Karena suatu hari nanti mereka bisa saja membantu kita.
Misalnya usaha parkir yang saya geluti. Investor dengan senang hati bekerja sama karena saya mengutamakan kejujuran dan mungkin dianggap asyik juga diajak ngobrol ngalor-ngidul. Hehehe...
 Mimpi Nur Alim menyaksikan anaknya berprofesi jadi pesepakbola tak kesampaian. (REUTERS) |
Meski telah merasakan banyak kesuksesan dalam kehidupan, ada mimpi saya yang tak kesampaian. Yaitu, melihat putra saya menjadi pesepakbola profesional.
Sebenarnya dia punya bakat sepak bola. Tapi, sayang tak bisa lepas dari bayang-bayang nama besar bapaknya. Dia selalu terbebani jika dibanding-bandingkan dengan saya.
Bahkan, dia tak suka kalau saya hadir di lapangan ketika dia bertanding. Padahal menurut saya dia layak bermain di tim Liga 2 sebagai awal karier sekaligus menempa mental.
Tapi, anak saya memilih fokus menyelesaikan kuliah. Dia juga sepertinya tidak tertarik lagi mengejar mimpi sebagai pemain sepak bola. Tapi, yang penting dia bahagia dan berjalan di atas pilihannya sendiri.
(jun)