Sengkarut PSSI yang Tak Kunjung Usai

CNN Indonesia
Jumat, 01 Nov 2019 13:04 WIB
Hampir dua dekade terakhir sengkarut di tubuh PSSI lebih sering menjadi sorotan daripada prestasi sepak bola Indonesia.
Sengkarut di tubuh PSSI tak kunjung usai. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir dua dekade terakhir pencinta sepak bola Indonesia disuguhkan sengkarut di tubuh PSSI. Reformasi yang digaungkan rezim Edy Rahmayadi, selaku pemimpin tetap PSSI terakhir, tak jua mampu menyelesaikan persoalan.

'Huru-hara' di tubuh PSSI yang terjadi sejak era Nurdin Halid belum benar-benar tuntas. PSSI dan anggotanya kerap saling sikut demi mencari 'tuan baru' yang dianggap mampu memimpin induk organisasi ke jalan yang benar.

Johar Arifin Husin yang semula melenggang ke kursi panas PSSI untuk menggantikan Nurdin, dirongrong di tengah jalan. Posisinya kemudian digantikan La Nyalla Mattalitti yang mendapat dukungan kuat dari para pemilik suara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

La Nyalla juga tak mampu mempertahankan singgasananya di PSSI karena mendapat 'perlawanan' dari Menpora yang kala itu dijabat Imam Nahrawi.

[Gambas:Video CNN]
Polemik Menpora vs PSSI berbuntut panjang. Pada 30 Mei 2015, FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada PSSI dan berlaku hingga waktu tertentu. Akibatnya, sepak bola Indonesia dilarang mentas di ajang internasional, kecuali SEA Games di Singapura hingga turnamen berakhir.

Kongres PSSI kemudian digelar untuk melengserkan La Nyalla. Para pemilik suara kemudian memilih figur kuat dari kalangan militer, yakni Edy Rahmayadi.

Edy terpilih menjadi Ketua Umum PSSI pada kongres di Ancol, 10 November 2016. Harapan besar terjadi reformasi PSSI disematkan di pundak pria yang saat itu menjabat Panglima Komando Strategis Tentara Nasional-Angkatan Darat (Pangkostrad).

Sengkarut PSSI yang Tak Kunjung Usai
Ekspektasi pencinta sepak bola Indonesia membuncah ketika Edy merestui penunjukan Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 2017. Mantan pelatih timnas Spanyol U-21 itu sempat mencuri hati suporter tim Merah Putih.

Meski belum berhasil mempersembahkan piala di SEA Games dan Asian Games 2018, Milla digadang sukses membawa perubahan di Timnas Indonesia U-23. Pasukan Garuda mulai berani bermain menyerang dan memiliki pola permainan dari kaki ke kaki yang rapi.

Namun, kontrak Milla diputus PSSI jelang Piala AFF 2018. Gaji yang kelewat mahal jadi alasan utama federasi sepak bola Tanah Air. Performa Timnas Indonesia melorot dan gagal total di Piala AFF 2018.

La Nyalla Mattalitti mendesak PSSI gelar Kongres pada 25 Januari.La Nyalla Mattalitti mendesak PSSI gelar Kongres pada 25 Januari. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Desakan Edy mundur pun menguat. Dewan Pembina PSMS Medan itu dinilai gagal memenuhi harapan publik untuk mereformasi sepak bola Indonesia. Status rangkap jabatan Gubernur Sumatera Utara juga memicu protes dari suporter.

Berbagai persoalan klasik di sepak bola Indonesia juga tak bisa dibendung. Konflik antarsuporter hingga memakan korban nyawa masih terjadi. Tragedi meninggalnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla, di Bandung ikut mencoreng profesionalisme PSSI sebagai penanggung jawab kompetisi.

[Gambas:Video CNN]
Praktik pengaturan skor masih subur, bahkan melibatkan sejumlah pejabat PSSI. Salah satu pelakunya adalah anggota Exco, Johar Lin Eng, yang ditangkap akhir Desember 2018.

Edy pun memutuskan mundur pada kongres PSSI 20 Januari 2019. Tampuk kepemimpinan diserahkan kepada Joko Driyono yang berstatus pelaksana tugas. Namun, Joko Driyono ditangkap atas kasus penghilangan barang bukti kasus pengaturan skor. Jabatan Plt Ketua PSSI otomatis berpindah tangan kepada Iwan Budianto yang sebelumnya berstatus sebagai wakil ketua.

Edy Rahmayadi mundur dari jabatan Ketua PSSI.Edy Rahmayadi mundur dari jabatan Ketua PSSI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Sengkarut PSSI belum berhenti sampai di situ. PSSI menetapkan Kongres untuk memilih ketua dan anggota Exco pada 2 November mendatang. Wajah-wajah lama seperti La Nyalla Mattalitti kembali muncul.

La Nyalla bahkan menimbulkan polemik baru bahwa ia tak setuju Kongres PSSI digelar 2 November. Ia mendesak PSSI ikuti perintah FIFA yang menganjurkan Kongres Pemilihan dihelat pada 25 Januari 2020.

Pusaran konflik di tubuh PSSI seakan tak pernah usai. Para kandidat bersaing memenangkan pertandingan dengan cara-cara terselubung dan tetap melestarikan pertikaian.

Semoga Kongres PSSI pada Sabtu 2 November 2019 bisa menghentikan sengkarut yang tak kunjung usai sejak hampir dua windu terakhir. (jun/har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER