Jakarta, CNN Indonesia -- Keberhasilan
Timnas Indonesia U-19 lolos putaran final
Piala Asia 2020 layak diapresiasi. Tapi, jangan berlebihan karena pasukan Garuda Nusantara mesti dirawat demi meraih prestasi sesungguhnya.
Indonesia tampil mengesankan di babak kualifikasi. Tergabung bersama Korea Utara, Hong Kong, dan Timor Leste, skuat arahan Fakhri Husaini sukses merebut status juara grup tanpa terkalahkan.
Etos kerja pasukan Garuda Nusantara layak diacungi jempol. Terlebih saat melawan Korut di laga pamungkas. Sempat tertinggal lebih dulu, Garuda Nusantara mampu bangkit dan menyamakan skor 1-1 di babak kedua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada dua laga sebelumnya, Timnas U-19 juga tampil mengesankan. Bagus Kahfi dkk menghajar Timor dengan skor 3-1 serta berhasil menggasak Hong Kong hingga 4-0.
 Timnas Indonesia U-19 vs Korea Utara berakhir imbang 1-1. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Indonesia pun dipastikan lolos ke Piala Asia U-19 yang akan dihelat di Uzbekistan pada Oktober 2020. Ini kesempatan emas bagi Indonesia untuk meraih prestasi lebih tinggi di level Asia sebelum tampil di Piala Dunia U-20 2021.
Namun, kesempatan untuk berprestasi bisa kandas bila PSSI tak serius mendukung program dari pelatih. Apalagi saat ini kontak Fakhri di kursi pelatih telah habis.
Pertama, PSSI harus segera memperpanjang kontrak Fakhri. Minimal hingga dua tahun ke depan untuk proyeksi Piala Asia 2020 dan Piala Dunia 2021.
PSSI tak boleh melakukan blunder yang sama ketika memberhentikan Luis Milla di tengah jalan. Keputusan tersebut membuat prestasi Timnas Indonesia anjlok di Piala AFF 2019. Buktinya, Hansamu Yama dkk tak mampu lolos dari fase grup.
 Timnas Indonesia U-19 menang 4-0 atas Hong Kong. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Merujuk kasus tersebut, PSSI mesti mempertahankan Fakhri. Terlebih legenda Timnas Indonesia itu sudah menangani David Maulana dkk sejak Timnas U-16.
Fakhri sudah mengenal kekuatan dan kelemahan para pemain muda yang telah lama ditanganinya. Sebaliknya, para pemain sudah kadung klop dengan strategi dan cara bermain yang diwarisi Fakhri.
Di tangan Fakhri Timnas Indonesia U-16 berhasil menjuarai Piala AFF 2018. Ia terbilang sukses menularkan gairah permainan menyerang dan solid di tim asuhannya.
Kedua, PSSI harus merawat pemain Timnas U-19 yang dipersiapkan mentas di dua event bergengsi, yakni Piala Asia 2020 dan Piala Dunia 2021 saat Indonesia bertindak sebagai tuan rumah.
 Timnas Indonesia U-19 kalahkan Timor Leste 4-0. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Tak dimungkiri jika saat ini Bagus Kahfi dkk jadi pemain incaran klub-klub elite di Indonesia. Terlebih saat ini PSSI menggulirkan kompetisi Liga 1 U-19.
Kompetisi usia muda tersebut bisa menjadi dua sisi mata uang. Selain bisa menambah jam terbang, pemain juga rentan cedera jika terlalu diforsir di klub senior.
Sebelum Kualifikasi Piala Asia bergulir, Fakhri sempat kecewa dengan kebijakan Persebaya Surabaya yang menunda Mochammad Supriadi gabung bersama Timnas U-19. Sebab, Supriadi juga diandalkan di tim senior.
"Klub harus hati-hati menggunakan tenaga mereka. Kapan mereka harus main, kapan mereka mesti diserahkan ke Timnas, atau lawan siapa mereka mesti main," ujar Fakhri.
 Fajar Fathur Rahman top skor Timnas U-19 di Kualifikasi Piala Asia 2020. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Dalam kasus Supriadi, PSSI harus turut andil membantu pelatih yang ingin merawat pemain. Federasi juga harus bersikap tegas kepada klub yang menunda pemain gabung Timnas.
Selain itu, Fakhri juga khawatir karier pemain muda di Timnas Indonesia U-19 bisa buyar lantaran fisik yang terlalu diforsir. Apalagi sebagian besar personel Timnas U-19 dianggap belum sepenuhnya siap berduel fisik dengan pemain senior.
"Ini dalam rangka merawat aset. Mereka adalah masa depan sepak bola kita," ujar Fakhri.
Euforia Evan Dimas dkkIndonesia juga pernah memiliki timnas kelompok umur yang membanggakan lewat Evan Dimas dkk. Usai menjuarai Piala AFF U-19 2013, namun jeblok di Piala Asia U-19 2014.
Kesibukan pemain di klub, uji coba berlebihan bertajuk Tur Nusantara, dan eksploitasi besar-besaran di media ditengarai jadi penyebab turunnya penampilan pemain.
Sorotan media digadang membuat para pemain silau dan tidak fokus meningkatkan kualitas. Sejumlah pemain seperti Maldini Pali dan Ravi Murdianto meredup dan gagal bersaing di klub Liga 1.
Hingga saat ini, hanya tiga pemain yang masih menjadi langganan Timnas Indonesia, yakni Evan Dimas, Zulfiandi, dan Hansamu Yama.
Uji Coba SepadanProgram uji coba juga menjadi bagian penting untuk mendongkrak mental dan kesolidan tim. Namun, tim yang dihadapi harus didominasi lawan selevel atau yang memiliki kekuatan satu tingkat di atas Indonesia.
PSSI mesti gencar melayangkan proposal laga uji coba kepada lawan yang diinginkan pelatih. Maka, undangan resmi harus dikirim dari jauh-jauh hari agar bisa menyesuaikan jadwal.
 Penampilan Timnas Indonesia U-19 jadi hiburan suporter. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Diketahui, Timnas U-19 arahan Fakhri kesulitan mendapat laga uji coba sepadan sebelum tampil di Kualifikasi Piala Asia, kemarin. Praktis hanya China yang jadi lawan yang paling diperhitungkan.
Pada laga tersebut, Indonesia lebih dulu menang 3-1 pada laga yang digelar di Surabaya namun mengalami kekalahan dengan skor identik pada pertemuan kedua di Bali.
Meski demikian, Indonesia berhasil mewujudkan misi lolos ke putaran Piala Asia 2020 usai menjadi juara Grup K di babak kualifikasi. Kini, PSSI punya peran penting menjadi kekompakan Timnas U-19 yang sudah solid di bawah kendali Fakhri Husaini.
(har)