Jakarta, CNN Indonesia -- Buruknya penyelenggaraan
SEA Games 2019 juga diderita para jurnalis asal Indonesia. Sebagian besar dari mereka kesulitan mendapatkan akreditasi dari panitia.
Muhammad Ridwan misalnya. Jurnalis Indonesia ini baru mendapatkan akreditasi setelah dua hari tiba di Filipina.
"Entah yang miskomunikasi panitia atau siapa. Kami kesulitan mendapatkan kartu akreditasi padahal sudah registrasi sejak jauh-jauh hari," kata Ridwan kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"setelah meminta mendesak terus-terus menerus. Akhirnya kartu akreditasi saya baru keluar di hari kedua," sambungnya.
[Gambas:Video CNN]Hal senada juga dialami Yudi Handoyo yang sudah tiba di Filipina sejak Sabtu (23/11) pagi.
"Kami diminta ke bagian akreditasi tapi tetap saja tidak ada nama kami. Lalu datang perwakilan dari KOI (Komite Olimpiade Indonesia) yang memanggil Director Acreditation PHISGOC bahwa ada kesalahan sistem dan berjanji akan membereskan permasalahan Id pada 25 November. Tapi di tangga 25 permasalahannya masih sama," ungkapnya.
Sementara fotografer dari Kantor Berita Indonesia, Sigit Kurniawan mengaku heran dengan ketidaksiapan Filipina sebagai tuan rumah SEA Games 2019. Bahkan, menurutnya jauh lebih baik Indonesia saat menjadi tuan rumah.
Masalah yang dihadapi Sigit hampir mirip dengan Yudi, yakni kesulitan untuk mendapatkan ID peliputan. Padahal ia sengaja datang lebih awal untuk melihat persiapan Timnas Indonesia di cabang sepak bola yang bakal menghadapi Thailand di laga perdana Grup B hari ini.
"Indonesia sukanya mepet-mepet tapi selesai. Media yang datang bisa dilayani dengan baik. Auranya kelihatan bahkan seminggu sebelum pembukaan. Tapi Filipina ini sama sekali tidak kelihatan," terang Sigit.
Buruknya persiapan SEA Games Filipina menjadi sorotan di media-media Asia Tenggara. Persoalan venue yang belum rampung, transportasi, dan kesulitan mencari makanan halal jadi sorotan media.
(jun/ttf/ptr)