Jakarta, CNN Indonesia --
Edgar Marvelo meraih dua emas di
SEA Games 2019 dan prestasi itu makin terasa mengharukan karena Edgar bertanding beberapa jam setelah sang ayah meninggal dunia, Selasa (3/12).
Edgar meraih dua emas di nomor Daoshu/Gunshu dan Duilian [bersama Seraf Naro Siregar dan Harris Horatius]. Emas itu didapat usai Edgar bertarung dalam kondisi diselimuti duka akibat kabar kepergian sang Ayah.
Bagaimana kisah Edgar dalam perjuangannya meraih emas beberapa jam setelah mendengar kabar duka. Berikut wawancara ekslusif Edgar bersama CNNIndonesia.com:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kapan kamu tahu kabar papa kamu meninggal dunia?Saya dikasih tahu dari manajer [Iwan Kwok]. Saat itu posisinya saya lagi tidur jam 10 malam, sekitar jam 01.30 terbangun, seperti ada yang ketok-ketok pintu kamar gitu. Ternyata ada Koh Iwan, tim manajer, kepala pelatih, dan coach Anang.
Setelah pintu dibuka Koh Iwan cuma kasih handphone, ada telpon dari mama, tapi yang bicara saat itu kokoh [kakak Edgar]. Katanya papa kena serangan lagi, karena empat bulan lalu juga pernah begitu, sudah dirawat dan sembuh.
Terus kokoh bilang, "ini papa sudah tidak sadar, sudah bisa dibilang sudah lewat [meninggal], ini cuma dalam bantuan alat. Ngomong dulu yah sama papa" lalu teleponnya ditempelkan di telinga papa. Saya ngomong sama papa, cuma papa tidak ada respon.
Saya cuma bilang, "Kita sama-sama berjuang, Pa. Papa sudah berjuang dan kini saatnya saya yang berjuang".
 Edgar harus bertarung pada dua nomor final dalam kondisi berduka. ( ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
2. Bagaimana caranya untuk bisa bangkit usai mendengar kabar duka itu?Yang bikin bertahan ya janji sama papa, karena memang pasti itu yang papa mau, dapat medali pasti itu hal yang papa mau.
3. Sebelum tampil apa yang kamu pikirkan?Terpukul pasti, namanya orang kehilangan ayah, tidak ada orang yang tak terpukul. Di saat itu ada dukungan dari para pelatih, para pengurus [PB WI] yang juga menjaga mental dan fisik saya.
Di saat itu juga saya bilang siap. Saat terima telpon dari kokoh (kakak), dan saat mematikan telepon pun saya sudah bilang bahwa saya siap [tampil di SEA Games]. Apapun saya siap, apapun yang terjadi, apapun hasilnya, saya harus tetap bertanding.
Saya berpikir bahwa saya sudah latihan, sudah kerja keras sudah sejak lama. Papa mau saya tetap bertanding, jadi saya mau buktikan bahwa saya bisa, saya profesional.
Pelatih dan teman-teman terus memberikan dukungan. Selesai tanding, lawan-lawan saya juga memeluk saya, mereka tahu (ayah saya meninggal), semua mendukung.
4. Kamu menangis begitu dapat medali emas, apa yang kamu pikirkan saat itu?Ya akhirnya saya berhasil untuk menunjukkan ke papa bahwa saya bisa.
 Edgar berniat langsung pulang ke Indonesia pada Selasa namun terhalang badai yang membuat semua penerbangan dibatalkan. (Foto: CNN Indonesia/Titi Fajriyah) |
5. Sejak kapan papa kamu sakit?Sekitar dua bulan lalu papa ikut nonton saya tampil di Kejuaraan Dunia di Shanghai, China. Sebelum pulang ke Indonesia, ternyata papa masuk rumah sakit karena keracunan makanan.
Waktu itu papa sempat kritis juga karena terkena liver, ginjal, sama jantungnya. Setelah melalui masa kritis, terus masuk ke ruang ICU, papa minta mama panggil saya. Di situ dia sudah menitipkan pesan-pesan.
Papa bilang, dia pikir sudah gak bisa balik utuh [sehat lagi]. Dia bilang titip mama, cici dan semua. Terus dia bilang, apapun yang terjadi sama papa, kamu tidak boleh berhenti berusaha karena [kondisi] papa. Papa bilang "kamu ini best of the best, kamu harus terus fight sampai kapanpun."
Terus saya bilang, "Iya pasti. tapi sekarang papa tidak boleh ngomong begitu, di sini penanganan semua bagus. Papa juga kondisinya sudah membaik. Papa harus janji papa harus bisa sembuh, janji ya. Papa bilang "iya".
Papa bilang "kamu ini best of the best, kamu harus terus fight sampai kapanpun." Edgar Marvello, atlet wushu Indonesia |
6. Kapan terakhir bertemu papa?Setelah keluar dari rumah sakit di China, papa boleh pulang ke Indonesia dengan sehat. Benar-benar sehat, segar, saya lihat sendiri. Papa kirim foto, terus nafsu makan papa sudah ada. saya lihatnya juga senang waktu itu.
Lalu setelah kembali ke Indonesia selama tiga hari, saya sempat ketemu papa, sempat makan bareng-bareng sama keluaga. Saya berangkat tanggal 28 November dini hari, papa masih sehat.
7. Ada hal lain yang belum dilakukan bersama papa?Waktu itu untungnya kami sekeluarga kan sering kumpul dan ngobrol, jadi menurut saya apa yang ingin disampaikan papa ke saya sudah semua. Begitupun saya sebaliknya ke papa. Jadi untuk hal-hal yang belum diomongin mungkin tidak ada dan di akhir-akhir ini papa juga bahagia, dan pasti papa bahagia sih.
8. Kenangan terakhir bersama Papa?Sebelum berangkat sempat makan-makan sama keluarga komplet. Itu makan-makan keluarga komplit pertama dan terakhir. Karena waktu saya di China, kokoh baru punya anak kedua, jadi pas saya pulang dari China itu itu makan-makan keluarga pertama yang komplet sama anggota baru. Terakhir dia cuma bilang "yaudah berangkat yah, hati-hati, semangat." Terus saya peluk papa.
9. Ada prestasi yang sangat ingin papa lihat dari kamu?Entah bagimana caranya, seperti sudah dikasih sama Tuhan, dari tahun lalu sudah dikasi medali [perak] Asian Games. Tahun ini diberikan juga medali emas kejuaraan dunia. Walaupun papa belum sempat lihat medali SEA Games, tapi pasti dia tahu. Jadi menurutku sudah tercapai semua buat papa.
10. Papa sudah tidak ada, motivasi kamu untuk terus berprestasi tetap tinggi kah?Motivasi saya pasti makin bertambah. Saya ingin menunjukkan kepada papa, saya akan jalankan janji pada papa, itu akan terus saya jalankan.
Bukan karena papa tidak ada, prestasi saya jadi menurun. Tapi karena dia lah saya harus bisa menjadi lebih baik lagi.
Saya sampai kapanpun, di manapun orang tua jadi sosok paling berjasa seumur hidup saya (Edgar nangis).
(ttf/ptr)