Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Bila diibaratkan musik, permainan
Anthony Ginting di lapangan
badminton adalah musik yang kompleks dan indah. Namun tak semua orang bisa memainkannya dengan baik.
Dalam dunia musisi, tentu ada sejumlah lagu yang masuk kategori lagu yang sulit untuk dimainkan atau dinyanyikan. Namun bila berhasil memainkan dan menyanyikan dengan baik, maka penampilan mereka akan menghadirkan pujian dan tepuk tangan meriah.
Begitulah gambaran Ginting di lapangan. Ginting adalah pebulutangkis dengan permainan yang sangat memikat. Melihat pebulutangkis 23 tahun itu bermain bisa membuat penonton menahan napas untuk geleng-geleng kepala karena kagum beberapa detik kemudian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ginting punya pola permainan yang menawan. Ia bisa melakukan smes silang yang lalu diteruskan oleh
netting tipis di depan. Ketika lawan masih mampu mengembalikan
shuttlecock dengan melambungkannya ke udara, Ginting bakal melompat dengan banyak opsi di kepalanya. Ia bisa melepaskan
dropshot, smes silang lanjutan, atau smes lurus ke arah depan.
 Anthony Ginting punya penampilan yang menghibur di lapangan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Semua serangan itu bakal sama berbahaya untuk pebulutangkis yang jadi lawannya.
Dalam laga lawan Kento Momota di final BWF World Tour Finals 2019, penonton bisa melihat Momota yang dikenal dengan permainan rapih dan nyaris tanpa cela, dipaksa jatuh berulang kali oleh Ginting saat menjangkau
shuttlecock.
Momota pun kerap mati langkah karena Ginting dengan sangat berani memainkan pergelangan tangan saat siap memukul sehingga arah
shuttlecock bisa berubah dari dugaan awal lawan.
Permainan Ginting adalah permainan yang indah dengan berbagai variasi serangan. Namun permainan Ginting termasuk permainan kompleks dan bukan tipe permainan yang sederhana untuk dilakukan.
Dengan permainan yang menghibur dan kompleks, Ginting masih belum mampu menjaga 'nada' permainannya tetap merdu dari awal hingga akhir permainan.
 Anthony Ginting minim gelar juara meski sering tampil atraktif di lapangan. (Dok. PBSI) |
Menilik permainan Ginting lawan Momota, Ginting masih mudah membuang-buang poin di pertengahan gim ketiga setelah ia punya keunggulan 12-6 yang diciptakan dengan serangan atraktif ke pertahanan Momota.
Ginting mengalami masalah di kakinya dan hal itu yang jadi penghambat irama sempurna Ginting. Namun di beberapa pertandingan lain, stamina Ginting juga terkadang belum menunjang permainan menghibur yang ia tampilkan.
Seperti halnya sebuah musik dengan nada kompleks, Ginting belum bisa memainkan nada-nada tersebut dengan sempurna dari awal hingga akhir. Ginting bisa dengan meledak-ledak menjalani gim pertama tetapi kemudian kehilangan arah di gim berikutnya.
Ginting juga belum berada di level konsisten dari segi hasil. Meski bisa jadi satu dari sedikit pebulutangkis yang bisa mengimbangi Momota, Ginting masih sering mendapat hasil aneh dalam perjalanannya di tahun ini.
Hasil olahraga tentu tidak bisa ditebak, namun dengan status pebulutangkis harapan yang sudah mampu menembus 10 besar, Ginting masih akrab dengan kejutan. Bukan hanya sebagai sosok subjek yang membuat kejutan, melainkan juga objek yang menderita hal tersebut.
Terlepas dari permainan indah yang ditampilkan, Ginting tak mendapatkan gelar di tahun ini. Hal tersebut tentu sangat disesalkan bila melihat permainan terbaik yang bisa Ginting lakukan.
[Gambas:Video CNN]Proyek Jangka PanjangGinting bakal masuk ke 2020 sebagai salah satu harapan Indonesia untuk berprestasi di Olimpiade Tokyo 2020.
Ginting belum masuk proyeksi medali emas, namun ia bakal jadi salah satu atlet yang diharapkan bisa membuat kejutan tahun depan.
Meski tak masuk proyeksi medali emas, Ginting harus ingat bahwa ia adalah bagian dari sebuah proyek jangka panjang.
Ketika regenerasi tunggal putra terhambat, PBSI memutuskan memanggil pemain-pemain yang berusia sangat belia untuk segera masuk pelatnas. Tujuannya agar mereka bisa dibina sejak usia dini dan menjelma jadi pemain andalan sejak usia muda.
 Anthony Ginting sudah dipersiapkan PBSI sejak 2013. (PBSI) |
Ginting bersama Jonatan Christie serta sejumlah pemain lain seperti Gregoria Mariska masuk proyeksi tersebut.
Ketika masuk pelatnas, usia Ginting baru menginjak 16 tahun. Di tahun depan Ginting bakal tampil di Olimpiade dengan usia hampir menginjak 24 tahun.
Meski menilik usia Ginting masih mungkin tampil di Olimpiade 2024, Ginting tak boleh berpaling bahwa Olimpiade Tokyo 2020 adalah salah satu peluang terbaik untuk keluar sebagai pemenang.
Ginting sudah membuktikan bahwa ia mampu merepotkan Momota yang kini merupakan pemain terbaik dunia di nomor tunggal putra. Ginting sudah menunjukkan bahwa ia bisa membuat pemain-pemain papan atas tak berdaya di hadapan dirinya.
Meski nanti datang ke Olimpiade bukan sebagai unggulan teratas, Ginting tetap akan selalu diperhitungkan, setidaknya sebagai salah satu kuda hitam.
Syaratnya, Ginting harus mampu menampilkan permainan terbaik dalam dirinya. Meski permainan Ginting bagai rentetan nada kompleks, Ginting harus ingat bakal ada sambutan meriah yang menantinya ketika ia mampu menampilkan permainan itu dengan sempurna, dari awal hingga akhir.