Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah perjuangan di
SEA Games 2019 selesai, informasi berseliweran soal akan adanya kenaikan besaran bonus. Dari yang saya baca-baca di media, informasi awal peraih medali emas akan dapat Rp200 juta tapi ternyata pas di hotel ada kabar lagi naik sampai Rp500 juta.
Berapa pun bonusnya sebenarnya saya syukuri. Saat acara penyerahan bonus, Pak Menpora mengatakan bonus peraih medali emas Rp500 juta.
Setelah mendengar itu saya kaget karena nilainya besar sekali. Jika dihitung-hitung saya mendapat bonus Rp1,4 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat dalam diri saya pun sudah bulat setelah mendengar pengumuman dari Pak Menpora. Saya ingin memberangkatkan kedua orang tua naik haji.
Saya merasa inilah cara saya untuk membalas jasa mereka yang luar biasa dan belum bisa saya balas. Dengan bonus yang lebih besar dari yang diperkirakan maka harus digunakan untuk membahagiakan orangtua.
Selain itu saya juga ingin mewujudkan mimpi saya yang sudah lama yakni punya rumah sendiri. Itu memang target utama saya sejak jadi atlet jauh sebelum mengukir prestasi di SEA Games 2019.
 Dea Salsabila Putri merebut tiga medali emas di SEA Games 2019. (Dok. NOC Indonesia) |
Saya memang tipe orang yang tidak pernah takut bermimpi meskipun orang-orang mengatakan mimpi saya terlampau tinggi. Buat saya tidak apa-apa bermimpi tinggi karena kalau pun jatuh maka saya jatuh tidak jauh dari apa yang saya impikan.
Saya selalu bermimpi punya rumah sendiri. Saya memperkirakan baru bisa membeli rumah setelah PON Papua 2020, tetapi rupanya rezeki yang datang lebih cepat dari perkiraan saya.
Saya juga bermimpi di masa depan bisa ikut Olimpiade. Sebuah target yang tidak mudah tetapi bukan mustahil untuk dicapai. Untuk sampai ke sana maka sasaran saya berikutnya adalah Asian Games 2022. Pada Asian Games 2018, saya hanya berada di posisi ke-10.
Saya sendiri pertama kali ditawari jadi atlet modern pentathlon tahun 2017. Saat tes lari pertama kali saya peringkat kedua dan tes renang jadi juara. Saya kemudian dipanggil untuk persiapan Asian Games.
Sejak Asian Games 2018, saya mulai menikmati olahraga ini karena menu latihan yang variatif. Memang sempat terpikir untuk mundur karena merasa tidak mampu tapi niat itu akhirnya saya urungkan.
Di Asian Games 2018 saya hanya menempati posisi ke-10 karena tidak turun di berkuda. Saya ingin memperbaiki catatan tersebut dengan berlatih lebih keras di berkuda dan anggar.
[Gambas:Video CNN]Dua olahraga ini masuk lima olahraga modern pentathlon selain renang, lari, dan menembak. Selain itu saya juga ingin menyelesaikan kuliah hingga S3. Sekarang saya masih semester tujuh di Universitas Negeri Surabaya dan bertahap ingin melanjutkan pendidikan S2 dan S3.
Saya sendiri memang punya dasar kuat di olahraga renang. Saya pernah menempati posisi ketiga renang 10 kilometer di PON 2016.
Tetapi saya memang merasa kemampuan saya ini memang turunan dari orang tua. Saya latihan lari walaupun nggak ngoyo bisa kencang. Saya menyadari itu dari mama karena dia pernah jadi atlet marathon sepatu roda.
Saya tidak menyangka bisa menyumbang tiga emas dari cabang modern pentathlon di
SEA Games 2019. Bisa meraih tiga medali emas dari penampilan perdana di SEA Games 2019 sebuah pencapaian luar biasa dan melampaui harapan.
Saya bisa berkata demikian mengacu hasil jelek saat Kejuaraan Modern Pentathlon Asia-Oseania di Wuhan, China, jelang gelaran SEA Games 2019. Di kejuaraan itu hasil yang saya dapat benar-benar jauh dari harapan.
Di ajang persiapan SEA Games 2019 itu saya tampil di nomor Laser Run Beach Women Individual. Entah kenapa menembak saya jelek banget waktu di sana.
Biasanya catatan waktu menembak saya di angka 20-25 detik jadi sekitar 40-50 detik. Parahnya lima peluru yang harus ditembakkan juga tidak habis.
 Dea Salsabila Putri sempat terpuruk dalam persiapan jelang SEA Games 2019. (CNN Indonesia/Juprianto Alexander) |
Jujur saya sangat terpukul saat itu karena waktu untuk memperbaiki kesalahan tidak banyak lagi. SEA Games 2019 tinggal berjarak dua atau tiga minggu lagi.
Di Wuhan hasil teman-teman yang lain meningkat dan hanya saya yang menembaknya jelek. Saya sempat menangis saat itu meski kedua orang tua sering bilang apapun hasil yang didapat jangan menangis.
Namun air mata sulit untuk dibendung saat itu karena karakter saya memang cengeng.
Di tengah keterpurukan itu, saya beruntung karena seluruh pelatih tak henti memberikan semangat. Dukungan mereka pula yang menguatkan saya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan jelang tampil di ajang sebenarnya.
Saya coba mengintrospeksi diri. Pertama dengan memperbaiki hubungan dengan Allah dan kemudian mengoreksi cara saya berlatih.
Begitu kembali ke Indonesia dan melakukan persiapan terakhir di kawasan Ancol, Jakarta, saya berkata dalam hati harus berlatih lebih keras dari teman-teman yang lain.
[Gambas:Video CNN]Sehabis salat Subuh saya jogging dan dilanjutkan dengan latihan menembak sendiri. Setelah latihan bersama dan salat Zuhur, saya juga tambah porsi latihan sendiri.
Saya latihan angkat senjata di kamar atau sebutannya latihan kering. Malam harinya setelah salat Magrib, saya menambah porsi latihan menembak lagi bersama teman-teman di pelatnas.
Perbaikan catatan waktu menembak jadi fokus utama karena di renang dan lari saya bisa dikatakan unggul dari yang lain. Rutinitas latihan itu pun terus berulang hingga menjelang SEA Games 2019.
Semakin dekat dengan ajang sebenarnya, perasaan saya terasa makin enak. Rasa takut hilang dan berganti dengan kepercayaan diri yang berlipat. Perasaan saya tidak salah karena saat tampil di ajang sebenarnya segalanya berjalan mulus. Seperti memang sudah jalannya.
Saat turun berlomba, saya pribadi mematok target tinggi di Triathle Beach Women Individual. Saya merasa kalau meraih medali emas di Laser Run Beach Women Individual kok berat.
Waktu itu pesan pelatih saya cuma satu yaitu, “Kalau dari awal hasilnya bagus pasti ke belakang juga bagus”. Kata-kata itu yang terus terngiang di kuping saya.
 Dea Salsabila Putri berambisi tampil di Olimpiade. (CNN Indonesia/Juprianto Alexander) |
Begitu turun di nomor Laser Run, saya merasa memang ada keberuntungan. Saat rintangan pertama menembak, saya orang yang selesai paling akhir. Saat yang lain sudah belari, saya masih menembak. Tetapi saya mencoba tetap tenang meski dalam kondisi tertinggal.
Setelah tantangan menembak terlewati, saya lari dan bisa memangkas jarak dengan atlet lain. Dari posisi paling akhir, saya bisa kejar posisi nomor tiga atau empat. Memasuki menembak putaran kedua saya mulai enak dan akhirnya bisa menyalip posisi nomor satu pada putaran kedua.
Saat menembak putaran ketiga dan keempat pun lancar. Catatan waktu saya saat meraih medali emas selisihnya hampir satu menit dari atlet Thailand yang meraih medali perak.
Di Triathle, kejadian yang hampir sama terulang. Saat menembak saya jadi yang paling akhir tetapi saya kejar pada saat berenang. Putaran kedua dan ketiga saya masih dalam posisi mengejar atlet yang berada di depan.
Kemudian di putaran keempat saya bersaing ketat dengan Cintya Nariska. Dia menembaknya bagus sehingga bisa renang duluan dan saya posisinya masih tertinggal.
 Dea Salsabila Putri ketika menerima bonus SEA Games 2019. (CNN Indonesia/Surya Sumirat) |
Saat beralih ke lari, sekitar 600 meter terakhir, saya masih melihat badan dia dari kejauhan. Saya pikir peluang saya meraih medali emas masih terbuka karena Cintya masih terlihat.
Saya kerahkan semua tenaga tersisa dan begity memasuki tikungan terakhir, jarak kami berdua semakin dekat. Dua ratus meter sebelum finis, Cintya kena penalti 10 detik hingga akhirnya saya bisa meraih medali emas kedua untuk Indonesia.
Sedangkan di nomor Triathle Beach Mixed Relay, medali emas yang saya raih bisa dibilang lebih dramatis. Berbeda di dua nomor sebelumnya, hari itu saya menembak dengan lancar dan mungkin itu yang paling bagus di SEA Games 2019.
Saya pun bisa dengan mudah meninggalkan atlet Thailand dan terus unggul di depan. Saat pasangan saya beraksi, Frada Saleh Harahap, mungkin karena grogi di putaran pertama dia malah disalip atlet Thailand.
Thailand terus unggul dan meninggalkan pasangan saya. Tetapi entah kenapa di 20 meter terakhir atlet Thailand melambat dan bisa dikejar Frada.
Pasangan saya langsung sprint dan mengambil alih posisi nomor satu. Waktu itu kami finis pertama hanya dengan keunggulan empat detik dari pasangan Thailand. Momen yang sangat dramatis dan seluruh ofisial sampai bersorak kegirangan.
Setelah kemenangan dramatis itu saya tidak berhenti menangis. Saya tidak menyangka bisa mendapat tiga emas di SEA Games 2019.