ANALISIS

Salah Urus MU Usai Era Ferguson

Haryanto Tri Wibowo | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jan 2020 19:23 WIB
Membuang uang tanpa arah di bursa transfer pemain membuat Manchester United terus terpuruk sejak Sir Alex Ferguson pensiun.
Manchester United tidak pernah bangkit sejak ditinggal Sir Alex Ferguson pada 2013. (Richard Sellers/PA via AP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Enam tahun setelah era Sir Alex Ferguson berlalu, Manchester United masih terpuruk. Salah urus manajemen membuat The Red Devils terus terpuruk.

Kekalahan 1-3 dari Manchester City pada leg pertama semifinal Piala Liga Inggris di Stadion Old Trafford, Selasa (7/1) malam waktu setempat, menunjukkan MU memiliki masalah besar.

MU sudah tertinggal tiga gol di babak pertama. Pelatih Ole Gunnar Solskjaer mengatakan itu adalah penampilan MU terburuk sepanjang dilatihnya. Para pemain MU terlihat seperti 'anak kemarin sore' di atas lapangan dan tidak mampu memberikan perlawanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari gol pertama Man City hingga akhir babak pertama, itu adalah penampilan terburuk yang pernah kami tunjukkan. Kami tidak mampu mengimbangi permainan," ujar Solskjaer kepada Sky Sports.

MU bermain tanpa arah di babak pertama. Tuan rumah bahkan beruntung tidak kebobolan lebih dari tiga gol di babak pertama. Man City menjadi tim lawan pertama sejak Middlesbrough pada Mei 1997 yang mampu mencetak tiga gol ke gawang MU di Old Trafford pada babak pertama.

Manchester United dipermalukan Man City di Old Trafford.Manchester United dipermalukan Man City di Old Trafford. (AP Photo/Jon Super)
Suporter MU di Old Trafford juga pantas malu melihat penampilan tim kesayangannya di babak pertama. Pasalnya, pelatih Pep Guardiola bermain tanpa penyerang murni di babak pertama meski Sergio Aguero dan Gabriel Jesus fit dan ada di bangku cadangan.

Guardiola memainkan Bernardo Silva dan Riyad Mahrez sebagai dua false nine. Hasilnya cukup luar biasa, Man City bisa unggul tiga gol di babak pertama dan kedua pemain itu mampu mencetak gol. Guardiola seakan-akan ingin menunjukkan ilmu melatihnya jauh di atas Solskjaer. Guardiola sudah memetik pelajaran dari kekalahan melawan MU di Liga Inggris musim ini.

Kekalahan dari Man City menunjukkan MU masih jauh dari kata bangkit. Sejak kepergian Fergie pada 2013, MU seakan-akan salah asuh. Kepemimpinan buruk Ed Woodward sebagai wakil presiden klub sejak Ferguson pensiun menjadi salah satu penyebabnya.

Dalam enam tahun terakhir MU yang dipimpin Woodward sering mengambil keputusan dan perekrutan pemain yang salah. Dengan latar belakang sebagai akuntan, Woodward sering blunder dalam transfer permain. Terakhir pria 48 tahun itu dikritik karena membuang kesempatan merekrut Erling Haaland yang memilih bergabung dengan Borussia Dortmund.

Salah Urus MU Usai Era Ferguson
Tidak dipungkiri nama besar Ferguson sangat berpengaruh dalam sukses MU. Tim yang bermarkas di Old Trafford itu seakan-akan tidak mampu meyakinkan pemain untuk bergabung. Bahkan pelatih sehebat Jose Mourinho kesulitan membawa MU sukses dengan pemain yang seadanya.

Selama melatih MU, Mourinho sering mengkritik manajemen klub yang tidak mau berusaha keras untuk mendapatkan pemain yang diinginkannya. Padahal The Special One hingga kini tercatat sebagai pelatih tersukses MU sejak era Fergie dengan membawa klub menjadi runner-up pada musim 2017/2018.

"Ini bukan skuat kami. Penambahan kekuatan? Maksud Anda pemain yang ingin saya beli, itu hal lain. Tapi ini bukan skuat saya. Saya ingin dua pemain lagi, tapi mungkin saya hanya akan dapat satu. Saya sudah memberi lima nama pemain ke klub beberapa bulan lalu," ujar Mourinho usai Piala Dunia 2018.

Buang Uang Tanpa Arah

Sebenarnya manajemen MU tidak pelit dalam mengeluarkan uang untuk pembelian pemain. MU tercatat mengeluarkan uang hingga 840,15 juta poundsterling atau setara Rp15,3 triliun sejak ditinggal Ferguson.

[Gambas:Video CNN]
Jumlah itu terbilang luar biasa besar. Namun, MU sering salah di bursa transfer. Membayar mahal pemain yang tidak seharusnya. Contoh teranyar MU membeli Harry Maguire hingga 80 juta poundsterling dan menjadikannya bek termahal dalam sejarah.

Masalah yang muncul di MU soal pembelian pemain adalah, mereka tidak mampu memanfaatkan pemain baru secara maksimal. Pemain yang dibeli dengan mahal justru kemudian dilepas dengan harga lebih murah, seperti Angel Di Maria dan Memphis Depay.

Angel Di Maria bersinar bersama PSG setelah dijual MU.Angel Di Maria bersinar bersama PSG setelah dijual MU. (AP Photo/Francois Mori)
Pergantian pelatih yang cukup cepat frekuensinya membuat MU terpaksa membuang pemain yang mereka beli dengan mahal. Padahal pemain-pemain itu memiliki potensi luar biasa untuk membantu kebangkitan klub. Masalah itu pula yang sempat dikritik Mourinho.

"Saya melihat klub yang sedih. MU menjual pemain yang tidak akan pernah saya jual, membeli pemain yang tidak pernah saya beli. Saya tidak akan pernah menjual Angel Di Maria, Javier Hernandez, Danny Welbeck. Tidak pernah. Tidak ada kesempatan," ujar Mourinho tidak lama setelah resmi menjadi pelatih MU.

Berada di luar empat besar Premier League, bermain di Liga Europa, mengais gelar di Piala Liga Inggris bukan DNA MU. Manajemen klub harus mengambil langkah berani untuk membuat perubahan, jika tidak MU akan terus menjadi klub semenjana. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER