Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi ekonomi yang serba sulit tidak lantas membuat
Miftahul Jannah enggan berbuat sesuatu untuk sesama di tengah pandemi C
ovid-19. Atlet blind judo yang batal tampil di
Asian Para Games 2018 itu bahkan merelakan baju tanding miliknya demi meringankan beban sesama.
Miftah tak lagi menjadi atlet judo karena sadar tidak ada harapan untuk tampil di semua kejuaraan jika ia masih memakai hijab. Meski demikian, semangat Miftah untuk menjadi atlet dan membanggakan keluarga, terutama sang ayah yang baru saja meninggal dunia pada 2 Februari 2020, tetap membara.
Miftah kini beralih menjadi atlet blind catur yang ditekuninya sejak kecil sebelum terjun menjadi atlet judo. Lewat catur, ia berharap masih bisa berjuang untuk membuat bangga mendiang ayah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada
CNNIndonesia.com, Miftah mengatakan pernah berjanji kepada sang ayah tidak akan pernah kembali ke judo jika aturan larangan penggunaan hijab belum dihilangkan.
Miftah mencoba bertahan hidup dan mengukir prestasi lewat catur. Namun, wabah pandemi covid-19 di Indonesia membuat pelatihan daerah (Pelatda) cabor catur di Jawa Barat ikut terhenti.
 Miftahul Jannah dengan pakaian tanding di Asian Para Games 2018. (Dok.pribadi) |
Tak hanya itu. Wabah virus corona juga membuat Miftah untuk pertama kalinya sejak merantau dari Aceh, meminta uang kepada sang ibu untuk menjalani kehidupan sehari-sehari.
Tempat tinggal Miftah pun belakangan kerap berpindah-pindah. Sekali waktu ia menginap di rumah saudara di Jakarta Timur, tetapi kadang ia menetap di rumah kakak angkatnya. Bahkan beberapa kali ia menginap di rumah kediaman mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi untuk menemani sang istri, Obib Nahrawi.
Uang tabungan yang didapat Miftah dari hasil penghargaan dan undangan wawancara saat tragedi Asian Games 2018 sudah tak bersisa. Usaha kecil-kecilan jualan salad buah online bernama 'Salad Buah Udo' yang baru dirintis juga terpaksa berhenti akibat virus corona.
"Sejak Mei 2019, kondisi ekonomi saya jatuh ke nol lagi. Kuliah saya terpaksa berhenti. Untuk sehari-hari saya minta ke ibu saya. Padahal dulu saya sama sekali tidak pernah minta. Saya yang kasih," ucap Miftah.
Meski sedang kesulitan ekonomi, jiwa kemanusiaan Miftah terpanggil membantu para tenaga medis yang menjadi garda utama menyelamatkan pasien terinfeksi virus corona. Setelah memutar otak akhirnya Miftah memutuskan untuk melelang baju tanding yang seharusnya ia gunakan ketika membela Merah Putih di Asian Para Games 2018.
[Gambas:Video CNN]
"Saya mau bantu, tapi saya enggak punya materi, saya nol. Uang saja saya sekarang minta ke orang tua. Saya kebingungan harus bagaimana. Makanya saya korbankan baju tanding saya untuk di lelang. Uangnya nanti saya sumbangkan semuanya."
"Ini juga sekaligus bukti janji Miftah ke ayah kalau Miftah tidak akan kembali ke judo selama aturan hijabnya tidak diubah," sebut Miftah.
Baju yang dilelang Miftah memiliki banyak sejarah yang tak ternilai harganya. Ini juga cara Miftah untuk bisa membanggakan ayahnya jika tanpa judo ia bisa membantu menyekolahkan adik-adiknya hingga selesai.
Lelang dimulai Jumat (17/4) sampai Rabu (22/4) melalui akun Instagram dan facebook pribadi Miftah @miftah_judo. Lelang dimulai dari harga Rp3 juta.
Selain untuk disumbangkan dalam bentuk masker dan kebutuhan tim medis lain, rencananya Miftah juga akan membagikan sembako bagi orang-orang yang terkena dampak virus corona.
"Ada beberapa teman di Aceh yang mau bareng buka sumbangan, seperti Martunis. Nanti mungkin sebagian uang hasil lelang saya sumbangkan untuk ke Aceh. Tapi lebih besar di Jakarta karena di sini lebih banyak yang butuh," ujarnya.
Meski lelang baru dibuka, sudah ada yang berani menawar lebih dari harga yang dibuka Miftah. Ia adalah Tommy Kurniawan, publik figur yang kini menjadi politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Ya, baru Kang Tommy. Beliau tanya, 'sudah ada berapa yang menawar?' Saya bilang baru Kang Tommy saja. Terus beliau bilang lagi, 'ya sudah kasih tahu berapa yang menawar itu nanti saya tambahin, saya transfer'. Alhamdulillah ada yang ikutan walaupun baru satu orang."
"Walaupun hidup saya saat ini saya penuh dengan ujian, Insya Allah pasti Allah memberikan jalan kepada hambanya yang bersungguh-sungguh," doa Miftah menutup pembicaraan.
(ttf/har)