Jakarta, CNN Indonesia --
PSSI disebut wajib memiliki panduan khusus untuk latihan atau gelar pertandingan di kondisi The New Normal atau pemulihan dari pandemi
virus corona (covid-19).
Meski demikian, salah satu anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi mengatakan tetap sulit bagi PSSI gelar pertandingan walaupun sudah dibuat protokol khusus. Kendala terbesar adalah perizinan di setiap daerah karena masing-masing daerah punya kebijakan berbeda dalam menangani penularan covid-19.
Yoyok menerangkan, PSSI saat ini tidak ingin berandai-andai terkait kepastian dimulainya kembali kompetisi sepak bola di Indonesia. PSSI masih menunggu arahan dari pemerintah terkait berakhirnya status force majeure virus corona di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan kondisi wabah covid-19 di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang saat ini sudah mulai mencoba kembali menggelar latihan sepak bola. Banyak hal yang menjadi faktor pertimbangan Indonesia menjadi pengecualian.
"Sebelum membandingkan negara lain dengan Indonesia terkait kompetisi, bandingkan dulu kondisi kasus virus coronanya. Kalau dibandingkan dengan Korea Selatan atau Jepang, jelas jauh. Tidak bisa disamakan," ucap Yoyok kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (14/5).
 Anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi, menyebut sulit menggelar kembali kompetisi jika setiap daerah punya kebijakan berbeda. (R.Rekotomo) |
Yoyok menilai secara fasilitas maupun infrastruktur Jepang dan Korea Selatan jauh lebih komplet untuk penanganan wabah dengan cepat. Kedua negara juga sudah mampu menggelar rapid test secara massal menggunakan
drive thru, sedangkan Indonesia alat tesnya terbatas.
Selain itu, penurunan angka positif covid-19 di tiap-tiap wilayah di Indonesia juga tidak merata. Itu terjadi akibat perbedaan kebijakan yang diambil masing-masigng daerah dan tidak diakomodasi dalam satu komando di pemerintah pusat.
[Gambas:Video CNN]"Kami juga inginnya kompetisi bisa cepat bergulir lagi, tapi untuk bisa menggelar pertandingan semua faktor saling terkait. Mulai perizinan di pemerintah daerah, kepolisian daerah sampai pemerintah pusat. Mungkin di pemerintah pusat oke, tapi di level daerah belum tentu."
"Sebab itu, PSSI berpikir hal pertama yang harus dipastikan adalah situasi covid-19 di Indonesia harus tuntas lebih dulu, bukan sekadar mereda. Sebab, kalau belum tuntas akan menyulitkan klub maupun operator. Budaya kita beda, kita negara kepulauan luas, banyak wilayah yang masing-masing punya kebijakan berbeda," terangnya.
Kompleksitas permasalahan yang terjadi dalam penanganan wabah virus corona di Indonesia membuat PSSI terus mencari dan membahas jalan keluar terbaik terkait kompetisi. Pada intinya sebelum latihan dimulai kembali di level klub dan disusul bergulirnya kompetisi, butuh jaminan stabilitas di Indonesia baik dari sisi keamanan kesehatan sampai ekonomi.
 Pesepak bola Persiraja mengikuti latihan fisik pada hari terakhir jelang pertandingan Liga 1 di stadion Harapan Bangsa , Banda Aceh, sebelum pandemi covid-19. (ANTARA FOTO/AMPELSA) |
Yoyok mengungkapkan kemungkinan Indonesia baru bisa memulai kompetisi jika vaksin virus corona telah ditemukan dan diedarkan di Indonesia. Sebab, hal itu yang bisa membuat masyarakat tidak takut menggelar keramaian.
"Contoh, misalnya Jawa Tengah dinyatakan sudah aman dari covid-19, kemudian tim Jawa Tengah mau bertanding di Kalimantan yang belum dinyatakan aman. Apa masyarakat di Kalimantan bisa menerima kedatangan tamu ke daerah mereka?"
"Belum lagi kalau mau menggelar latihan. Tiap-tiap daerah kebijakannya beda. Contoh, di Semarang tidak boleh menggelar keramaian lebih dari 20 orang, sedangkan tiap latihan klub itu pemainnya saja sudah 22 orang misalnya belum sama pelatih staf dan lainnya. Tapi di Yogyakarta, boleh ada keramaian tapi waktunya dibatasi. Ya percuma juga," jelas Yoyok.
Meski begitu, PSSI disebut Yoyok yang juga anggota Komisi X DPR-RI telah membuat draf seandainya klub bisa menggelar latihan. Misalnya menggelar latihan tertutup dan lain sebagainya.
Namun, draf itu belum bisa diungkapkan apalagi diaplikasikan karena Indonesia memiliki kebijakan yang berbeda di tiap wilayahnya.
"Yang menyulitkan itu kebijakan berbeda di tiap daerah, tidak satu komando sehingga penerapan standar operasional yang dibuat PSSI juga akan berbeda. Kontrolnya pun akan susah. PSSI ini organisasi pembinaan olahraga ada aturannya baik di level pusat sampai daerah dan itu banyak yang menyulitkan kami sekalipun untuk latihan."
"Kami juga sudah buat simulasi-simulasi prakiraan kapan liga bisa dimulai, berikut solusi-solusi yang akan diambil. Tapi semua harus sejalan dengan keputusan pemerintah," tegas Yoyok.
(ttf/bac)