Jakarta, CNN Indonesia --
Imran Khan lebih dulu dikenal sebagai atlet kriket sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri
Pakistan pada 2018.
Khan memiliki reputasi terpandang di dunia kriket. Tak sekadar pemain sembarangan atau sekadar pelengkap, pria kelahiran 1952 itu memiliki segudang prestasi di olahraga yang populer di negara-negara Persemakmuran, termasuk Asia Selatan.
Mengenal kriket di negara kelahiran, Khan kemudian meneruskannya ketika menuntut ilmu di Inggris pada awal 1970-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikenal sebagai pemain yang memiliki lemparan cepat, Khan kemudian tampil membela Pakistan dalam laga debut pada 1971. Khan juga dikenal sebagai pemain
all-rounder, yaitu pemain yang dapat berperan sebagai pelempar maupun pemukul.
Kariernya di arena kriket kemudian menanjak pada 1976 setelah menyelesaikan kuliah di Oxford dengan menjadi salah pemain langganan timnas kriket Pakistan.
Enam tahun selepas mendapat tempat reguler di timnas, Khan menjadi kapten tim. Kepopuleran Khan menjadi daya tarik bagi politisi Pakistan. Muhammad Zia Ul Haq yang merupakan Presiden Pakistan pada 1987 mengajak Khan masuk ke partai politik Liga Muslim Pakistan, begitu pula dengan Nawaz Sharif yang kelak menjabat Perdana Menteri Pakistan.
 Imran Khan terjun ke dunia politik setelah pensiun sebagai atlet kriket. (AFP PHOTO / AAMIR QURESHI) |
Tawaran masuk ke dunia politik ditampik Khan. Sementara kegagalan di Piala Dunia Kriket 1987 sempat membuat Khan memutuskan pensiun sebelum kembali lagi menjadi kapten pada awal 1988.
Khan membawa sukses ketika kembali ke timnas di usia senja dengan meraih gelar Piala Dunia kriket 1992 yang merupakan pertama dan satu-satunya bagi Pakistan hingga kini.
Selepas pensiun setelah Piala Dunia, Khan baru masuk dunia politik. Mendirikan partai Pakistan Tehreek e Insaf, menjadi anggota Majelis Pakistan dan kini menjadi Perdana Menteri.
Khan yang menjunjung nilai Islam dikenal sebagai sosok yang nasionalis dan populis.
[Gambas:Video CNN]Duel melawan negara-negara barat tak hanya terjadi ketika Khan masih aktif menjadi atlet kriket. Setelah menjadi politikus, Khan pun tak lepas dari permasalahan Islam dan barat.
Berbekal pengalaman hidup di Eropa pada masa remaja, Khan memiliki pandangan terbuka mengenai perbedaan dunia barat dan Islam.
"Di universitas, tidak hanya Islam, tetapi semua agama dianggap tidak sesuai zaman. Ilmu pengetahuan menggantikan agama, dan jika sesuatu tidak dapat dibuktikan secara logis maka itu dianggap tidak ada. Semua hal supranatural hanya ada di film," kata Khan dikutip dari
Memri.
"Para filsuf [yang dihormati di Barat] seperti Darwin, adalah orang yang memiliki teori evolusi setengah matang untuk menyangkal penciptaan manusia sebagaimana ada pada ajaran agama," sambungnya.
Dalam sebuah pidato di hadapan Majelis Umum PBB pada September tahun lalu, seperti dilansir
QZ, Khan meminta pemimpin dunia mengakhiri islamofobia yang muncul sejak insiden 9/11. Menurutnya ada beberapa pemimpin barat yang menyamakan terorisme dengan Islam.
Salah satu cara yang disebut Khan bisa meredakan hal tersebut adalah dengan mewujudkan masyarakat yang saling peka satu sama lain.
"Ketika saya pertama kali pergi ke Inggris, ada film komedi tentang Yesus Kristus. Itu tidak terpikirkan dalam masyarakat Muslim. Dalam masyarakat Barat, dan cukup benar, Holocaust diperlakukan dengan kepekaan, karena itu membuat komunitas Yahudi sakit. Hanya itu yang kami tanyakan: Jangan gunakan kebebasan berbicara untuk membuat kami sakit dengan menghina nabi suci kami. Itu saja yang kami inginkan," ucap Imran.
Di sisi lain, Khan juga menyarankan pemimpin-pemimpin Islam bisa memberi pengertian kepada masyarakat dunia mengenai agama Nabi Muhammad dengan baik agar tidak terjadi salah sangka dan meluruskan kekeliruan.
"Ada kebutuhan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai kesalahpahaman itu [islamofobia] dan menjelaskan sebenarnya apa itu Islam," ujar Khan ketika berkunjung ke Malaysia seperti dikutip
The Star.
(nva/har)