Jakarta, CNN Indonesia -- Bek
Timnas Indonesia, Rudolof Yanto Basna terpaksa tetap berada di Prachuap Khiri Khan,
Thailand selama karantina akibat pandemi wabah
virus corona.
Sambil menahan rindu pulang ke Papua, Indonesia, Yanto Basna tetap menjalani rutinitas latihan sampai memasak sendiri. Ia menjadi satu-satunya pemain asing di klub Thailand, Prachuap FC yang masih tersisa.
Selain merindukan keluarga, Yanto Basna juga mengaku rindu momen-momen kebersamaannya dengan Timnas Indonesia saat menjalani pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Momen apa yang paling dirindukannya dari Timnas Indonesia? Seperti apa kesibukannya di Thailand? Bagaimana nasib kompetisi sepak bola Thailand akibat virus corona? Berikut wawancara khusus CNNIndonesia.com bersama Yanto Basna;
Bagaimana kondisi Thailand selama pandemi covid-19 ?
Kondisinya sekarang sudah mulai kondusif di Thailand. Sudah mulai banyak toko yang buka meski kondisinya belum sepenuhnya normal. Kabarnya, akhir Mei ini mereka baru akan normal kembali.
Saya di sini di karantina sejak sekitar awal Maret. Tapi karena saya posisinya di kota kecil jadi aman, masih bisa keluar karena juga jauh dari keramaian dan kota besar.
Bagaimana cara Anda mengisi waktu kosong selama karantina di Thailand?Ya setiap hari rutinitas saya saat pagi olahraga, lalu masak, makan, istirahat nanti sore olahraga lagi. Saya masak sendiri, masak ayam goreng, sayur dan nasi.
Dulu pernah diajarkan ibu saya masak jadi saya masih ingat. Kalau masak ayam tidak pernah sampai gosong. Kalau banyak percikan minyak, masaknya ditutup pakai penutup panci jadi aman.
Rencananya kalau Juni sudah membaik di Indonesia saya mau pulang dulu 2-3 minggu buat ganti suasana supaya pas balik semangat lagi buat kompetisi.
Tapi sepertinya tidak ke Papua, di Jakarta saja karena Papua nanti pasti masih lama
lockdown.
 Yanto Basna rindu momen bersama rekan-rekan di Timnas Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Bagaimana nasib kompetisi sepak bola di Thailand pasca pandemi?Rencananya liga di sini akan mulai lagi September sampai Mei 2021. Liga dimulai setelah masa recovery tiga bulan di sini.
Tapi kami sudah mulai latihan lagi Juli besok. Ya, waktu kompetisinya jadi lebih panjang tapi mau bagaimana saya masih ada kontrak di sini jadi harus profesional ikut kontrak.
Di sini semua klub potong gaji pemain 50 persen. Kalau dipikir di sini masih mending dibanding di Indonesia yang hanya dapat 25 persen.
Tapi untuk situasi seperti seperti sekarang ya berapapun yang diterima bersyukur saja.
Apa sudah mulai rindu dengan Papua dan Indonesia?Rindu ya rindu, tapi mau pulang juga serba salah. Kalau saya pulang, lalu misalnya tertular virus corona kontrak saya di sini dibatalkan. Itu ada perjanjiannya antara pemain dengan manajemen.
Kalau berat badan saya naik sekilo, saya kena denda sekitar Rp2 juta lebih. Jadi saya serba salah.
[Gambas:Video CNN]Kalau mau pulang nanti juga susah cari tempat buat latihannya. Kalau di sini, ada fasilitas. Mau latihan, lapangan ada, gym juga.
Saya juga kangen sama Timnas Indonesia, tapi mau bagaimana. Kita harus tunggu sampai situasinya pulih lagi.
Apa yang paling Anda rindukan selama menjalani masa karantina di Thailand?Di sini sepi, pemain asing semua pulang kecuali saya. Ya momen seperti ini pastinya kangen keluarga di Papua karena libur kan lama harusnya bisa pulang bisa kumpul.
Tapi Papua juga di-lockdown karena corona. Jadi tidak bisa pulang ke sana. Saya juga rindu main bola, latihan sama tim dan pertandingan.
Momen apa yang paling berkesan buat Anda di Timnas Indonesia?Pelatih Timnas Indonesia yang kemarin, Simon McMenemy, saya cocok sama dia. Jadi saling menghibur dan ada kebersamaan tim juga.
Kalau kita sedang pemusatan latihan mau tanding seperti di Bali waktu mau lawan Vietnam itu ada kumpul-kumpul. Kita semua nyanyi-nyanyi. Tiap hari ada jadwalnya siapa yang tampil setelah ambil kupon dulu.
Saya cerita mop begitu, cerita lucu. Saya cerita sambil berdiri di atas bangku. Semua tertawa. Ini tidak hanya di Bali tapi di mana pun kalau mau pertandingan.
 Yanto Basna ingin bisa berkarier di Jepang atau Korea Selatan. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama) |
Target apa yang ingin Anda raih setelah main di Liga Thailand?Sebenarnya saya mau main di klub Indonesia karena kan saya juga mau dekat dengan keluarga. Tapi target saya belum terpenuhi.
Target saya selesaikan main di Thailand terus kalau bisa main di kompetisi yang levelnya lebih tinggi. Mau saya di Asia, Jepang atau Korea Selatan.
Semua pemain di sini [Thailand] punya mimpi bermain ke Jepang. Mereka bersaing supaya bisa main ke Jepang. Sepak bola di Thailand sekarang sangat maju pesat.
Sebenarnya Indonesia bukan ketinggalan jauh dari Thailand. Tapi mereka punya sistem yang bagus, manajemen dan pengaturannya profesional.
Terutama cara mereka menggaji pemain, terlihat sangat berbeda sekali. Kalau dibandingkan kira-kira 10 berbanding enam atau tujuh.
Bagaimana upaya kamu dalam partisipasi membantu sesama di masa pandemi corona?Saya lelang baju yang saya pakai waktu main sama Timnas Indonesia melawan Vietnam di Bali kemarin.
Saya mau kasih hasil lelangnya ke anak-anak kecil di daerah tertinggal di Asmat, Papua untuk mereka belajar dan sekolah. Biasanya di sana ada yang bantu, tapi karena corona ini yang biasa bantu tidak berani datang karena
lockdown.
Jadi nanti ada guru di sana saya kasih uangnya saja terserah mau dibelanjakan apa sesuai kebutuhan disana. Karena mereka yang tahu kebutuhannya apa, kalau mau dibelikan barang juga susah dikirimnya karena lagi
lockdown.
(ttf/ptr)
[Gambas:Video CNN]