Solidaritas Rasial Dianggap Bukan Pelanggaran di Sepak Bola

CNN Indonesia
Selasa, 02 Jun 2020 18:58 WIB
Jadon Sancho of Borussia Dortmund celebrates scoring his teams second goal of the game with a 'Justice for George Floyd' shirt during the German Bundesliga soccer match between SC Paderborn 07 and Borussia Dortmund at Benteler Arena in Paderborn, Germany, Sunday, May 31, 2020. Because of the coronavirus outbreak all soccer matches of the German Bundesliga take place without spectators. (Lars Baron/Pool via AP)
Jadon Sancho menampilkan pesan 'Justice for George Floyd' dalam laga Bundesliga. (AP/Lars Baron)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Kick It Out berharap pesepakbola yang menyatakan solidaritas atas kematian George Floyd tidak dihukum karena ekspresi kesetaraan sosial bukan pelanggaran di sepak bola.

Presiden Kick It Out, organisasi yang mendorong kesetaraan dalam sepak bola di Inggris, Sanjay Bhandari berharap Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) tidak menghukum Jadon Sancho, Achraf Hakimi, Weston McKennie dan Marcus Thuram karena menampilkan bentuk dukungan dan solidaritas atas kematian warga kulit hitam di Amerika Serikat.

"Saya harap ada kelonggaran dari otoritas Jerman. Saya tak yakin bagaimana Anda bisa memberi sanksi kepada Marcus Thuram. Saya pikir dia tidak melakukan kesalahan sama sekali. Dia hanya berlutut," kata Bhandari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya membayangkan itu adalah cara yang saya dukung jika pemain ingin melakukan protes. Jika Anda mencetak gol dan berlutut semua bisa melakukannya bukan? Tidak hanya pemain berkulit hitam. Pemain kulit putih juga, semuanya," sambungnya.

Seperti dikutip dari The Guardian, Bhandari menyebut berlutut adalah cara protes yang tidak bakal menuai sanksi sekaligus memiliki pesan kuat.

Moenchengladbach's Marcus Thuram taking the knee after scoring his side's second goal during the German Bundesliga soccer match between Borussia Moenchengladbach and Union Berlin in Moenchengladbach, Germany, Sunday, May 31, 2020. The German Bundesliga becomes the world's first major soccer league to resume after a two-month suspension because of the coronavirus pandemic. (AP Photo/Martin Meissner, Pool)Marcus Thuram berlutut setelah mencetak gol untuk Borussia Monchengladbach. (AP Photo/Martin Meissner, Pool)
"Semua pemain harus melakukannya. Satu tim harus melakukannya. Anda lihat selebrasi Erling Haaland ketika pertandingan kembali berjalan dan para pemain Borussia Dortmund melakukan selebrasi jarak sosial. Mereka bisa berlutut."

"Rasialisme bukan hanya sekadar pemain kulit hitam atau fan berkulit coklat. Ini mengenai kita semua. Rasialisme merusak lingkungan dan kita semua terluka karena itu. Semua seharusnya mau mendemonstrasikan rasa solidaritas dan rasa jijik," tutur Bhandari.

Badan sepak bola dunia, FIFA, memberi kewenangan pada penyelenggara liga untuk menghukum pemain terkait protes yang dilakukan dengan memperhatikan akal sehat dan mempertimbangkan konteks seputar peristiwa yang terjadi.

GIF Banner Promo Testimoni
Bhandari menilai tragedi yang menimpa Floyd bukan masalah politik yang selama ini dilarang masuk dalam lapangan.

Hingga kini DFB masih dalam status mempelajari tindakan McKennie, Thuram, Sancho, dan Hakimi. DFB menyatakan bakal mempertimbangkan keputusan berdasarkan pada aturan pertandingan yang diterbitkan Badan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) mengenai larangan pesan politik, agama dalam pernyataan atau gambar.

Empat pemain muda yang berlaga di Bundesliga itu bersimpati atas kematian Floyd dengan cara yang berbeda. McKennie mengenakan pita bertuliskan 'Justice for George Floyd', Thuram berlutut, dan Sancho serta Hakimi menuliskan 'Justice for George Floyd' di kaus dalam.

Floyd merupakan warga kulit hitam yang meninggal di AS, Senin (24/5), setelah mendapat perlakuan kasar dari polisi.

[Gambas:Video CNN] (nva/jun)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER