Sepak bola kini seolah tak lagi membahagiakan bagi Lionel Messi di Barcelona. Ketika ia berdiri di lapangan, yang ada untuknya hanyalah kewajiban demi kewajiban.
Melihat Messi muda bergembira di lapangan adalah sebuah keistimewaan luar biasa bagi para manusia yang hidup dan menyaksikan sepak bola dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Messi, dalam balutan seragam Barcelona, sepertinya dilahirkan untuk menunjukkan bahwa permainan sepak bola itu bisa terlihat simpel dan mudah dilakukan di kaki sang jenius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Messi seolah tanpa kesulitan menggiring bola dari tengah lapangan untuk kemudian mencetak gol. Bagi Messi, mengarahkan bola ke sudut gawang itu bukan persoalan yang sulit.
Kaki Messi benar-benar sudah hapal kekuatan tendangan yang dibutuhkan untuk mengirim bola masuk ke dalam gawang, entah itu ditendang dengan keras atau cukup dicungkil dengan perlahan.
Namun satu hal yang tak boleh dilupakan, segala permainan hebat Messi di Barcelona itu juga bisa terjadi karena ia dikelilingi dengan rekan-rekan dan senior-senior yang sangat hebat.
![]() |
Setelah sempat merasakan bimbingan langsung Ronaldinho, salah satu pemain terbaik dunia di era 2000-an, Messi memang langsung jadi salah satu tumpuan di lini depan sejak usia 20-an.
Namun beban Messi tidaklah terlalu besar. Ia masih disokong sejumlah pemain elite seperti Samuel Eto'o dan Thierry Henry. Selepas kepergian Eto'o dan Henry, Messi benar-benar menjelma jadi mesin gol utama Barcelona.
Hal itu juga tak lantas membuat Messi tertekan. Ia masih dilayani Xavi Hernandez dan Andres Iniesta untuk waktu yang cukup lama. Belum lagi ia makin dimanjakan oleh kedatangan Neymar dan Luis Suarez yang akhirnya membentuk Trio MSN.
Dengan kondisi demikian, Messi hanya diinstruksikan untuk bermain sebebas-bebasnya di lini depan. Lewat dukungan kondisi tim yang kondusif dan penuh bintang, sihir-sihir Messi pun terlihat jelas dari kaki-kaki Messi yang bermain dengan penuh gembira.
Seiring usia Messi bertambah, ternyata kondisi Barcelona berubah. Kepergian Xavi, Neymar, dan Iniesta secara bergantian meninggalkan lubang yang cukup besar bagi Barcelona.
![]() |
Situasi makin parah lantaran Barcelona tidak mampu menghadirkan pengganti yang mumpuni.
Barcelona tetap jor-joran dalam pembelian pemain, tetapi hasil yang didapat tidaklah menyenangkan. Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho dicap sebagai pembelian gagal.
Produk-produk La Masia juga tidak menghasilkan bintang baru yang menjanjikan untuk dipasok ke tim utama.
Transisi yang tidak mulus inilah yang membuat Messi justru terlihat makin merana seiring usianya bertambah di Barcelona.
Beban Barcelona di pundak Messi makin terasa jauh lebih berat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Sejumlah pemain pendukung macam Luis Suarez, Sergio Busquets, dan Gerard Pique juga terlihat menurun termakan usia.
Saat ini, Messi tercatat sebagai pemuncak klasemen pencetak gol dan pemberi assist. Hal itu tidak hanya menunjukkan kejeniusan Messi melainkan juga betapa beratnya beban Messi sebagai kapten Barcelona saat ini.
Melihat permainan Barcelona, Messi makin sering turun membuka ruang untuk memulai permainan. Ketika Messi dikurung lewat pengawalan berlapis, pemain-pemain Barcelona lainnya tampak tidak berdaya memberikan solusi cadangan.
Situasi Barcelona saat ini jadi semakin mirip dengan situasi Messi di Argentina. Messi yang bermain dengan penuh beban sehingga hal itu kadang membelenggu level permainan terbaik Messi untuk keluar.
Lihat juga:Dua Hadiah Real Madrid untuk Zidane |
Di usia 33 tahun, Messi justru dihadapkan pada kondisi Barcelona yang porak-poranda. Regenerasi yang tidak berjalan serta minim solusi ketika dirinya tak bisa keluar dari tekanan.
Lionel Messi jelas makin merana di hari tua bersama Barcelona. Situasi yang mungkin baru bisa berubah bila Barca bisa mengembalikan Neymar untuk kembali bermain bersamanya.
(sry)