Demi meraih prestasi maksimal, para atlet profesional rela berkorban untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dianggap enak dalam keseharian melalui pola makan sehat yang dijalani.
Seperti yang dialami mantan striker Timnas Indonesia era 1990-an, Kurniawan Dwi Yulianto. Ia menceritakan pengalaman sempat gagap menjaga pola makan sehat ketika mengawali karier sebagai pesepakbola profesional.
"Dulu saya kecil di sekolah sepak bola tidak tahu tentang pola makan sehat. Edukasi tentang pola makan sehat itu tidak ada di sekolah sepak bola jadi kami tidak tahu itu. Ini pengalaman yang saya temukan sendiri. Padahal pola makan sehat ini sesuatu yang penting buat sepak bola," kata Kurniawan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurniawan yang akrab disapa Si Kurus itu mengaku buta dengan pola makan sehat dan baru mengetahui tentang pola makan sehat ketika ia mengikuti program Primavera di Italia. Di sana ia diajarkan dan diatur program serta pola makan sehat.
Di Italia, Kurniawan baru menyadari betapa pentingnya asupan makanan sehat bergizi buat menunjang performa tubuhnya ketika bermain sepak bola. Sebagai seorang pesepakbola ia pun paham seharusnya tidak mengutamakan rasa di makanan, tapi lebih ke kebutuhan tubuh.
Meskipun ia mengakui tahun pertama di Italia, masih ada koki asal Indonesia yang ikut untuk membantu adaptasi pola makan sehat dengan selera orang Indonesia.
![]() |
"Di situ [Italia] baru kami diedukasi, diajarkan pentingnya pola makan sehat. Itu juga saya bisa dibilang telat tahu karena sudah 16 atau 17 tahun. Masalahnya waktu itu pemain tidak tahu karena tidak diajarkan sejak kecil. Nah, yang sudah tahu tentang makan sehat tapi tidak diikuti, ini yang dipertanyakan keprofesionalannya," ujarnya
Kurniawan sadar, disiplin terhadap komitmen pola makan sehat bukan hal yang mudah. Kebiasaan yang sudah menjadi budaya sejak kecil menjadi hal yang sulit untuk dihindarkan.
Lihat juga:Agen Pemain: Messi Sudah Gabung Inter |
"Sepak bola tidak hanya soal taktik, fisik, dan mental. Tapi juga sport science, gizi makanan yang harusnya sudah mulai sejak kecil sehingga saat besar itu menjadi kebiasaan dan tidak perlu diingatkan lagi."
"Sekarang lebih baik kita saling mengingatkan dan jangan saling menyalahkan. Cari tahu berapa pentingnya makanan untuk performanya mereka. Makanan apa aja yang bagus untuk mereka. Ini perlu kesadaran dari pemain tapi juga jadi pekerjaan rumah besar buat stakeholder sepak bola kita," ungkap Kurniawan.
Eko Yuli Berkorban Tinggalkan 'Makan Enak'
Pengalaman sulitnya menahan makan sesuai dengan selera lidah dengan kebutuhan gizi dalam tubuh juga dialami lifter nasional, Eko Yuli Irawan. Terlebih olahraga angkat besi yang ditekuni Eko merupakan jenis olahraga yang membutuhkan banyak tenaga tapi dengan pembatasan berat badan sesuai kelas masing-masing.
Kesadaran Eko akan pentingnya makanan sehat untuk menutrisi tubuh membuatnya benar-benar menahan nafsu makannya. Terlebih di usianya yang saat ini sudah menginjak 32 tahun.
![]() |
"Apalagi usia di atas 30 tahun yang diharuskan dan terpenting itu makanan sehat. Kalau dihajar latihan berat kan usia di atas 30 sama yang masih 20 tahun kondisinya beda. Makanya perlakuannya juga beda. Makanan sehat diharuskan untuk menjaga kondisi badan tetap bugar," jelas Eko.
Di sisi lain, Eko yang meraih medali perak Olimpiade 2016 Rio de Janeiro menyadari setia pada pola makan sehat itu susah. Kebiasaan orang Indonesia 'kalau belum makan nasi belum makan' menjadi salah satu hambatan.
Belum lagi makanan Indonesia yang bersantan, pedas dan diperkaya dengan campuran rempah-rempah yang membuat nafsu makan bertambah. Tapi, lanjut Eko, kalau sudah punya target prestasi, mau tidak mau makanan yang enak-enak harus dihindari.
"Susah sebenarnya untuk menghindari makan-makanan itu. Tapi kan sebagai atlet kita harus berkorban demi target prestasi yang ingin kita capai. Apalagi kalau di angkat besi berat badan itu jadi acuan dengan persiapan yang panjang."
"Paling kalau di rumah misal istri saya masak rendang, saya kepengen banget paling diakalin. Dagingnya direndam dulu sampai bumbu-bumbunya hilang. Dagingnya masih adalah dikit-dikit rasanya. Itupun sedikit sekali cuma buat menghilangkan kepingin saja," ucap Eko.
Eko memilih untuk mengatur sendiri pola makan sehatnya. Menurutnya, ia lebih paham kebutuhan nutrisi tubuh dengan beban energi yang diperlukan saat latihan maupun perlombaan.
"Saya bisa tidak makan nasi, asalkan kebutuhan protein saya per hari terpenuhi. Ini kita sebagai atlet yang paham sendiri, sadar sendiri sama tubuh kita supaya bisa perform bisa mencapai target," tegas Eko.
Polemik soal pola makan sehat dan kebiasaan atlet kembali mencuat setelah media sosial sempat diramaikan karena sejumlah pemain Timnas Indonesia U-19 sempat mengunggah makanan tak sehat sebagai kesukaan mereka.
Netizen langsung mengkritik perilaku pemain tersebut yang dinilai tak disiplin. Padahal, pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong kerap mengingatkan agar para penggawanya menjaga pola makan sehat.
(ttf/nva)