5 Catatan Timnas Indonesia U-19 dari Empat Laga di Kroasia

CNN Indonesia
Jumat, 18 Sep 2020 07:15 WIB
Arah permainan Timnas Indonesia U-19 mulai terlihat di bawah asuhan Shin Tae Yong setelah melakoni empat laga uji coba.
Timnas Indonesia U-19 sudah melakoni empat laga uji coba di Kroasia. (Dok.PSSI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sekitar satu setengah bulan berada di Kroasia dan menjalani empat pertandingan, mulai terlihat arah permainan Timnas Indonesia U-19 di bawah arahan Shin Tae Yong.

Dua kekalahan, satu laga imbang, dan satu kemenangan menjadi proses guna menempa sebuah tim yang kelak diandalkan di ajang sekelas Piala Dunia.

Fisik

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai sektor pertama yang dibenahi Shin Tae Yong, fisik pemain Timnas Indonesia U-19 belum terlihat sempurna. Melawan pemain-pemain Eropa dengan tulang-tulang kaukasia, David Maulana terlihat kesulitan ketika beradu fisik.

Pembenahan fisik tentu bukan perkara mudah yang instan. Shin Tae Yong serta jajaran pelatih, juga para pemain, harus sabar dan konsisten menerapkan pola hidup sehat demi menunjang prestasi.

Witan Sulaeman dan Beckham Putra Nugraha merayakan gol Timnas Indonesia U-19 ke gawang Qatar. (Dok. PSSI)Timnas Indonesia U-19 meraih satu kemenangan, satu imbang, dan dua kekalahan di Kroasia. (Dok.PSSI)

Setidaknya ada masalah klasik yang mulai teratasi. Stamina pemain tampak perlahan membaik. Gol Mochammad Supriadi ke gawang Qatar pada menit ke-84 menunjukkan Timnas Indonesia U-19 masih memiliki napas bermain 90 menit.

Pertahanan Rapuh

Jumlah 14 gol yang bersarang dari empat laga menunjukkan performa organisasi pertahanan yang masih kurang beres. Selalu kebobolan dalam setiap uji coba, tujuh gol di masing-masing babak dari empat laga, menandai bahaya mengintai di setiap menit sepanjang pertandingan.

Dalam sepak bola modern, pertahanan tak menjadi tanggung jawab pemain berposisi bek atau kiper semata. Dengan demikian, koordinasi pemain tengah dan bantuan pemain depan dalam membantu pertahanan turut menjadi poin penting. Keberadaan pemain-pemain jangkung di posisi gelandang atau depan, seperti Braif Fatari, dan Saddam Gaffar pun bisa dimanfaatkan untuk memenangkan bola di tengah agar lawan tak jauh melangkah ke sepertiga akhir lapangan permainan Timnas Indonesia U-19.

Pemilihan lawan yang tangguh, juga menjadi nilai plus dalam uji coba selama di Kroasia. Shin Tae Yong pun dapat menemukan 'penyakit' yang bersarang di tubuh skuadnya, khususnya di bagian belakang.

Dalam keadaan ditekan lawan yang memiliki organisasi permainan rapi, Timnas Indonesia U-19 masih kerap kebingungan.

Witan Sulaeman di laga Timnas Indonesia U-19 vs Qatar. (Dok. PSSI)Timnas Indonesia U-19 mulai terlihat lebih meyakinkan saat membangun serangan. (Dok.PSSI)

Membangun serangan

Kemampuan membangun serangan Timnas Indonesia U-19 nyaris tak terlihat di laga pertama melawan Bulgaria. Bermain defensif dan berharap pada serangan balik bukan solusi yang baik.

Dalam kekalahan telak melawan Kroasia, ada sebuah gol dari Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi yang menunjukkan sebuah harapan. Tiga gol melawan Arab Saudi dan dua gol ke gawang Qatar menyiratkan tim memiliki potensi bermain menyerang.

Akan tetapi, masalah kerap terjadi dalam rantai penciptaan gol. Umpan-umpan yang tidak akurat, baik karena tak terarah atau melepas bola dengan tenaga yang kurang, masih menjadi pekerjaan rumah. Tak jarang muncul momen baik dalam menciptakan kans, namun acap kandas lantaran pemain satu sama lain masih belum memiliki chemistry.

Banner Live Streaming MotoGP 2020

Mengenai problem membangun serangan, mungkin saja Shin Tae Yong masih belum memberi perhatian lantaran sibuk membenahi fisik dan pertahanan seperti yang kerap dikatakan dalam setiap kesempatan wawancara.

Banyak Pencetak Gol

Bermain layaknya tim matang di era sekarang, bek hingga striker Timnas Indonesia U-19 tercatat sudah mencetak gol. Bagas yang berposisi sebagai full back, atau Saddam Gaffar dan Irfan Jauhari yang beroperasi di lini depan sudah mencetak satu gol. Begitu pula Braif Fatari, Brilyan Aldama, dan Supriadi yang merupakan gelandang.

Kemampuan mencetak gol yang setara membuat Timnas Indonesia U-19 bakal sulit diprediksi lawan karena tidak ada satu pemain yang benar-benar diandalkan menjadi hulu ledak tim.

Namun dari sisi lain bisa saja menjadi isyarat tim junior ini sudah terjangkit masalah penyerang yang paceklik gol, seperti di level senior.

Formasi 4-4-2

Formasi 4-4-2 yang dipakai Shin Tae Yong tergolong baru buat para pemain Timnas Indonesia U-19. Hal ini lantaran para pemain yang sebelumnya memperkuat level U-16 dan U-18 lebih sering bermain dengan formasi 4-3-3.

Strategi baru ini membuat Irfan Jauhari dkk butuh waktu untuk beradaptasi dan nyetel dengan formasi baru. Alhasil, pola permainan yang jelas belum muncul saat tim Garuda Nusantara dikalahkan Bulgaria 0-3 pada laga uji coba perdana.

Kondisi serupa juga masih terlihat saat Timnas Indonesia U-19 dipecundangi Kroasia dengan skor 1-7. Selain kalah kelas, organisasi permainan Timnas Indonesia U-19 belum terlihat padu sehingga banyak celah yang bisa dimanfaatkan Kroasia untuk mencetak gol.

Adaptasi dengan formasi baru mulai membaik di laga uji coba ketiga.  Timnas Indonesia U-19 lebih rapih dari organisasi permainan saat bertahan dan menyerang. Hal itu pula yang membuat Timnas Indonesia U-19 bisa bangkit meski sempat tertinggal 0-3 dari tim lawan.

Di laga uji coba keempat, formasi 4-4-2 ala Shin Tae Yong diterapkan semakin baik, saat melakukan transisi dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya. Para pemain Qatar pun tidak punya banyak celah untuk menekan pertahanan Timnas Indonesia U-19. 

(nva/nva/jal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER