AC Milan memulai Liga Italia musim ini dengan rangkaian hasil positif. Rossoneri menyapu bersih tiga laga awal dengan kemenangan.
Lawan yang dihadapi Milan memang tidak spesial. Skuad asuhan Stefano Pioli 'hanya' menang atas dua tim promosi Spezia (3-0), Crotone (2-0), dan tim spesialis papan tengah, Bologna (2-0).
Hasil yang diraih Milan lebih baik ketimbang saudara sekota mereka, Inter Milan dan penguasa Serie A sembilan musim terakhir, Juventus.Torehan tiga kemenangan beruntun itu menempatkan Milan di posisi kedua klasemen sementara. Tim kota mode hanya kalah selisih gol dari Atalanta yang juga sempurna di tiga laga awal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Posisi di klasemen itu seolah jadi pertanda bahwa Milan sudah bangun dari tidur panjang mereka. Tidur panjang yang membuat Milan absen bermain di Liga Champions dalam tujuh musim terakhir.
Dalam kurun waktu tersebut, Milan pernah finis di posisi ke-10 klasemen akhir. Sementara catatan terbaik hanya sebatas finis kelima pada musim 2018/2019.
Meski langsung tancap gas di awal musim, banyak pihak masih skeptis dengan kekuatan Milan. Apalagi, Zlatan Ibrahimovic dkk hanya mengalahkan tim-tim yang di atas kertas memang bisa mereka lumat.
Ujian sesungguhnya disebut baru akan datang setelah jeda internasional. Milan akan ditantang Inter (17 Oktober) dan AS Roma (25 Oktober).
Jika gagal meraih hasil bagus melawan Inter dan Roma maka publik akan menilai Milan memang belum bangun dari tidur panjang. Hal itu sah-sah saja jika melihat kecenderungan naik turunnya penampilan pengoleksi 18 scudetto itu dalam beberapa musim terakhir.
Namun yang harus diingat Milan tidak lagi tim seperti musim-musim sebelumnya. Kali ini, Milan sudah lebih tertata, baik di dalam maupun di luar lapangan.
![]() |
Kesan itu muncul setelah pihak klub memutuskan untuk tetap percaya pada Stefano Pioli yang sempat terancam didepak. Pioli memang bukan pelatih dengan nama besar tetapi ia terbukti sukses meramu formula yang tepat untuk membuat Milan kembali ke jalur yang benar.
Performa Milan yang impresif bersama Pioli itu pula yang akhirnya membuat pihak klub batal merekrut Ralf Ragnick. Sebaliknya Pioli disodori kontrak baru hingga Juni 2022.
Geliat Milan di tangan Pioli juga erat kaitannya dengan kedatangan kembali Zlatan Ibrahimovic. Bersama Ibrahimovic, Milan jadi tim yang lebih kuat dari segi mental dan konsistensi.
Ibrahimovic berhasil menularkan mental juara kepada rekan-rekan setimnya. Kesan bahwa Milan inferior daripada tim-tim besar lain tak lagi berbekas sejak kedatangan penyerang asal Swedia itu.
Milan terbukti belum lagi merasakan kekalahan sejak kompetisi digelar di tengah pandemi virus corona. Ini ditambah membaiknya performa pemain yang sempat melempem seperti Hakan Calhanoglu hingga meroketnya performa Theo Hernandez dan Franck Kessie.
Namun, komposisi skuad utama yang tangguh pada musim lalu belum ditopang kedalaman tim yang baik. Hal ini langsung direspons dengan mendatangkan pemain-pemain anyar yang bisa membuat tim lebih kompetitif.
Milan berhasil mendatangkan pemain yang diburu klub-klub besar, Sandro Tonali. Pemain yang disebut sebagai Andrea Pirlo baru itu memilih Milan ketimbang Inter Milan maupun tim-tim papan atas lain.
Selain itu, pemain-pemain muda potensial macam Brahim Diaz dan Diogo Dalot didatangkan dengan skema pinjaman. Kehadiran mereka membuat kedalaman tim Milan jauh lebih baik untuk bertarung dengan tim-tim yang punya materi pemain mumpuni seperti Juventus dan Inter.
Jika dua aspek itu berjalan dengan baik, hasrat fan untuk melihat Milan kembali berbicara banyak dalam perburuan scudetto terbuka lebar. Andai pun gagal, skuad Milan musim ini di atas kertas sudah cukup untuk mengamankan tiket Liga Champions.
Dengan kekuatan saat ini, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pioli adalah memastikan tim tetap harmonis. Faktor eksternal lain adalah dukungan penuh dari manajemen klub.
(nva)