Khabib Nurmagomedov bisa saja menaklukkan Justin Gaethje dalam posisi standing fight di UFC 254 lantaran ia punya modal bagus plus fakta bahwa Gaethje juga telah dua kali roboh dalam kariernya.
Khabib menang lewat dominasi di ground fighting pada laga lawan Dustin Poirier dan Conor McGregor. Namun hal itu tak lantas menjadi bukti bahwa Khabib hanya pandai dalam melakukan takedown dan ground fighting.
Sebelum mempertahankan gelar lawan McGregor dan Poirier, bukti bahwa Khabib tidak hanya mengandalkan gulat dan ground fighting bisa diihat pada duel lawan Al Iaquinta perebutan gelar kelas ringan UFC di 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di laga tersebut, Khabib penuh percaya diri menjalani laga di posisi standing fight dan bertukar pukulan dengan Al Iaquinta.
![]() |
Selama 25 menit, Khabib sukses menyiksa Al Iaquinta lewat pukulan-pukulan yang sesekali dikombinasikan dengan tendangan. Pukulan-pukulan Khabib bahkan sudah menodai wajah Al Iaquinta dengan darah sejak ronde ketiga.
Lantaran punya kuda-kuda yang kuat sebagai bekal dalam melakukan takedown, footwork Khabib juga terbukti ampuh dalam standing fight. Ia bisa menghindari pukulan lawan dan dengan cepat bergerak masuk ke pertahanan lawan.
Ketika Al Iaquinta sibuk bertahan dari pukulan, Khabib bisa dengan cepat melakukan takedown dan melancarkan kuncian demi kuncian.
Al Iaquinta memang berhasil bertahan dari upaya submission Khabib, beberapa kali juga karena tertolong bel ronde pertandingan berakhir.
Lihat juga:Ronaldo Doakan Khabib Menang di UFC 254 |
Namun selama 25 menit, Khabib benar-benar menghadirkan siksaan bagi Al Iaquinta. Khabib memang gagal menang KO/TKO atau submission, namun ketika pertandingan berakhir, Khabib sudah percaya diri bahwa ia bakal menang angka mutlak.
Gambaran laga seperti itu yang harus diwaspadai Gaethje. Petarung asal Amerika Serikat itu tak boleh percaya diri begitu saja bahwa ia bakal unggul dominan dalam duel standing fight lawan Khabib.
Dalam dua duel lawan McGregor dan Poirier, Khabib bermain lebih efektif dan efisien karena ground fight miliknya benar-benar bisa menguras energi lawan dan tak memberikan kesempatan lawan untuk menyerang balik dengan risiko yang berbahaya.
![]() |
Menggagalkan Takedown Khabib Tak Berarti Menang
Gaethje datang dengan penuh percaya diri di UFC 254 lantaran ia punya bekal ilmu gulat. Latar belakang itu yang membuat Gaethje diyakini tidak bakal jadi korban takedown Khabib secara mutlak karena ia bisa memberikan perlawanan.
Namun ketika pada UFC 254 nanti upaya Khabib melakukan takedown berhasil digagalkan Gaethje, bukan berarti kemenangan sudah jadi milik Gaethje. Gaethje justru harus tetap waspada penuh saat pertarungan berlangsung dalam kondisi tukar pukulan.
Di luar kehebatan dalam ground fight, Khabib telah membuktikan ia juga punya kemampuan standing fight yang apik. Berdasarkan rekor pertemuan, Khabib bahkan patut berbangga lantaran ia tak pernah menelan kekalahan sejauh ini dan ia tak pernah kesulitan menghadapi lawan yang mengandalkan standing fight.
![]() |
Catatan tersebut berbeda halnya dengan Gaethje. Petarung asal Amerika Serikat itu sudah dua kali tumbang, di tangan Eddie Alvarez dan Dustin Poirier. Hal itu bisa dijadikan pegangan bagi Gaethje bahwa ia tak boleh sesumbar bakal menang mudah dalam standing fight.
Dalam dua kekalahan tersebut, Gaethje cenderung menyerang tanpa perhitungan dan terkena pukulan balik lawan. Kekalahan itu juga jadi bukti bahwa rahang Gaethje tidak cukup kuat diterpa pukulan lawan.
Bila Gaethje terus menunjukkan kepercayaan diri yang berlebihan dalam standing fight, bukan mustahil hal tersebut jadi berbahaya untuknya. Khabib bisa menghukum Gaethje lewat standing fight, bahkan sebelum Gaethje merasakan betapa berbahayanya ground fight milik Khabib.
(har)