Jakarta, CNN Indonesia --
Pebulutangkis Indonesia punya peluang besar untuk bisa meraih gelar juara di Yonex Thailand Open seiring ketidakhadiran pebulutangkis asal China dan Jepang.
Tim Badminton China tidak berangkat ke rangkaian turnamen di Thailand setelah tidak mendapat izin berpergian dari pemerintah. Sementara itu Jepang memutuskan membatalkan keberangkatan di saat akhir setelah Kento Momota positif corona.
Ketiadaan China dan Jepang secara langsung mempengaruhi dan memperbesar peluang Indonesia untuk merebut gelar juara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di nomor tunggal putra, ketiadaan Momota tentu memperbesar peluang Ginting dan Jonatan Christie untuk melaju jauh di turnamen ini.
Awalnya Momota juga berada di blok atas, sama halnya dengan Ginting dan Jonatan. Namun dengan ketidakhadiran Momota, Ginting dan Jonatan bisa merajut asa untuk berjumpa di babak semifinal dan salah satu dari mereka menapak ke partai final.
Tantangan terbesar Ginting dan Jonatan di blok atas tentu pemain Denmark macam Viktor Axelsen dan Hans-Kristian Vittinghus plus pemain India macam Kashyap Parupalli.
 Anthony Ginting punya peluang lebih bagus setelah Kento Momota absen di Thailand Open. (Dok. Humas PBSI) |
Di nomor ganda putra, Indonesia mengalami kerugian karena ketidakhadiran Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang absen di Thailand.
Namun ketidakhadiran ganda Jepang dan ganda China tentu ikut meringankan beban Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menuju babak akhir.
Tantangan terberat untuk Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra mewujudkan All Indonesian Final bakal datang dari ganda Malaysia macam Aaron Chia/Sooh Wooi Yik dan ganda Korea Selatan seperti Choi Sol Gyu/Seo Seung Jae plus Kim Gi Jung/Lee Yong Dae.
Bila mampu menampilkan performa terbaik, Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra bakal mengamankan satu gelar lewat All Indonesian Final.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga diuntungkan dengan absennya ganda Jepang dan China. Ganda Jepang selama ini mendominasi persaingan di nomor ganda putri plus Chen Qingchen/Jia Yifan dari China.
Tanpa mereka, Greysia/Apriyani bisa unjuk gigi dan layak percaya diri untuk meraih gelar juara.
Dari jalur yang ada, Greysia/Apriyani tak akan bertemu pemain unggulan hingga babak semifinal. Kesempatan ini yang bisa dimaksimalkan oleh pasangan terbaik Indonesia tersebut.
 Greysia/Apriyani tak bakal menghadapi rival asal Jepang dan China di Thailand Open. ( ANTARA FOTO/Galih Pradipta) |
Tantangan terberat untuk Greysia/Apriyani dalam mewujudkan mimpi lolos ke babak final bakal berasal dari ganda Korea Selatan, Chang Ye Na/Kim Hye Rin dan Lee So Hee/Shin Seung Chan.
Praveen Jordan/Melati Daeva yang merupakan juara All England 2020 juga bisa berbicara banyak di nomor ganda campuran lantaran tidak adanya Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Wang Yilyu/Huang Dong Ping (China) dan Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang). Tantangan berat mereka akan hadir dalam sosok Marcus ELlis/Laurent Smith dan rekan senegara, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas.
Sementara di tunggal putri, peluang juara masih terbilang lebih berat dibandingkan nomor lainnya lantaran Tai Tzu Ying, P.V Sindhu, dan Carolina Marin masih hadir di turnamen ini.
 Gregoria Mariska menghaapi Sung Ji Hyun di babak pertama. ( ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak |
Gregoria Mariska ada di blok atas dan langsung berjumpa Sung Ji Hyun dari Korea Selatan.
Di luar peluang di atas kertas, hal lain yang mesti diperhatikan oleh pemain-pemain Indonesia adalah adaptasi terhadap turnamen internasional dengan baik.
Pemain-pemain Indonesia terakhir kali bertarung di turnamen badminton pada All England 2020 di bulan Maret. Setelah itu, atlet Indonesia tak lagi bertarung di turnamen internasional dan hanya menjalani turnamen internal di pelatnas Cipayung.
Andai adaptasi turnamen bisa dijalankan dengan baik, Indonesia punya peluang bagus untuk merebut setidaknya dua gelar di turnamen Yonex Thailand Open.