Presiden La Liga, Javier Tebas, menganggap gaji besar Lionel Messi yang ditampilkan sebuah media di Spanyol tidak bisa disalahkan atas masalah keuangan yang melanda Barcelona.
Menurut Tebas masalah finansial yang kini membelit Barcelona adalah dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda Spanyol dan dunia.
Lihat juga:Messi 3 Kali Ingin Tinggalkan Barcelona |
"Situasi keuangan FC Barcelona yang berada dalam situasi sulit (seperti dengan klub-klub besar lainnya) bukan merupakan kesalahan Messi, melainkan dampak Covid."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanpa pandemi, pendapatan yang dihasilkan oleh pemain terbaik dalam sejarah mengimbangi biaya itu. Ada media yang tidak adil dalam memberitakan isu ini," tulis Tebas melalui akun Twitternya, @Tebasjavier.
Kasus pembocoran kontrak Messi yang mengungkap jumlah gaji La Pulga sejak menandatangani kontrak pada 2017 diawali laporan surat kabar El Mundo.
Dalam edisi Minggu (31/1), El Mundo menyebar luaskan informasi rahasia mengenai kontrak Messi selama empat musim.
Sejak 2017 hingga akhir musim 2020/2021, Messi disebut mendapat 555 juta euro atau mencapai Rp9,481 triliun.
Dalam kontrak yang ditandatangani pada November 2017, Messi juga mendapatkan bonus tanda tangan kontrak baru sebesar €115.200.000. Selain itu La Pulga mendapatkan bonus loyalitas sebesar €77.929.955.
Messi mendapatkan bayaran €138 juta atau setara Rp2,360 triliun per tahun dari Barcelona sejak 2017. Total 92 persen dari bayaran €555.237.619 sudah didapat Messi dan akan mencapai 100 persen pada 30 Juni mendatang.
Pemilik nomor 10 di Barcelona itu disebut tengah berupaya membawa kasus pembocoran informasi tersebut ke meja hijau.
Sementara Barcelona yang menolak bertanggung jawab atas kebocoran informasi tersebut juga mendukung langkah Messi di jalur hukum.
Pelatih Barcelona, Ronald Koeman, juga menyatakan kegeraman atas kasus terkini di tubuh tim dan berharap pembocor jumlah gaji Messi mendapat hukuman.
(nva)