WAWANCARA EKSKLUSIF

Muly Munial: Tentang Mino Raiola dan Jemput Bola Demi Pemain

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Feb 2021 12:46 WIB
Muly Munial berbicara mengenai seluk beluk menjadi agen pemain sepak bola, kerja sama dengan Bambang Pamungkas, juga uang di balik lapangan hijau.
Muly Munial pernah ikut membawa Evan Dimas bermain di Malaysia. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Agen-agen internasional seperti Jorge Mendes dan Mino Raiola sering diberitakan mendapat banyak uang dari transfer pemain, apakah Muly juga merasakan hal itu?

Alhamdulillah tentu ada. Tapi saya, kadang saya gunakan juga cross subsidi untuk mendukung pemain lain. Tugas saya sebagai agen bukan hanya mendapatkan deal mereka, tapi juga membantu kesiapan mereka atlet muda.

Seperti saat pandemi seperti ini, saya mengatur latihan mereka. Sebagian saya atur workout mereka, kebutuhan sepatu, vitamin dan suplemen juga harus didukung. Jadi alhamdulillah ada atlet yang saya dapatkan lumayan, tapi sebenarnya ada juga atlet muda yang uang masih belum jadi prioritas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian dari mereka juga rela pergi ke luar negeri walaupun berkorban tanpa gaji atau gaji berkurang, tapi mendapatkan pengalaman yang bagus di luar negeri.

Di tengah pandemi seperti ini, efek apa yang paling dirasakan perusahaan agensi seperti MSG?

Di tengah pandemi memang terasa. Dalam arti pemain banyak yang gajinya dipotong karena liga tidak jalan, tentu ada pengurangan pemasukan. Tugas saya juga untuk memberikan motivasi mereka supaya tetap semangat.

Tapi ada beberapa waktu yang saya sediakan untuk mereka training menjaga kondisi mereka. Saya juga mencari alternatif-alternatif bila memang liga tidak lanjut, mencari solusi mereka untuk main di luar Indonesia.

Peran seorang agen terhadap pemain di tengah pandemi seperti apa?

Saya rasa sangat penting. Pasti juga beberapa atlet juga memang pendapatan rendah belum tinggi. Mereka masih mengalami kesusahan, itu juga yang harus didukung agen untuk bagaimana mencari solusi.

Apakah mencari alternatif kerjaan, alternatif tambahan kerjaan untuk mereka atau side income. Tapi yang paling utama adalah dalam situasi pandemi ini dukungan secara moral dan membantu mereka untuk tetap menjaga kondisi karena tidak bermain 2 bulan, 3 bulan atau 5 bulan akan sangat berpengaruh kepada kondisi mereka.

Indonesia's midfielder Andik Vermansah (R) fights for the ball with Thailand's midfielder Sanrawat Dechmitr during the AFF Suzuki Cup 2018 football match between Indonesia and Thailand at the Rajamangala National Stadium in Bangkok on November 17, 2018. (Photo by Chalinee THIRASUPA / AFP)Andik Vermansah yang menjadi klien Muly pernah lama berkarier di Malaysia. (Photo by Chalinee THIRASUPA / AFP)

Kalau nanti suatu saat liga mulai atau kalau mereka mau main di luar negeri, kondisinya akan sangat berat. Di sana latihan keras dan pertandingan rutin, jadi mereka harus cepat beradaptasi dengan situasi itu kalau mau ke luar negeri.

Seperti apa melihat fenomena banyak pemain Indonesia, terutama pemain muda, yang meninggalkan Indonesia? Apakah Muly juga mendorong pemain meninggalkan Indonesia di tengah kondisi Liga 1 yang tidak jelas?

Dari dulu niat saya membawa pemain berkarier di luar negeri. Karena saya percaya anak-anak ini bisa berkembang mereka harus berani main di luar negeri dan dengan lingkungan yang kompetitif dan lebih bagus sebab mereka akan ikut juga.

Ini sudah saya jalankan sejak 10 tahun lalu di mana saya bawa Andik ke Amerika, Jepang. Saya bawa Ryuji Utomo dan Adam Alis ke Bahrain. Kalau bisa anak-anak kita sebanyak-banyaknya bisa main di luar.

GIF Banner Promo Testimoni

Saya percaya ketika mereka main di luar mereka bisa membela timnas. Tujuannya adalah membuat timnas lebih kuat dengan pemain yang banyak pengalaman di luar negeri. Tapi memang masalahnya harus diakui, kita sadar diri, tidak semua anak kita dikejar untuk di level ASEAN saja.

Thailand mungkin hanya mengincar 1-2 anak saja. Apalagi di luar ASEAN, hanya beberapa orang mungkin, atau satu nama saja. Kita beruntung bisa yakinkan mereka buat main di Korea atau Jepang. Selebihnya mereka belum yakin dengan kemampuan anak-anak kita.

Jadi saya siap juga mengirim anak-anak walaupun untuk seleksi dan trial. Karena kalau kita tidak menerima tawaran kita tidak bisa bergerak. Kita harus jemput bola dan anak-anak ini harus berani keluar dengan sistem trial. Mau tidak mau. Kita harus akui tidak tiap hari anak kita direbut tim luar, banyak saingan yang lebih bagus lagi.

Anak-anak terutama di era milenial ini juga lebih berani dengan sosial media, internet sekarang lebih terbuka dengan dunia internasional mereka lebih mengerti dan paham. Mental lebih berani dan bersedia ke luar.

Banyak dari mereka yang berani keluar walaupun akhirnya dapat gaji minimum padahal di Indonesia bisa dapat gaji lebih besar, tapi mereka berani keluar karena mereka tahu main di luar Insya Allah bisa jadi pemain yang kompetitif. Insya Allah suatu saat soal harga soal gaji kalau mereka pemain bagus bisa naik

Itu saya dari dulu, apalagi dengan kondisi seperti ini, makin banyak anak-anak yang semangat mau keluar karena kondisi liga di lokal sendiri belum jelas.

(ttf/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER