Pelatih Chelsea Thomas Tuchel mengungkit dosa Manchester United jelang pertandingan kedua tim di Stadion Stamford Bridge, Minggu (28/2), dalam lanjutan Liga Inggris.
Tuchel mengakuui, Man United pernah menempatkannya dalam posisi terburuk dalam karier kepelatihan. Insiden itu terjadi setelah Paris Saint-Germain disingkirkan Manchester United di babak 16 besar Liga Champions 2018/2019.
Lihat juga:Man City Diimbangi West Ham di Babak Pertama |
"Saya tidak pernah mengalami hal seperti ini lagi atau sebelumnya," ujar Tuchel dikutip dari Mirror.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bisa sangat jujur setelah pertandingan itu, saya dua hari berada di tempat yang sangat gelap dan saya dapat memberitahu Anda, bahwa saya tidak dapat berbicara dengan siapa pun dan memikirkan hal lain selain kekalahan ini," ucap Tuchel menambahkan.
Pengalaman buruk Tuchel itu didapat ketika PSG menang 2-0 atas MU di Old Trafford pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2018/2019.
Pada leg kedua, PSG sangat diunggulkan bisa menyingkirkan Man Utd dengan mudah dan bisa kembali menang di kandang sendiri.
Akan tetapi, MU yang ketika itu dilatih Ole Gunnar Solskjaer membuat keajaiban. The Red Devils membalikkan prediksi dengan menang 3-1 di Paris lewat gol pemungkas Marcus Rashford dari titik penalti di menit ke-90+4.
Gol dramatis itu membuat PSG yang juga difavoritkan juara Liga Champions tersingkir secara mengejutkan oleh MU yang terseok-seok di kompetisi domestik.
"Situasinya ketika itu, bagaimana kami tiba di sana, tekanan di sekitar klub terkait babak 16 besar, sejarah sebelumnya dan hasil pertandingan pertama serta cara leg kedua berjalan dengan keputusan VAR pada menit akhir pertandingan," tutur Tuchel.
"Setelah itu, momen tersebut bisa mengajarkan Anda, bahwa Anda harus berdiri dan menerima, kekalahan terkadang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang, dan mengajukan pertanyaan yang menentukan kepada diri Anda sendiri," ucap pelatih asal Jerman itu melanjutkan.
Tuchel tidak membantah, kekalahan dua musim silam itu sungguh menyakitkan. Meski demikian, dia seperti mendapatkan kado menarik ketika Les Parisiens mencapai final Liga Champions musim lalu.
"Itu bisa menyakitkan, dan hadiahnya satu tahun kemudian. Itu adalah hadiah yang hampir sempurna ketika kami tiba di final dan kami menempuh perjalanan panjang untuk itu. Itu melalui kesulitan dan sering dikatakan bahwa itu membuat Anda lebih kuat," kata Tuchel.
(sry)