Setelah Kualifikasi Piala Dunia, tim dibubarkan dan dibentuklah PSSI Rajawali. Bersama PSSI Rajawali saya tampil di Piala Kemerdekaan. Setelah itu, saya istirahat karena terkena sakit kuning. Selama 6 bulan saya tidak boleh main bola. Semasa istirahat itu saya menikah dengan istri saya, Hadiah Aryanti.
Saya kembali masuk Timnas pada 1987 untuk persiapan Asian Games. Lama tidak main, sentuhan dan feeling ball saya hilang. Saya berusaha mulai konsentrasi lagi saat TC di Brasil, meski itu sulit karena kepercayaan diri berkurang.
Selain sepak bola saya juga sempat menjadi karyawan Astek (Asuransi Ketenagakerjaan/Jamsostek), tapi tidak lama. Karena waktu ada tawaran dari Pelita, saya keluar dari Astek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya di Pelita dari tahun 1988 sampai 1990 dan meraih juara tiga kali pada 1988, 1989, dan 1990. Kemudian saya main di Bandung Raya, Persikabo, dan Persikota hingga saya memutuskan pensiun pada usia 40 tahun.
Timnas Pakai Dukun
Ada satu cerita lucu dalam karier saya. Kejadiannya waktu melawan Korea Selatan di GBK pada Kualifikasi Piala Dunia 1986. Saat itu Ketua Umum PSSI (almarhum) Pak Kardono bawa orang pinter alias dukun dari daerah Kulon sana untuk memberikan jimat kepada pemain.
Saya awalnya terheran-heran, kok seorang Kardono yang merupakan Marsekal Madya masih percaya sama hal seperti itu.
Saat itu hanya beberapa pemain yang dipilih untuk pakai jimat. Pertama kami dimandikan air kembang tengah malam pada H-1 sebelum pertandingan.
Lalu, di nomor punggung dan di logo Garuda kami dimasukkan beras merah dan logam.
Dukun itu kemudian berkata 'Indonesia akan menang 3-1'. Tapi, nyatanya saat pertandingan kami kalah 1-4 dan dukun itu pun tak terlihat lagi di tribune penonton.
Soal sering kunyah permen karet waktu main, tapi itu bukan ritual. Tapi sudah kebiasaan saya supaya konsentrasi saya bertambah dan supaya mulut enggak kering.
Dalam situasi pertandingan dengan tensi tinggi, saya harus kunyah permen karet supaya selalu konsentrasi dan fokus. Selain itu sebelum bertanding saya juga tidak mau berpikir yang berat-berat supaya rileks. Saya juga biasanya mendengarkan musik atau tarik napas dua-tiga kali lalu dihembuskan dengan keras.
Suka Duka Sepak Bola
Setelah pensiun saya melanjutkan karier sebagai pelatih kiper Persikota, Persija, Persebaya, Persidafon, Persema, Persis Solo, PBR, PSM, PS Polri, Madura FC, PSCS, timnas U-19, dan kini menjadi pelatih kiper PS Tira Persikabo.
![]() |
Bicara duka di sepak bola, adalah ketika Indonesia dihukum FIFA 2015 dan sepak bola terhenti karena pandemi Covid-19. Itu yang paling saya sedihkan.
Kalau sukanya, saya sudah memberikan yang terbaik untuk timnas Indonesia. Karena itu, saya berharap pemerintah bisa peduli kepada mantan-mantan atlet seperti saya yang telah berjuang untuk Indonesia. Tidak melulu memberi materi, tapi cukup undang kami sebagai bentuk penghargaan dan perhatian.
Saya juga berharap sepak bola Indonesia lebih baik dan tidak ada lagi pesepakbola yang tertunggak gajinya.
Sedangkan melihat perkembangan kiper di Indonesia sudah cukup bagus, meski harus diperkuat lagi teknik dasarnya. Saya dapat informasi kalau pelatih timnas Indonesia Shin Tae Yong masih harus memperkuat teknik dasar kiper kita. Berarti ada yang salah dalam pola pembinaan kita.