Olimpiade Tokyo 2020 ini adalah Olimpiade terberat untuk Tim Bulutangkis Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaan di ajang tersebut.
Sejak bulutangkis jadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade pada 1992, Indonesia selalu menaruh harapan pada bulutangkis sebagai tambang medali emas.
Berkat bulutangkis, Indonesia akhirnya bisa memiliki emas Olimpiade yang sebelumnya hanya sekadar mimpi yang masih terlalu tinggi untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Status sebagai tambang emas masih belum tergoyahkan hingga saat ini. Bulutangkis masih jadi satu-satunya cabang olahraga yang bisa memberikan medali emas hingga Olimpiade 2016.
Sebelum pandemi covid-19 melanda, Indonesia seperti berada dalam posisi yang terbilang baik untuk bertarung di Olimpiade.
Pada nomor ganda putra, Indonesia memiliki Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang jadi pasangan pebulutangkis nomor satu dan dua dunia.
![]() |
Di nomor tunggal putra, Indonesia bisa berharap pada Jonatan Christie dan Anthony Ginting yang bisa tampil bagus di multi event sebelumnya, Asian Games 2018.
Meski belum masuk kategori unggulan papan atas, Ginting dan Jonatan punya kemampuan untuk mengejutkan dan menang dari pebulutangkis yang lebih diunggulkan macam Kento Momota atau Viktor Axelsen.
Di nomor ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva baru saja memenangkan All England 2019. Sedangkan di nomor ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu bisa diharapkan ikut terlibat dalam pertarungan perburuan medali.
Namun seiring pandemi covid-19 melanda, semua hal-hal positif yang jadi keuntungan Indonesia buyar.
Seri-seri turnamen BWF berguguran dan nihil turnamen di sisa tahun 2020. Sempat menggelar tiga turnamen di Thailand disusul Swiss dan All England, seri turnamen level atas BWF kembali mengalami penundaan.
Ditambah kasus kontak erat di All England yang membuat Indonesia tak bisa bertanding, otomatis turnamen terakhir untuk wakil-wakil Indonesia di Olimpiade adalah rangkaian turnamen di Thailand.
Bahkan untuk Kevin/Marcus, rentang turnamen makin jauh. Di luar fakta mereka sempat sekali main di All England 2021, turnamen terakhir yang mereka ikuti adalah All England 2020 karena mereka absen di tiga seri turnamen di Thailand.
Dalam situasi normal, kekuatan di atas kertas bisa jadi gambaran situasi yang mungkin terjadi di Olimpiade nanti.
Namun di tengah situasi pandemi, situasi kekuatan di atas kertas menjadi jauh tak bisa diprediksi. Tanpa turnamen rutin jelang Olimpiade, kekuatan tiap pebulutangkis menjadi sulit terdeteksi.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya...