Ganda putri China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, tak bisa berkutik meski sudah mengeluarkan teriakan keberuntungan saat jumpa Greysia Polii/Apriyani Rahayu dalam laga final Olimpiade Tokyo 2020.
Chen/Jia selalu tampil berapi-api. Keduanya berkomunikasi dengan suara yang lantang dan keras saat pertandingan. Terkadang keduanya berteriak histeris. Bisa jadi teriakan tersebut menjadi salah satu cara untuk perang psikologis sehingga lawan merasa tertekan atau terpancing secara emosi.
"Itulah cara kami [berkomunikasi dengan lantang di lapangan]. Dan begitulah cara kami mendapatkan kepercayaan diri dan memberi kami keberuntungan," kata Jia seusai pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun senjata non-teknis itu tak berarti bagi Greysia/Apriyani. Pasangan nomor enam dunia ini punya komunikasi yang tak kalah bagus. Saat kehilangan poin, keduanya pun tampak tetap bisa melepas senyuman.
Suara Apriyani malah kadang terdengar lebih lantang. Saat lawan akan melakukan smash atau dropshot. Kata-kata 'out out out' ia lantangkan, dan begitu poin tercipta ia mengucap 'terima kasih kakak' diiringi senyuman.
Ini bagai serangan balik dari Greysia/Apriyani kepada Chen/Jia. Pada gim kedua pertandingan contohnya, Jia tak bisa menepis mimik kesal terhadap aksi Apriyani yang tersenyum bahagia sambil berteriak kencang.
Usai kekalahan di final Olimpiade Tokyo 2020, Chen/Jia pun mengalihkan fokus ke Olimpiade Paris 2024. Walau tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dalam perjalanan menuju ke arah ke sana, Jia akan berusaha keras terus menjadi yang terbaik.
Jam terbang diakui sebagai salah satu penyebab kegagalan andalan utama China di sektor ganda putri Olimpiade Tokyo 2020.
"Saya akui ini pertama kalinya kami pergi ke Olimpiade, jadi kami sedikit gugup. Kami akui kami tidak sebaik mereka [Greysia/Apriyani] jadi kami perlu belajar dari mereka. Lawan kami lebih banyak pengalaman," ucap Jia menjelaskan.
(abd/nva)