Yoppy mengaku kaget, tiba-tiba Qadafi muncul menjadi perbincangan hangat belakangan. Khususnya ketika ia berhasil membawa anak asuhnya, Kevin Cordon melaju ke semifinal tunggal putra di Olimpiade Tokyo 2020.
Cordon lolos ke semifinal dengan mengalahkan pemain-pemain asal Asia seperti Angus Ng Ka Long dan Heo Kwang Hee. Di semifinal, Cordon gagal menanggulangi perlawanan Viktor Axelsen.
Sayang upaya Cordon merebut medali perunggu dikandaskan oleh tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting di Musashino Sports Plaza, Senin (2/8). Cordon kalah lewat dua gim 11-21, 13-21 dari Ginting.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kaget, tiba-tiba dia muncul bawa atlet Guatemala sukses ke Olimpiade. Tapi ini sudah 20 tahun Qadafi berkarier di sana [Amerika Tengah], jadi bukan waktu yang sebentar untuk dia bisa mencapai sukses. Luar biasa."
"Dia bisa dipercaya asosiasi bulutangkis di sana dan mengembangkan bulutangkis di sana, di mana bulutangkis bukan jadi olahraga yang populer," jelas Yoppy.
Menurut Yoppy, Qadafi hanya satu dari sekian banyak orang pelatih bulutangkis Indonesia yang tersebar di seluruh dunia. Ia mengakui mayoritas memang berasal dari alumni PB Djarum, meski ada beberapa juga yang berasal dari klub lain.
"Ada Teddy Supriadi jadi pelatih di Kanada, yang di Jerman ada, di Italia juga ada cuma belum kelihatan hasilnya. Banyak yang alumni PB Djarum."
"Kami semua masih kontak, karena kalau mau melatih di sana kan mereka butuh surat rekomendasi dan minta sama kami. Kalau mereka pulang masih main bareng. Sama Qadafi saya kontak terakhir sebelum pandemi, dia pulang ke Indonesia mampir ke Solo, main bareng," tutup Yoppy.
(ttf/nva)