Orang-orang yang terbang ke China dari luar negeri harus dikarantina antara dua hingga tiga minggu di sebuah hotel, dan tidak jelas apakah ribuan atlet, ofisial tim, media, dan lainnya yang datang ke Olimpiade nanti harus melakukan hal yang sama.
Bo Li, asisten profesor manajemen olahraga di Universitas Miami di Ohio, mengatakan penyelenggara Beijing 2022 harus mengambil contoh dari Tokyo dalam menangani ancaman virus.
Seperti diketahui ada kekhawatiran akan adanya infeksi massal di antara peserta di Olimpiade Tokyo 2020, tetapi sejauh ini hal terburuk itu tidak terwujud.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan penyelenggara lokal bersikeras untuk menguji semua orang yang terlibat sebelum dan secara teratur selama Olimpiade, dan menjauhkan atlet dari publik.
Penonton juga telah dilarang masuk dalam sebagian besar pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020, tidak jelas apakah Beijing 2022 akan mengikutinya.
"Secara keseluruhan strategi yang telah digunakan oleh Tokyo cukup berhasil dan saya pikir Beijing akan menduplikasi sesuatu yang sangat mirip," kata Bo Li dikutip dari AFP.
"Saya tidak berpikir realistis untuk mengharapkan para atlet tiba di Beijing (setidaknya) dua minggu sebelumnya dan dikarantina. Dari sudut pandang keuangan, siapa yang akan membayar biaya [karantina]? Panitia penyelenggara? IOC? Persiapan para atlet akan sangat terpengaruh, itu tidak dapat diterima oleh sebagian besar dari mereka."