Taliban Berkuasa, Afghanistan Absen di Paralimpiade Tokyo
Afghanistan dikonfirmasi tidak akan berpartisipasi dalam Paralimpiade Tokyo 2020 karena terjebak situasi perang, setelah Taliban menguasai sistem pemerintahan.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Craig Spence, Senin (16/8). Spence mengatakan situasi politik di Afghanistan membuat dua atlet yang dijadwalkan tampil di Paralimpiade terpaksa absen.
Dua atlet Paralimpiade Afghanistan itu adalah Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli. Keduanya merupakan atlet taekwondo. Zakia adalah atlet putri berusia 23 tahun, sedangkan Hossain adalah atlet putra berusia 24 tahun.
"Sayangnya NPC (Komite Paralimpik Nasional) Afghanistan tidak akan lagi berpartisipasi dalam Paralimpiade Tokyo 2020,"kata Spence kepada AFP, sebagaimana dilansir dari Japan Times pada Senin (16/8) malam.
"Karena situasi serius yang sedang berlangsung di negara ini [Afghanistan], semua bandara ditutup dan tidak ada cara bagi mereka untuk melakukan perjalanan ke Tokyo," ucap Spence menerangkan situasi di Negeri 1001 Malam tersebut.
Namun, hingga kini belum ada kabar pasti dari pihak Afghanistan soal Paralimpiade ini. Pihak IPC pun diminta untuk memperjuangkan dua atlet tersebut agar bisa keluar dari negaranya dan berpartisipasi di Paralimpiade Tokyo.
"Kami hanya berharap tim dan ofisial [Paralimpiade Afghanistan] tetap aman dan sehat selama masa sulit ini," kata Spence.
Chef de Mission (CdM) Afghanistan, Arian Sadiqi, hingga kini belum diketahui kabarnya. Arian terakhir kali melakukan aktivitas media sosial pada 12 Agustus, yang mengatakan akan berjuang untuk mengirim dua atlet Paralimpiade Afghanistan.
Artinya Afghanistan untuk pertama kalinya absen di Paralimpiade setelah konsisten mengirim atlet sejak Paralimpiade 2004. Sejatinya negeri yang berada di Asia Selatan dan Asia Tengah ini telah tampil sejak Paralimpiade 1996.
Namun pada Paralimpiade Sydney 2000 absen karena disanksi Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 1999. Saat itu Afghanistan yang dikuasai Taliban dianggap melakukan diskriminasi kepada perempuan dalam bentuk larangan olahraga.
Pada Paralimpiade Athena 2004 mengirim dua atlet, Paralimpiade Beijing 2008 satu atlet, Paralimpiade London 2012 satu atlet, dan Paralimpiade Rio 2016 juga satu atlet.
(abd/jal)