Mantan pemain Timnas Indonesia yang pernah tampil di luar negeri, Elie Aiboy, juga mendukung Egy Maulana Vikri bertahan di Eropa. Bagi Elie kompetisi Eropa punya kelas berbeda dibanding liga di Asia, meski untuk negara kelas kedua seperti Slovakia.
Saat ini, kata Elie, Egy harus berjuang keras mendapat debut dalam kompetisi. Saat debut itu datang, sihir permainannya seperti saat membela Timnas Indonesia, harus dieksploitasi habis-habisan. Gol bukan ukuran, tapi efektivitasnya.
"Bagi saya, mau berapa menit bermain, apalagi itu di Eropa, kelasnya berbeda. Mau injury time masuk, kalau dia performa baik dan memberikan yang terbaik untuk tim, itu akan jadi penilaian tersendiri. Yang penting bisa manfaatkan waktu," kata Elie.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya yang penting ada peluang main lebih dulu. Yang pertama, saat latihan tunjukkan performa yang baik. Dari situ nanti pelatih akan melihat, sebab latihan mencerminkan performa dalam pertandingan sesungguhnya," ujarnya menambahkan.
Soal durasi kontrak singkat enam bulan plus perpanjangan 1,5 tahun jika dapat menit main cukup, sebagaimana diminta Egy, sebaliknya malah jadi tolok ukur. Dari durasi pendek ini Egy harus memacu diri membuktikan kapasitas.
Tuntutan jaminan main dalam durasi tertentu di dalam klausul kontrak niscaya tak akan bisa dipenuhi jika pelatih menilai Egy tak memenuhi ekspektasi. Dalam hal ini dorongan dalam diri sendiri menjadi kunci.
"Durasi kontrak yang pendek malah jadi kesempatan untuk memacu diri. Tunjukkan mampu bersaing di Eropa. Bagi saya, tidak peduli di Eropa atau Asia, kalau dapat kesempatan main harus tunjukkan pantas," ucap mantan pemain Selangor FC ini.
Tak hanya untuk Egy Maulana, hal sama berlaku bagi Witan Sulaeman resmi dikontrak Lechia Gdansk, Asnawi Mangkualam bahar di Korea Selatan, Yanto Basna di Thailand, juga Saddil Ramdani dan Ryuji Utomo Prabowo di Malaysia.
Pemain-pemain muda ini, selain mengaktualisasikan diri secara personal, juga menjadi representasi bangsa Indonesia. Jika mereka tampil impresif dan membuat prestasi, generasi muda Indonesia lainnya sedikit banyak akan dilirik.
Hal ini relatif seperti pemain-pemain Jepang dan Korea Selatan yang masif merambah Eropa pada dekade terakhir abad ke-20. Dari awalnya satu-dua pemain, makin banyak klub Eropa berminat karena pemain yang datang merepresentasikan kualitas.
Lihat Juga : |
Elie mengingatkan pemain-pemain muda Indonesia yang ingin berkarier di luar negeri tak banyak memikirkan gaji. Yang utama saat merantau adalah membuktikan kualitas. Jika prestasi hadir, bayaran otomatis akan meningkat dengan sendirinya.
"Kita jangan sampai diganggu finansial [harga kontrak yang besar]. Pertama kualitas. Kalau itu muncul, harga akan datang. Otomatis klub akan menghargai kita, akan membayar kita dengan nilai yang tinggi," ujar Elie berpesan.
Kembali ke Egy Maulana Vikri yang ditulis media-media Slovakia dengan sebutan Messi Indonesia, semoga tak jadi ilusi. Egy bukan Messi dan sebaliknya, tetapi Egy juga punya bakat besar sehingga jutaan masyarakat Indonesia menitip harapan padanya.
(har)