Liverpool era Jurgen Klopp adalah tim yang agresif dalam menyerang maupun bertahan. Garis pertahanan tinggi sudah jadi senjata utama untuk mematikan lawan-lawan mereka.
Sadio Mane, Diogo Jota, dan Mohamed Salah rajin mengganggu lawan yang sedang memegang bola di daerahnya sendiri. Namun, pertahanan The Reds bukan tanpa celah. Pekan lalu tim promosi Brentford membuka wawasan banyak orang tentang cara membongkar pertahanan Liverpool.
Brentford bahkan sempat unggul lebih dulu meski akhirnya harus puas bermain imbang dengan skor 3-3. Hasil imbang tersebut membuktikan Liverpool sedang bermasalah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trio lini tengah Liverpool; Jordan Henderson, Fabinho, Curtis Jones harus tampil prima di sepanjang laga untuk merusak dominasi Kevin De Bruyne dkk. Jika tidak, maka City bakal leluasa menguasai lini tengah.
Namun, perlu diingat kesuksesan Klopp bersama Liverpool adalah lewat permainan gegenpressing. Hasilnya, The Reds sukses memboyong trofi Liga Champions dan Liga Inggris.
Klopp adalah master gegenpressing. Taktik jitunya itu pernah membuat tim raksasa Bayern Munchen kelabakan meladeni Borussia Dortmund.
Strategi itu adalah obat jitu untuk meladeni tim bertabur bintang yang mengandalkan ball possession. Klopp memaksa 2-3 pemainnya untuk menutup pergerakan dan jalur operan satu pemain lawan yang sedang menguasai bola yang berada pada wilayah pertahanannya sendiri.
Jika gegenpressing Klopp bisa berjalan dengan baik, maka peluang untuk menaklukkan City terbuka lebar.
Namun, Pep Guardiola juga tahu betul karakter Liverpool di bawah kendali Klopp. Man City kemungkinan besar bakal menerapkan strategi tak jauh berbeda, yakni menerapkan garis pertahanan tinggi untuk meladeni gegenpressing Liverpool.
Maka, pemenang duel ini adalah tim yang paling prima bergerak sepanjang laga. Tak ada waktu untuk menunggu serangan lawan. Sebaliknya, bertahan sejak dini juga diwajibkan.
(har)