Pengamat sepak bola Indonesia lainnya, Mohamad Kusnaeni, menyebut ada empat pekerjaan rumah yang harus dilakukan Shin untuk pertandingan leg kedua pada Senin (11/10).
"Pertama penyelesaian akhir. Saya menghitung sebenarnya kita punya lebih dari 10 peluang. Egy mungkin ada empat sampai lima. Sayangnya hanya dua yang jadi gol," kata Kusnaeni.
"Kombinasi serangan sudah bagus karena beknya tingi-tinggi, tek tok satu dua, berani menerobos, nah sepak bola Indonesia itu begitu. Dan itu sudah dijalankan dengan baik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua adalah mengatasi persoalan konsentrasi. Sebab pemain Timnas Indonesia tampil grogi pada lima hingga 10 menit pertama, dan kehilangan fokus pada menit-menit akhir pertandingan.
Itu mengapa Taiwan bisa mencetak satu gol saat injury time. Berkat satu gol ini Taiwan hanya butuh unggul 1-0 untuk bisa meraih tiket ke Kualifikasi Piala Asia 2023.
"Ini persoalan klasik sepak bola Indonesia yang sepertinya harus diperbaiki oleh Shin Tae Yong. Dua hal itu peer yang harus dibenahi sebelum pertandingan kedua," ujarnya.
Ketiga, Shin harus menyiapkan rencana kedua untuk laga leg kedua. Salah satunya susunan pemain. Karena waktu pemulihan kondisi relatif singkat, rotasi bisa menjadi senjata jitu.
Khususnya pemain yang cedera, jangan sampai dipaksa bermain. Sementara Adam Alis, Dedik Setiawan, Witan Sulaeman, Nadeo Argawinata, hingga Ryuji Utomo Prabowo, dinilai layak dapat kesempatan main.
Keempat formula antisipasi bola mati harus disiapkan. Situasi sepak pojok atau tendangan bebas tak bisa dianggap sebagai hal sepele. Indonesia lemah dalam urusan ini.
"Menghadapi situasi bola mati itu konsentrasi nomor satu. Penjagaannya harus diatur orang per orang. Kalau di Eropa itu striker yang jaga bek lawan, bek jaga striker lawan," kata Kusnaeni.
"Kalau di kita kan strikernya pendek, kalau jaga bek yang jangkung ya susah. Karenanya diatur dari awal. Siapa mengawal siapa harus jelas, detail. Itu harus sistemik semua," ucapnya memberi solusi.
Terlepas dari itu ada hal menarik yang dilakukan Shin dalam pertandingan melawan Taiwan. Katalisator tim yang biasanya diemban gelandang, kini diberikan ke dua bek sayap.
"Yang menarik itu, Shin menempatkan Asnawi dan Pratama sebagai full back pengatur serangan saat pegang bola. Ini sesuatu yang unik. Sebelumnya hampir tidak pernah dilakukan," ujarnya.