Jakarta, CNN Indonesia --
Pengamat sepak bola nasional, Mohammad Yusuf Kurniawan, menilai Shin Tae Yong bisa membangkitkan karakter asli Timnas Indonesia saat lawan Taiwan.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Chang Arena, Buriram, Thailand pada Kamis (7/10) malam tersebut Timnas Indonesia menang 2-1. Gol Indonesia dicetak Ramai Rumakiek (18') dan Evan Dimas (50').
Tak seperti lima pertandingan sebelumnya, dua uji coba dan tiga laga Kualifikasi Piala Dunia 2022, kali ini Garuda Merah Putih, tampil dengan mengandalkan bola-bola pendek dari kaki ke kaki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mainnya oke, sudah ada variasi, taktiknya juga lebih baik. Sebelumnya Shin selalu pake 4-4-2, kini 4-3-3. Depannya di kiri Ramai Rumakiek, tengahnya Kushedya, dan kanan Irfan Jaya," kata Yusuf.
"Shin Tae Yong sudah mulai berani memainkan cara kita, cara Indonesia main: dari kaki ke kaki, aliran bola cepat, mengandalkan sayap, tusukan-tusukan dari lini kedua lebih hidup," ujarnya.
Shin juga dinilai mulai realistis dan paham karakter pemain Indonesia. Reposisi pemain untuk mencari striker, seperti dilakukan terhadap Irfan Jauhari dan Braif Fatari, tak lagi dilakukan.
"Ini tim Shin Tae Yong yang berbeda, yang menurut saya lebih bagus secara organisasi main, pressing di depan. Itulah yang sebetulnya kita inginkan, bukan seperti sebelumnya yang selalu direct, vertical, cari striker," katanya.
"Sekarang Shin lebih realistis melihat potensi yang dimiliki pemain-pemain kita. Itu yang pertama. Yang kedua dari sisi mentalitas anak-anak bagus: mau kerja, bertarung, spartan," ucap lelaki yang biasa disapa Yuke ini menambahkan.
Meski dianggap tampil jauh lebih baik, Yusuf tetap menilai ada celah yang harus ditambal. Jika tidak segera diperbaiki ini bisa menjadi titik lemah yang akan dieksplorasi lawan.
"Yang kurang kita banyak membuat peluang tetapi gol cuma dua. Berarti soal finishing kurang. Egy contohnya punya banyak peluang," ujar Yusuf kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (8/10).
"Kedua, masalahnya dalam antisipasi bola mati. Kita belum punya formula mengurangi kesalahan set piece. Set piece Taiwan itu terencana banget. Kita lengah. Kita sering sekali dalam situasi begini," katanya.
Pengamat sepak bola Indonesia lainnya, Mohamad Kusnaeni, menyebut ada empat pekerjaan rumah yang harus dilakukan Shin untuk pertandingan leg kedua pada Senin (11/10).
"Pertama penyelesaian akhir. Saya menghitung sebenarnya kita punya lebih dari 10 peluang. Egy mungkin ada empat sampai lima. Sayangnya hanya dua yang jadi gol," kata Kusnaeni.
"Kombinasi serangan sudah bagus karena beknya tingi-tinggi, tek tok satu dua, berani menerobos, nah sepak bola Indonesia itu begitu. Dan itu sudah dijalankan dengan baik," ujarnya.
Kedua adalah mengatasi persoalan konsentrasi. Sebab pemain Timnas Indonesia tampil grogi pada lima hingga 10 menit pertama, dan kehilangan fokus pada menit-menit akhir pertandingan.
Itu mengapa Taiwan bisa mencetak satu gol saat injury time. Berkat satu gol ini Taiwan hanya butuh unggul 1-0 untuk bisa meraih tiket ke Kualifikasi Piala Asia 2023.
"Ini persoalan klasik sepak bola Indonesia yang sepertinya harus diperbaiki oleh Shin Tae Yong. Dua hal itu peer yang harus dibenahi sebelum pertandingan kedua," ujarnya.
Ketiga, Shin harus menyiapkan rencana kedua untuk laga leg kedua. Salah satunya susunan pemain. Karena waktu pemulihan kondisi relatif singkat, rotasi bisa menjadi senjata jitu.
Khususnya pemain yang cedera, jangan sampai dipaksa bermain. Sementara Adam Alis, Dedik Setiawan, Witan Sulaeman, Nadeo Argawinata, hingga Ryuji Utomo Prabowo, dinilai layak dapat kesempatan main.
Keempat formula antisipasi bola mati harus disiapkan. Situasi sepak pojok atau tendangan bebas tak bisa dianggap sebagai hal sepele. Indonesia lemah dalam urusan ini.
"Menghadapi situasi bola mati itu konsentrasi nomor satu. Penjagaannya harus diatur orang per orang. Kalau di Eropa itu striker yang jaga bek lawan, bek jaga striker lawan," kata Kusnaeni.
"Kalau di kita kan strikernya pendek, kalau jaga bek yang jangkung ya susah. Karenanya diatur dari awal. Siapa mengawal siapa harus jelas, detail. Itu harus sistemik semua," ucapnya memberi solusi.
[Gambas:Photo CNN]
Terlepas dari itu ada hal menarik yang dilakukan Shin dalam pertandingan melawan Taiwan. Katalisator tim yang biasanya diemban gelandang, kini diberikan ke dua bek sayap.
"Yang menarik itu, Shin menempatkan Asnawi dan Pratama sebagai full back pengatur serangan saat pegang bola. Ini sesuatu yang unik. Sebelumnya hampir tidak pernah dilakukan," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]