Jakarta, CNN Indonesia --
Nama Xavi Hernandez disebut sebagai calon kuat pelatih Barcelona menggantikan Ronald Koeman. Xavi berisiko besar menodai nama besar yang telah ia ukir di Barcelona.
Kehebatan Barcelona di akhir era 2000-an dan awal 2010-an tak lepas dari nama Xavi Hernandez. Sebagai jenderal permainan, Xavi benar-benar otak utama strategi tiki-taka Barcelona.
Xavi mampu menghadirkan umpan-umpan berbahaya dan tak terduga. Seringkali Xavi dengan tiba-tiba mengirim umpan terobosan ke kotak penalti, setelah sebelumnya hanya bermain umpan-umpan pendek bersama Sergio Busquets dan Andres Iniesta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehebatan Lionel Messi sebagai mesin gol yang ganas juga tak lepas dari kemampuan Xavi memberikan kenyamanan di lini depan. Bersama Xavi, Messi seolah memiliki taman bermain tempat ia bersenang-senang dengan terus-menerus mencetak gol ke gawang lawan.
Salah satu bukti arti krusial Xavi untuk Barcelona adalah Blaugrana tak lagi mampu merebut gelar Liga Champions setelah Xavi pensiun. Keputusan Xavi pergi di usia 35 membuat Barcelona mengalami kehilangan besar.
Barcelona masih bisa juara La Liga tetapi tak lagi berjaya di Eropa.
Bertahun-tahun berselang, Barcelona justru berada dalam situasi yang lebih buruk. Bukan hanya kesulitan berjaya di Eropa, Barcelona kini juga terpuruk di Liga Spanyol.
Barcelona jauh di luar zona Liga Champions dan duduk di peringkat sembilan. Barcelona sudah menelan tiga kekalahan padahal baru 10 laga berjalan.
Nasib tak jauh berbeda dialami Barcelona di Liga Champions. Barcelona sempat menelan kekalahan 0-3 dari Bayern Munchen dan Benfica sebelum akhirnya menuai satu kemenangan atas Dynamo Kiev di matchday ketiga.
Di tengah situasi krisis ini, nama Xavi kembali mencuat sebagai sosok penyelamat. Bukan sebagai jenderal di arena permainan, melainkan komandan di pinggir lapangan.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Sebagai pemain, Ronald Koeman adalah pahlawan Barcelona. Gelar perdana Liga Champions milik Blaugrana juga tak lepas dari jasa Koeman.
Gol tunggal Koeman membuat Barcelona mengalahkan Sampdoria di final Liga Champions 1992. Nama Koeman harum sebagai legenda.
Namun nama itu kemudian tercemar ketika Koeman datang sebagai pelatih Barcelona. Pertikaiannya dengan Luis Suarez hingga membuat Suarez hengkang jadi awal kecaman penggemar Barcelona pada Koeman dimulai.
Koeman mulai sempat mendapat kepercayaan ketika Barcelona menunjukkan performa meningkat di paruh kedua musim lalu plus meraih gelar juara Copa del Rey.
Namun kegagalan meraih gelar juara La Liga plus performa buruk di awal musim ini menenggelamkan nama Koeman.
Situasi yang nyaris serupa dialami oleh Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United. Pensiun sebagai pahlawan Man Utd dengan gol kemenangan di Liga Champions, Solskjaer kini justru lebih banyak dikecam oleh pendukung Man Utd karena tak juga mendatangkan gelar.
Bayangan nasib buruk Koeman dan Solskjaer bakal menghantui Xavi andai ia menerima tugas sebagai pelatih Barcelona. Reputasinya sebagai pemain legendaris bisa terkikis bila penampilannya sebagai pelatih tidak berbuah manis.
 Guardiola dan Zidane awalnya juga diragukan menjadi pelatih Barcelona dan Real Madrid. (AP/Peter Powell) |
Memang tidak semua legenda bernasib merana ketika alih profesi sebagai pelatih. Zinedine Zidane di Real Madrid dan Pep Guardiola di Barcelona adalah contoh sempurna.
Zidane dan Guardiola juga sama-sama diragukan ketika dipercaya menjabat sebagai pelatih utama. Mereka dianggap terlalu muda dan dinilai hanya bermodalkan nama besar sekaligus status legenda.
Nyatanya Guardiola dan Zidane bisa membuktikan bahwa mereka memang punya kejeniusan sebagai pelatih. Guardiola dan Zidane kini bahkan masuk dalam deretan pelatih terbaik di dunia.
Namun yang mesti diingat oleh Xavi, Barcelona yang bakal dia pegang berbeda jauh dengan Barcelona yang ada di hadapan Guardiola dan Real Madrid yang ada di hadapan Zidane dahulu kala.
Tugas Xavi bakal lebih berat lantaran skuad Barcelona saat ini berisi sejumlah pemain muda yang butuh banyak jam terbang dan sejumlah pemain yang seharusnya masuk dalam daftar dibuang.
Membangun Barcelona saat ini adalah proyek jangka panjang, bukan proyek singkat yang hasilnya bisa dipetik semusim ke depan. Terlebih, Barcelona terkendala krisis finansial dan sedang kesulitan keuangan.
Xavi berisiko mencoreng status legenda yang ada pada dirinya, namun bila ia berhasil mengangkat kembali Barcelona yang sedang hancur saat ini, itu adalah jalan pintas masuk dalam jajaran pelatih terbaik dunia.
[Gambas:Video CNN]