ANALISIS

Memeras Keringat yang Nyaris Tak Tersisa di Turnamen BWF

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 01 Nov 2021 17:25 WIB
Sejumlah pemain badminton dunia bekerja keras sejak akhir September hingga saat ini. Kelelahan dan potensi cedera membayangi mereka.
Pemain China memutuskan tak ikut French Open dan rangkaian turnamen di Bali. (REUTERS/HAMAD I MOHAMMED)

Saat pandemi melanda, badminton adalah salah satu olahraga yang kesulitan bergerak dan cepat memutar kembali roda kompetisi.

Dengan sistem turnamen dari negara ke negara, badminton kalah cepat dari MotoGP yang sudah memutar kompetisi sejak pertengahan 2020, alias hanya beberapa bulan setelah pandemi melanda.

Di awal 2021, BWF mulai menggelar rangkaian tiga turnamen di Thailand lewat sistem bubble meski rombongan pemain China dan Jepang tak ikut serta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu All England dan Swiss Open serta sejumlah turnamen di Eropa mulai bergulir sebelum akhirnya pembatalan turnamen di seri Asia kembali terjadi.

Selepas Olimpiade, BWF mengagendakan rangkaian turnamen dari Sudirman Cup, Thomas-Uber Cup, Denmark Open, French Open, dan Hylo Open dalam rangkaian satu kali jalan.

Salah satu alasan turnamen dalam jarak rapat itu adalah demi mempermudah urusan perizinan masuk tiap negara di tengah pandemi covid-19. Dengan para pemain sudah berada di Eropa, urusan izin masuk suatu negara bakal lebih mudah dibandingkan bila pemain tersebut berasal dari kawasan Asia.

Pemadatan jadwal turnamen di paruh akhir 2021 tentu juga konsekuensi dari minimnya turnamen di paruh awal 2021. BWF tentu ingin roda kompetisi berputar secara normal karena hal tersebut juga berhubungan dengan pemasukan dari sponsorship.

Pada akhirnya, jadwal berat BWF ibarat buah simalakama.

Dengan ikut turnamen beruntun, para pemain mulai menabung poin demi bisa lolos ke World Tour Finals yang diselenggarakan di Bali.

Selain itu, pengumpulan poin juga berguna untuk penentuan posisi peringkat BWF. Saat ini sejumlah penilaian poin dari turnamen BWF masih ada yang dibekukan lantaran roda kompetisi belum bergulir normal.

Andai terus absen, peringkat pemain bakal melorot drastis ketika daftar peringkat BWF sudah memulai pengambilan poin dengan normal.

Bila peringkat melorot, hal itu tentu akan berpengaruh pada posisi daftar unggulan saat mengikuti turnamen tahun depan. Tanpa masuk posisi unggulan, drawing yang menanti pemain bakal lebih sulit di tiap turnamen yang mereka ikuti tahun depan.

Tetapi terus-menerus mengikuti turnamen, risiko paling ringan adalah kelelahan dan yang paling berat adalah cedera panjang.

Situasi makin ironis karena di pengujung tahun ada gelaran Kejuaraan Dunia, salah satu turnamen besar yang jadi bidikan seluruh pemain di dunia.

Biasanya Kejuaraan Dunia berlangsung di bulan Juli-Agustus dengan jeda waktu persiapan selama satu bulan. Namun di tahun ini, Kejuaraan Dunia berlangsung di pertengahan Desember dan hanya berjarak sepekan setelah selesai BWF World Tour Finals.

Pada akhirnya pilihan untuk menghadapi jadwal padat BWF ini kembali berpulang pada masing-masing pemain dan asosiasi badminton tiap negara.

China memilih pulang dan tak ikut serta sejak French Open hingga rangkaian turnamen di Bali mendatang. Mereka siap dengan segala konsekuensi, termasuk penurunan peringkat. China kemungkinan bakal menghabiskan waktu yang ada untuk persiapan menuju Kejuaraan Dunia.

Banner Testimoni

Sedangkan khusus untuk Indonesia, sebagai tuan rumah tentu bakal terus berjuang di tiga seri turnamen Bali sebelum tampil di Kejuaraan Dunia. Dalam ancaman kelelahan, para pemain Indonesia bakal berusaha menghabiskan seluruh tenaga mereka untuk meraih tempat terbaik dan podium tertinggi di Kejuaraan Dunia.



(rhr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER