Jakarta, CNN Indonesia --
Semuanya berawal dari janji. Shin Tae Yong berjanji bisa meraih gelar Piala AFF bersama Timnas Indonesia saat proses wawancara dengan PSSI pada akhir 2019.
Baru sekali Shin menangani Garuda Merah Putih pada Februari 2020, pandemi Covid-19 melanda. Program rancangan Shin berantakan. Pada saat yang sama agenda sepak bola internasional dibatalkan atau ditunda tanpa batas waktu.
Kompetisi sepak bola Indonesia, Liga 1, sebagai wadah 'candradimuka' pemain pun mati suri. Hal ini membuat Shin makin kesulitan mencari pemain yang karakter mainnya sesuai dengan filosofi yang akan ia tanamkan di Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shin hanya mendapat nama-nama pemain dari PSSI, khususnya Direktur Teknik Indra Sjafri. Setelah beberapa kali seleksi dan pemusatan latihan, Shin akhirnya menetapkan skuad untuk tampil di tiga laga Kualifikasi Piala Asia 2022.
Diawali dengan dua laga uji coba, kalah dari Afghanistan dan Oman, Timnas Indonesia awalnya tampil meyakinkan saat menahan Thailand dengan skor 2-2. Sayang setelah itu jadi bulan-bulanan Vietnam dengan skor 0-4, serta dibantai 0-5 oleh Uni Emirat Arab.
Hasil ini membuat Shin jadi pelatih medioker, bukan pelatih kelas atas yang pernah tampil di Piala Dunia. PSSI lantas mengultimatum Shin: pemecatan akan ditempuh jika Timnas Indonesia sampai gagal lolos di play off Kualifikasi Piala Asia 2023.
Beruntung Liga 1 2021/2022 sudah bergulir. Shin mengaku menonton semua pertandingan Liga 1 untuk melihat bakat pemain yang ada. Lewat pemantauan dan analisis ini, Shin kemudian memanggil skuad dengan karakter yang sesuai gaya mainnya.
Skuad untuk play off Kualifikasi Piala Asia 2023 40 persen berbeda dengan skuad di Kualifikasi Piala Asia 2022. Hasilnya, dua kali Taiwan dikalahkan dengan permainan bola-bola pendek dan mengandalkan serangan cepat dari sayap.
PSSI puas dengan kinerja Shin. Karenanya pula Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan memberikan bonus kepada Shin, asisten pelatih, dan segenap pemain. Meski bonus yang diberikan tak terlalu besar, ini jadi lambang penghargaan PSSI ke Shin.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Kini, Shin akan berhadapan dengan ajang yang sesungguhnya: Piala AFF 2020. Untuk menghadapi kejuaraan ini Shin diperkenankan melakukan pemusatan di Turki dan menjalani tiga pertandingan uji coba, yang dua di antaranya berujung kemenangan.
PSSI dengan tegas mengatakan bakal mengevaluasi Shin jika sampai gagal mewujudkan janjinya meraih gelar Piala AFF. Segala keinginan Shin coba dipenuhi menjelang kejuaraan, sehingga PSSI merasa layak pula untuk menuntut pertanggungjawaban.
"Kami tegas katakan target kita juara di Piala AFF. Shin Tae Yong sudah tahu itu. Dia juga sudah tahu kalau gagal akan dievaluasi. Bahkan, Shin sebelumnya berjanji kalau gagal di play off Kualifikasi Piala Asia 2023 siap dipecat," kata Iriawan.
Pengamat sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni menyebut target juara di pentas Piala AFF adalah sebuah kewajaran. Sebagai pelatih Shin tak ingin catatan keriernya tercoreng karena gagal meraih gelar juara Piala AFF.
Sejak Piala AFF pertama digelar pada 1996, Indonesia belum pernah meraih gelar juara. Saat Timnas Indonesia punya komposisi pemain yang mumpuni, pada waktu yang sama negara lain punya kualitas yang lebih baik dari Indonesia.
Thailand yang juara AFF lima kali, disusul Singapura empat kali, Vietnam dua kali, dan Malaysia sekali, membuktikan pencapaian di atas Timnas Indonesia. Persoalannya bukan hanya di pelatih, tetapi juga di sektor pemain.
"Kualitas Shin itu tidak perlu diragukan. Dia kelas dunia, tampil di Piala Dunia. Sebaliknya, kualitas pemain kita sudah sesuai belum dengan target? Naikkan kualitas pemain kita. Ini yang seharusnya menjadi perhatian PSSI," kata Kusnaeni.
Bicara haus gelar, dahaga yang selama ini diguyur capaian juara di level junior belum reda. Timnas Indonesia terakhir Terakhir kali timnas berprestasi di SEA Games 1991. Setelah 30 tahun berlalu, belum juga sepak bola Indonesia menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara.
Pengamat sepak bola nasional Yusuf Kurniawan menilai Shin sejauh ini telah bekerja dengan baik untuk Timnas Indonesia. Namun kinerja itu harus juga dibuktikan dengan hasil yang memuaskan saat tampil di kejuaraan: juara.
Terkait ancaman PSSI bahwa Shin akan dievaluasi selepas Piala AFF 2020, merupakan keniscayaan. Baginya evaluasi adalah hak mutlak, tetapi untuk urusan apakah harus dipecat jika gagal di Piala AFF, PSSI diminta menimbang matang.
"Shin Tae Yong sudah memperlihatkan karakter main yang dibangun di Timnas Indonesia berjalan dengan baik. Saya pikir belum bisa satu kejuaraan dijadikan ukuran. Setelah Piala AFF masih ada SEA Games. Jangan lupa pada 2022 ada Kualifikasi Piala Asia," ucap Yusuf.
[Gambas:Video CNN]