Jakarta, CNN Indonesia --
Setelah 1991, Timnas Indonesia tak pernah meraih gelar juara. Jangankan tampil di Piala Dunia, menembus Piala Asia pun sudah lebih dari 10 tahun tak pernah. Karenanya Piala AFF jadi barometer prestasi.
Untuk Kualifikasi Piala Dunia misalnya, dari tujuh kesempatan sepanjang 1993-2021, semuanya berakhir dengan kegagalan. Catatan terbaik Timnas Indonesia tercipta dalam Kualifikasi Piala Dunia 2002, yakni empat kali menang dan dua kali kalah.
Itu menjadi catatan terbaik karena biasanya hanya bisa menang satu atau dua kali di babak grup fase kedua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2022, tanpa kemenangan dan sekali imbang dari delapan laga, menggambarkan bagaimana kekuatan sepak bola Indonesia saat ini.
Pada periode yang sama Timnas Indonesia hanya empat kali tampil di Piala Asia, yang salah satunya sebagai tuan rumah. Dari empat kesempatan tersebut, Garuda Merah Putih sama-sama gagal menembus babak grup.
Peringkat Indonesia di FIFA pun terus melorot dalam dua dekade terakhir. Sempat bertengger di posisi ke-84 pada 2001, kini teronggok di peringkat ke-166. Indonesia bahkan pernah berada di posisi ke-191 pada 2016.
Penampilan Timnas Indonesia dalam pertandingan berstatus A FIFA pun negatif. Dari 183 pertandingan dari 2000 hingga 2021, Timnas Indonesia memenangkan 70 pertandingan dan 76 kali kalah, dengan sisanya berakhir imbang.
Torehan negatif ini berubah drastis jika dikomparasi dengan hasil pertandingan di Piala AFF. Dari 12 edisi, di mana Timnas Indonesia melakoni 62 pertandingan, 31 di antaranya berakhir dengan kemenangan dan hanya 19 kali kalah.
Timnas Indonesia bahkan menjadi tim tersubur di Piala AFF dengan koleksi 157 gol. Jumlah gol ini mengalahkan Thailand yang melakoni 70 pertandingan selama Piala AFF dan lima kali juara. Thailand hanya mengoleksi 151 gol.
Baca lanjutan artikel ini di halaman berikutnya>>>
Setelah cabang olahraga sepak bola di SEA Games diperuntukkan bagi tim U-23, Piala AFF adalah sebuah penegasan untuk prestasi sepak bola level senior di Asia Tenggara.
Pengamat sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni menilai sangat wajar Piala AFF dijadikan barometer prestasi sepak bola Indonesia. Sebagai negara besar dengan atmosfer sepak bola yang tak kalah dari negara lainnya, prestasi Indonesia memang terbelakang.
"Jujur, harus kita akui level sepak bola kita tertinggal dari Thailand dan Vietnam. Vietnam sudah tampil di fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia, kita tak pernah menang di fase kedua. Ya, level kita baru sampai sini," kata Kusnaeni.
"Karenanya wajar kalau kita sangat berharap Timnas kita juara di Piala AFF. Sudah seharusnya pula federasi mematok target juara. Ya, karena di sini pembuktian level kita saat ini. Sejauh mana kita bisa berbicara di ASEAN," ucanya menambahkan.
Thailand dan Vietnam misalnya, sempat menyebut Piala AFF bukan lagi target. Dua negara bertetangga ini ingin fokus mengukir prestasi di level Piala Asia. Hal ini dirasa bukan bualan karena Vietnam menjadi runner up Piala Asia U-23 2018.
Itu mengapa kedua negara juga sempat melontarkan pernyataan akan mengirim tim U-23 untuk Piala AFF 2020, meski kemudian Thailand dan Vietnam sama-sama mengirim tim terbaik untuk Piala AFF tahun ini.
[Gambas:Infografis CNN]
Itu dari level timnas, dari level klub tak jauh berbeda. Klub-klub Thailand sudah langganan Liga Champions Asia dalam satu dekade terakhir, sedangkan Vietnam mulai merambah ajang kontinental tertinggi Asia tersebut dalam dua tahun terakhir.
Pada saat yang sama klub-klub Indonesia selalu gagal di fase ketiga Kualifikasi Liga Champions Asia dan saat tampil di Piala AFC, level kedua kompetisi kontinental Asia, tak bisa menembus semifinal regional Asia Tenggara.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan sangat berharap Timnas Indonesia meraih gelar Piala AFF 2020. Jika ini terwujud setidaknya pijakan untuk menatap level yang lebih tinggi sudah ada. Generasi muda Indonesia pun butuh prestasi.
"Ini bukan semata-mata untuk PSSI, bukan untuk saya, ini untuk Indonesia, untuk generasi muda kita. Juara, sepak bola kita akan makin maju. Ya, sekarang kita butuh pijakan prestasi untuk menuju level yang lainnya," kata Iriawan beberapa waktu lalu di Senayan, Jakarta.
[Gambas:Video CNN]