2. Bubble Rasa Penjara
Selain nasi kotak, pelatih 51 tahun itu juga menyayangkan sistem bubble di Singapura. Dikutip dari media Korea Selatan Chosun, Shin Tae Yong berkomentar merasa seperti dipenjara setelah satu bulan menjalani Piala AFF di Singapura.
Dalam sistem bubble ini, skuad hanya diizinkan ke lokasi latihan dan stadion sebagai arena pertandingan. Itu pun harus sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Bahkan, gym sebagai salah satu fasilitas di hotel juga ditutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Orang Mabuk
Meski bubble di Singapura dan Piala AFF terlihat ketat, nyatanya tidak seperti yang dirasakan pelatih Shin Tae Yong.
Usai final leg kedua Shin Tae Yong menuturkan masih ada orang-orang yang mabuk dan berpesta di lantai hotel yang sama dengan kamar pemain Timnas Indonesia menginap.
![]() |
"Masalahnya banyak orang umum juga di lantai kami, khususnya di lantai 7 dan 8. Banyak sekali orang, ini berbeda dengan seperti pemberitahuan kepada kami ketika tiba," kata Shin.
"Dan pada akhir pekan juga ada orang mabuk karena ada pesta, pesta pernikahan, jadi sangat-sangat berisik dan membuat kami terganggu untuk istirahat," sambungnya lagi dalam konferensi pers usai laga final.
4. VAR
Kritik lain yang diberikan Shin Tae Yong di Piala AFF asalah soal penggunaan VAR. Itu terjadi setelah Indonesia tidak mendapatkan penalti pada leg pertama semifinal melawan Singapura saat Ricky Kambuaya dijegal.
Masalah VAR ini bagi Shin Tae Yong bukan pada pertandingan Indonesia vs Singapura, tetapi juga pada duel semifinal lain yang mempertemukan Vietnam dengan Thailand.